Setelah Arnold datang, Mia sudah tidak ada di sana."Bagaimana?"Setelah Fandy menjelaskan, Arnold juga dipenuhi dengan emosi."Semua itu gara-gara keluarga. Haist, meski aku diusir, setidaknya aku nggak punya utang yang menyedihkan. Dasar."Waktu sudah tengah malam saat tiba di Vila Dansel. Fandy tidak pulang, melainkan masuk ke vila Catherine karena dia akan menerima panggilan sebelumnya."Catherine, ada apa selarut ini?"Catherine melirik ke arah Fandy, lalu berdiri dan berkata."Duduklah dulu dan tunggu aku."Setelah beberapa saat, Catherine turun ke bawah dan Fandy langsung tercengang.Karena Catherine tidak mengenakan piyama. Pakaian dalam ungunya terbalut dengan semua yang pasti akan membuat pria tidak bisa menahan diri.Selain itu, saat ini wajah Catherine agak memerah dan matanya juga dialihkan dari waktu ke waktu yang semakin menggoda."Setelah yang terakhir kali, aku benar-benar menginginkannya setiap malam, jadi apakah kamu bersedia untuk tidur denganku lagi? Aku nggak meng
Keesokan paginya, Fandy menerima panggilan dari Tuan Rijunta."Kak Fandy, kematian Ketua Aula sudah diselidiki. Itu disebabkan oleh kesalahan teknik, bukan ulah manusia.""Karena ini bukan ulah manusia, kamu juga nggak perlu khawatir lagi dan fokus saja pada masalah Tuan Besar Rick.""Bagaimana denganmu?""Aku sudah dipromosikan menjadi Ketua Aula Urusan Eksternal, jadi aku nggak bisa kembali ke Kota Valencia. Kak Fandy, orang yang kucarikan untukmu akan tiba di sana paling lambat lusa. Namanya adalah Sinta, dia bisa dianggap sebagai keponakanku. Masih ada tiga orang yang telah bergabung dengan Balai Tim Drag. Dia telah menjadi seniman bela diri selama empat tahun dan sekarang menjadi Wakil Ketua Aula Anora."Aula Anora? Fandy agak terkejut. Aula Anora juga menduduki peringkat teratas Balai Tim Drag. Semua misi pembunuhan dilakukan oleh Aula Anora, jadi kalau ingin bergabung dengan aula itu, kekuatan adalah hal yang sangat penting.Keponakan Tuan Rijunta telah menjadi wakil ketua hanya
"Kak Fandy, terima kasih banyak. Tanpamu, nasib keluarga kami nggak akan berubah."Fandy tersenyum."Ini adalah takdir, kalian pantas mendapatkannya. untuk apa berterima kasih padaku? Kamu juga sudah banyak membantuku dengan bahan obat."Seolah ingin menghibur dirinya sendiri, akhirnya Claire berkata."Kak Fandy, a ... apa aku punya kesempatan untuk bersamamu? Aku tahu aku sama sekali nggak layak dengan bakatmu! Tapi meskipun cuma jadi kekasihmu, aku bersedia."Takutnya siapa pun yang mendengar perkataan orang terkaya di Kota Valencia akan terkejut karena dia begitu rendah hati kepada seorang pria.Fandy menggelengkan kepalanya."Kamu layak untuk mendapatkan yang lebih baik. Yang kamu lihat itu cuma satu sisi dariku, oke?"Meskipun sudah lama menebaknya, Claire masih merasa kecewa."Oke, aku mengerti, Kak Fandy. Aku akan datang untuk menemuimu saat ada waktu luang. Aku nggak berani berharap terlalu banyak, cukup jawab saja teleponku dan pergi makan bersamaku.""Kita berteman, bukankah
Saat kata-kata itu terlontarkan, seorang pria paruh baya muncul dengan aura samar terpancar, membuat Tetua Keenam mengernyitkan dahi.Karena dilihat dari auranya saja, kekuatan pria paruh baya ini setara dengan miliknya. Adapun siapa yang lebih kuat, tentu saja harus bertarung untuk mengetahuinya. Akan tetapi, saat ini jelas Fandy adalah tokoh utamanya."Kamu melihat muridku dibunuh olehnya?"Sudut bibir pria paruh baya itu agak terangkat."Aku nggak melihatnya, tapi bawahanku melihatnya. Muridmu dibunuh dalam hitungan detik olehnya. Jadi apa kamu yakin bisa mengalahkannya seorang diri?"Fandy menoleh dan kilatan dingin melintas."Organisasi Murka! Aku sudah memberi kalian kesempatan, tapi kalian masih berani mengutus orang ke sini? Kalau begitu, tunggu saja maut datang!"Saat ini Fandy sedang sibuk dan tidak mau membuang waktu untuk itu. Sebenarnya masih ada satu hal yaitu Organisasi Murka ini sangat tersembunyi dan akan sangat merepotkan untuk mencarinya.Akan tetapi, sekarang sudah
Meskipun Tetua Keenam dan pria paruh baya dari Organisasi Murka masih berdiri di tempat yang sama, tatapan mereka penuh dengan ketidakpercayaan dan pada saat berikutnya, darah mengalir dari sudut bibir mereka."Ka ... kamu."Setelah berkata 'kamu' untuk waktu yang lama, Tetua Keenam tidak mengucapkan sepatah kata pun dan tumbang bersamaan dengan pria paruh baya itu.Fandy tidak punya pilihan selain tersenyum getir dan menggelengkan kepalanya."Kak Irana, aku bisa mengatasinya sendiri."Benar sekali, wanita yang muncul di akhir adalah kakak seperguruan kesembilannya, Irana. Bahkan Fitri saja merasa malu pada dirinya sendiri, jadi bisa dilihat betapa cantiknya dia.Irana langsung tiba di sisi Fandy sebelum menyentuh wajah dan kakinya, tetapi Fandy menghindarinya."Aduh, dik, biarkan kakak lihat kamu terluka atau nggak."Fandy sangat ketakutan. Dia telah mengalami terlalu banyak keberanian Kak Irana selama tiga tahun di Desa Persik.Sambil menyunggingkan senyum, Kak Irana menatap Fitri."
Sesampainya di kamar hotel, Fandy bertanya lagi."Kak, sekarang kamu sudah bisa memberitahuku, 'kan?"Tidak peduli seberapa nakalnya para kakak seperguruan, mereka tidak pernah berbohong. Itu artinya dia pasti punya tunangan, tetapi dia benar-benar tidak ingat."Ngapain terburu-buru? Kakak lelah karena perjalanan dan nggak sempat mandi. Tunggu saja!"Fandy terdiam. Karena sudah ada di sini, dia pasti dipermainkan.Sepuluh menit kemudian, terdengar suara dari kamar mandi."Dik, masuk dan gosok punggungku."Ini ... setelah ragu beberapa saat, Fandy masuk demi yang wanita yang disebut tunangannya.Astaga, sekali lihat langsung sulit untuk berbalik.Dia melihat Kak Irana terbaring di bak mandi, bahunya yang putih dan lembut terlihat sempurna ...."Ngapain berdiri diam saja? Kemarilah."Sambil mengatakan itu, Irana berbalik dan menunjukkan punggung cantiknya kepada Fandy."Kak, bisa nggak jangan begini? Bagaimanapun juga, aku ini pria normal."Seringai muncul di wajah Irana."Aku tahu, aku
Sebenarnya Fandy sudah puas melihat Kak Irana. Sejak orang tuanya meninggal, para kakak seperguruan dan Guru telah menjadi keluarganya. Mana mungkin dia tidak bahagia?Ponsel berdering dan Fandy sangat lega melihat yang meneleponnya adalah Mia. Dia tidak pernah berpikir untuk menjalani hubungan baru dengan Mia lagi dan tidak ada hubungannya dengan klub. Dia hanya ingin cinta pertamanya yang dulu bisa mencintai kehidupan lagi, itu saja."Nana.""Fandy, aku sudah memikirkannya. Aku ingin punya kesempatan untuk menemukan hidupku sendiri lagi, jadi tolong bantu aku."Pada sore hari, Fandy melunasi uang yang dipinjam Mia dan ayahnya melalui ponsel dan pergi ke beberapa bank untuk membayar kembali total lebih dari 12 miliar.Mustahil bagi Mia untuk membayar kembali uang sebanyak itu sendirian."Berapa banyak pinjaman yang tersisa untuk pasukan bawah tanah?"Mia berkata."Tinggal satu keluarga yang tersisa untuk dibayar kembali."Memang benar beberapa orang ini memaksamu setiap hari dan harus
Fandy telah berhubungan dengan Ferdinand beberapa kali dan merasa orang ini cukup baik. Bagaimanapun, dia juga tangan kanan Rijunta."Kalau itu Tuan Rijunta, aku pasti akan meminta maaf padamu dan nggak akan meminta sepeser pun. Sayang sekali, yang kamu kenal itu Ferdinand."Setelah Howie mengatakan itu, sebuah mobil berhenti dan Ferdinand muncul."Kak Ferdinand! Kok tumben datang ke tempatku?"Dalam sekejap, Howie mengubah raut wajahnya dan menyapa Ferdinand dengan senyuman."Kak Fandy."Ferdinand langsung memberi hormat kepada Fandy dan mengabaikan Howie. Adegan ini membuat sorot mata Howie berubah."Beri tahu aku nomornya, sekarang aku akan mentransfer uangnya padamu."Fandy tidak banyak bicara dan Howie membenarkan apa yang baru saja dia katakan. Dia pun benar-benar memberikan nomor rekeningnya.Saat pesan berbunyi, Howie melirik ke arahnya dan mengerutkan kening."1 miliar? Apa maksudmu?"Fandy menyimpan ponselnya."Sudah kubilang, harganya berbeda setelah Ferdinand datang. Sekara
Seketika Fandy merasakan kematian akan segera datang. Terakhir kali dia merasakan hal yang sama dari Jeka.Kak Irana, kamu benar-benar mencelakaiku!Dia tidak pernah menyangka ternyata Kak Irana tidak diam-diam melindunginya."Senior! Kamu salah paham. Sekarang aku nggak punya hubungan apa pun dengan Keluarga Sumar, kenapa kamu nggak mengampuniku?"Fandy tidak mengatakan ini karena takut mati, tetapi terlalu menyesakkan kalau mati seperti ini.Suara tawa terdengar. Nenek Hera masih mengangkat tongkatnya. Hal baiknya adalah dia tidak terus menyerang. Kalau tidak, bukanlah masalah sulit untuk membunuh Fandy dengan kekuatannya."Dengan tabiatmu, mana mungkin wanita sombong seperti Fitri bisa berhubungan denganmu?"Eh? Setelah mendengar ini, Fandy merasa seolah telah memahami sesuatu."Sepertinya senior juga memahami situasinya, 'kan?"Tongkat diturunkan dan senyum Nenek Hera menjadi lebih lebar."Nggak kusangka kamu si pria ini bisa memengaruhi dua orang yang nggak berperasaan. Langit beg
"Baik, Nona. Aku akan mendengar apa pun yang kamu katakan."Sekitar pukul sebelas, Fandy berjalan bersama Lusiana di tepi danau di taman dekat Komunitas Baruna."Fandy, terima kasih sudah berdansa denganku hari ini. Aku sangat senang."Lusiana yang telah berganti pakaian dengan jins dan kaos putih memiliki gaya berbeda."Nggak perlu berterima kasih."Saat ini Lusiana berhenti dan menatap Fandy."Aku tahu kamu nggak punya perasaan seperti itu padaku, tapi aku bisa menunggu. Lagi pula, aku nggak berencana menikah terlalu cepat."Fandy menghela napas. Pada kenyataannya, terkadang disukai oleh seorang wanita merupakan semacam penderitaan karena setiap penolakan sama dengan bertambah orang sedih lainnya di kota ini dan bukan itu yang ingin dia lihat.Saat Fandy hendak berbicara, Lusiana berjinjit dan memberinya ciuman kilat di bibir."Ingat, masih ada aku yang menunggumu."Melihat Lusiana melarikan diri, Fandy menggelengkan kepalanya. Dia benar-benar tidak tahu harus berkata apa.Di sisi la
Mengenakan gaun merah muda, dia tersenyum percaya diri dan melangkah dengan anggun. Di bawah hiasan lampu, dia terlihat sangat memesona.Terlepas dari apakah ada wanita yang lebih cantik di ruang perjamuan, setidaknya saat ini Lusiana adalah yang paling cantik.Banyak pria yang terpesona olehnya, tetapi sayangnya wanita cantik ini adalah Lusiana dan mereka tidak memiliki kesempatan untuk mengejarnya.Sesampainya di hadapan Burhan, Lusiana mengangkat gaunnya dan membungkuk."Kakek, aku akan mempersembahkan sebuah tarian untukmu. Semoga sukses dan panjang umur!"Burhan tersenyum bahagia dan mengangguk."Perkenalkan pasangan dansaku, Tuan Fandy."Irvan dan Aldo yang bertepuk tangan langsung tercengang saat melihat Fandy berjalan dari samping, kemudian meraih tangan Lusiana.Musik dimainkan dan keduanya menari dengan lembut, membuat semua orang merasa kalau kedua orang ini adalah pasangan yang serasi.Akan tetapi, banyak orang yang belum pulih dari keterkejutannya karena ternyata pasangan
"Kak Fandy, jangan pedulikan bajingan itu, ayo kita minum."Dia tidak menolak. Karena saat ini tidak ada urusan, Fandy pun menghabiskan waktu dengan obrolan santai."Kudengar Lusiana akan melakukan tarian pembuka untuk kakeknya, entah siapa tamu prianya? Bagaimanapun, aku nggak pernah tahu."Aldo tertawa mendengar ucapan santai Irvan."Aku juga nggak tahu, tapi itu jelas bukan orang biasa. Latar belakang keluarga seperti apa yang Lusiana miliki sehingga dia akan mencari orang biasa untuk melakukan tarian pembukaan? Aku menduga ada kemungkinan besar itu adalah calon suaminya."Sekarang topiknya sudah sampai pada titik ini, Fandy pun penasaran."Kok aku belum pernah mendengar ada di antara kalian yang mengejar Lusiana?"Secara logika, latar belakang keluarga Lusiana sudah jelas. Meski Burhan sudah pensiun, pengaruhnya masih ada. Ditambah fakta sekarang ayahnya adalah seorang jenderal dan berada di puncak karirnya, jadi mana mungkin tidak ada orang yang mengejarnya? Dari sudut pandang ter
Saat ini siapa yang tidak terpikat dengan aura yang Fandy tunjukkan, apalagi saat sedang berbicara dengan seorang wanita?Catherine juga sama, tetapi dia tidak melupakan beberapa fakta yang ada."Fandy, dengarkan baik-baik! Kalau kamu berani muncul di hari pernikahanku, kamu akan menjadi orang yang paling kubenci dalam hidupku."Catherine pergi setelah mengatakan ini. Hatinya sangat sedih, siapa yang tidak menginginkan kebahagiaannya sendiri? Tidak semua orang memiliki hak itu.Meskipun sepertinya ucapan berani Fandy datang dari hati, jangankan Ratu. Keluarga Hubert dari Kota Taro saja bukanlah sesuatu yang bisa dilawan oleh Fandy saat ini.Daripada pergi ke ujung dunia bersama-sama, dia lebih suka melihat orang yang dia cintai menjalani hidup ini dengan damai.Setelah mengatakan semua yang harus dikatakan, Fandy tidak mengejarnya. Pada hari pernikahan Catherine, dia akan memenuhi janjinya.Tidak lama setelah keluar, Fandy dihentikan oleh seseorang. Ternyata itu adalah Jessica dan Alex
"Fandy!"Alhasil saat membalikkan tubuh, kebetulan saja Burhan melihat Fandy dan langsung memanggilnya.Karena tidak ada pilihan lain, Fandy terpaksa menahan diri dan menghampiri.Benar saja, Fitri mengerutkan kening dan segera berkata."Pak Burhan, aku akan pergi ke tempat lain dulu."Fandy dan Pak Burhan adalah tetangga saat berada di Kota Valencia. Setelah mengetahui keterampilan medis Fandy, Fitri juga bisa menebak malam ini pria itu pasti akan hadir di pesta ulang tahun.Burhan tidak terlalu memusingkannya dan menatap Fandy yang baru saja menghampiri sambil tersenyum."Fandy, biar kuperkenalkan padamu. Dia adalah putraku, ayah Lusiana."Rega berada di puncak karirnya dan wajahnya agung. Meskipun dia berbicara kepada Burhan dengan hormat, sorot matanya langsung menjadi sangat tajam saat menoleh untuk melihat Fandy."Dasar bajingan, apa kamu menginterogasi tahanan?"Saat berikutnya, Burhan menghardiknya yang membuat mata Rega berkilat dengan pasrah.Anak ini telah membuat putriku te
Akhirnya Fandy tiba di markas Pasukan Serigala Ganas. Dia memang agak ragu dan bahkan tidak tahu alasannya.Mengikuti Stira sampai ke ruangan tertentu di bawah tanah, ternyata Fitri sudah ada di sana, sementara Kenzo dikurung di dalam sangkar. Dari penampilannya yang menyedihkan itu, bisa dilihat kalau dia sudah sangat menderita. Akan tetapi, semua itu bukanlah apa-apa bagi seorang master seperti Kenzo."Kenzo, aku sudah datang. Sekarang kamu bisa bicara."Hati Fitri menjadi rumit karena akan segera mengetahui kebenarannya. Akhirnya apakah ada rencana tersembunyi atau Fandy hanya takut mati akan terungkap.Sambil tersenyum, Kenzo berdiri dan perlahan menghampiri pagar besi sambil menatap Fandy."Sudah datang, ya."Seketika tawa histeris Kenzo menyebar ke seluruh ruang bawah tanah ini."Haha! Ternyata kamu datang, wanita ini memang sangat penting bagimu! Tapi terus kenapa kalau kamu datang? Aku cuma mempermainkanmu. Kamu pernah mempermainkanku sekali, jadi sekarang kita dianggap impas."
Setelah menatap Fandy dengan aneh, Arnold tertawa dan mengumpat."Apa lagi yang bisa kupikirkan? Kamu membuat hubunganku dengan manajer sampai ke titik beku. Karena sekarang ada kesempatan, aku pasti akan melarikan diri."Jevinca yang ada di samping tidak bisa berkata-kata. Dia tahu Fandy jelas bukan orang biasa, mungkin hanya Arnold yang berani bicara seperti itu."Jangan lupa dengan pesta pertunangan Nana besok lusa, dia menyuruhku untuk mengingatkanmu lagi.""Aku sudah berjanji padanya, jadi aku pasti akan pergi."Memurnikan Tulang Naga Sejati adalah prioritas utama, masalah lainnya harus dikesampingkan. Akan tetapi, perjalanan ke Kota Yujino tidak menunda banyak hal. Pergi pada pukul empat pagi dan mulai pemurnian pada malam hari, kemudian kembali keesokan harinya juga tidak masalah.Setelah kembali dari kamar mandi, tiba-tiba Arnold menarik Jevinca."Fandy, maaf, kami harus pergi dulu."Fandy bingung."Perlu kubantu?"Setelah sepakat untuk datang dan minum bersama, lalu tiba-tiba
Hati Claire berbunga-bunga, apakah dia dan Fandy cukup cocok? Bahkan orang luar pun bisa tahu.Alhasil dia menyadari keseriusan masalahnya hanya setelah menyadari raut wajah pemuda yang berdiri di seberangnya terlihat muram."Dia bukan pacarku. Nanti kalau perlu, dia akan pergi melihatnya sendiri.""Baiklah, Nona Claire."Pemuda itu mendekat dengan tatapan jahat."Pacar? Claire, apa kamu pikir aku bisa dipermainkan begitu saja?"Claire mengerutkan kening."Tuan Muda Freddy, entah apa yang membuatmu kesal, tapi sepertinya aku punya pacar atau nggak itu bukan urusanmu, 'kan?""Kamu!"Setelah mengambil napas dalam-dalam, Freddy mencibir."Oke, itu bukan urusanku, 'kan? Bisnis keluarga kita berakhir di sini. Ini adalah akibat yang harus kamu tanggung karena berani berbohong padaku."Sebenarnya Freddy ini cukup baik dalam segala aspek. Kalau benar-benar berpacaran, itu juga dianggap cocok. Hanya saja sayangnya dia adalah seorang pemain wanita sampai tahap di mana tidak bisa hidup tanpa wani