Fandy mengernyit. Sejak orang itu muncul, dia merasakan ada aura membunuh yang menargetkannya, tetapi segera hilang dan dialihkan ke pria tua. Alhasil, sekarang Fandy mendengar perkataan semacam itu."Kamu datang untuk membunuhku?"Pria paruh baya itu tersenyum getir. Pada saat ini, hanya wajah dan kedua kakinya yang bisa digerakkan dengan pelan. Sejujurnya, dia sangat tercengang oleh kekuatan Fandy. Serangan dari separuh cangkir itu tidak meninggalkan luka pada tubuhnya, tetapi dia malah begini."Benar. Hanya saja, kami terlalu meremehkanmu."Seakan-akan baru paham, pria tua itu mundur selangkah dengan terkesiap dan terdiam."Menarik. Kamu sepertinya pembunuh profesional, 'kan? Kelihatannya, organisasi pembunuh kalian mau dibantai."Fandy tidaklah asing terhadap organisasi pembunuh. Saat di Desa Persik, ada pembunuh yang berhasil menemukannya entah dengan cara apa dan pergi membunuhnya. Sembilan senior Fandy marah, bahkan ada tiga senior yang berangkat hari itu juga. Keesokannya, orga
Pria tua itu merasa lega dan mengangguk pada Fandy. Lalu, pria paruh baya ambruk di lantai."Ada orang yang urus mayatnya."Fandy tidak segan untuk membunuh orang di depan pria tua yang adalah mantan pembunuh."Aku ini orang yang tepat janji. Tunggu sebentar, aku ambilkan jenggot musa."Fandy sama sekali tidak takut pada Organisasi Murka. Selama dirinya cukup kuat, dia tidak perlu menghiraukan orang-orang lemah yang menjijikkan itu.Saat Fandy keluar dari vila, Rijunta yang sudah mendapat kabar masuk bersama rombongannya untuk menangani mayat.Di dalam vila No. 6 di samping, Chaesa sedang mengeluh pada Wanda yang baru saja pulang."Ibu! Hiks, Fandy benar-benar berengsek. Dia tampar aku. Ibu harus menegakkan keadilan untukku."Meskipun marah, Wanda masih berpikiran jernih."Anakku sayang, bersabarlah untuk saat ini. Ayahmu baru saja tanda tangan kontrak. Kontrak ini harus stabil untuk sementara waktu. Kalau konfrontasi, kalau Fandy mengacau, kalau kita kehilangan kesempatan kerja sama i
Pada saat yang sama, di perkemahan Tentara Markotop, Sharon sangat bersemangat."Dewi Perang! Tuan Besar Rick pasti selamat kali ini, pasti."Fitri sangat gembira. Selama bisa mendapatkan Kartu Kehidupan, Master Medis pasti akan muncul dan penyakit kakek pasti bisa disembuhkan."Jangan senang terlalu awal. Sekarang belum tahu apa barang yang Keluarga Kintana inginkan. Apalagi kabar ini sudah marak beredar. Meski baru sehari, ada banyak tokoh besar yang akan datang."Namun, Sharon acuh tak acuh."Cih! Aku justru mau lihat siapa yang berani nggak memberi muka padamu."Senyuman Fitri lenyap. Suaranya juga menjadi dingin."Walau aku adalah Dewi Perang, ada banyak orang di Negara Limas yang pandang rendah aku. Jangan terlalu meninggikanku. Itu nggak akan memudahkan pembelian Kartu Kehidupan.""Oh, aku pergi cari tahu tokoh besar mana saja yang akan ikut lelang."Fitri mengangkat tangan untuk mencegat Sharon."Nggak perlu, yang seharusnya datang pasti datang semua. Ini berkaitan dengan Kartu
Tidak aktif? Fandy kebingungan. Orang seperti Claire pasti tidak akan menonaktifkan ponsel dan meninggalkan ponselnya. Aneh sekali."Oke, serahkan padaku. Aku jamin acara makan besok malam lanjar jaya. Kamu pesan saja tempatnya.""Hehehe, temanku memang bisa diandalkan!"Inilah pertemanan sejati. Tidak peduli seperti apa identitas dan jaringan koneksi yang Fandy miliki, di mata Arnold, Fandy akan selalu menjadi teman baiknya. Arnold tidak akan sungkan dengan Fandy jika membutuhkan bantuan, begitu pula Fandy.Fandy menelepon Claire, tetapi nomornya tetap tidak aktif. Fandy mengernyit.Menjelang siang hari, Fandy mengemudikan mobil Land Rover ke rumah Keluarga Kintana karena Claire tidak bisa dihubungi sepanjang waktu.Faktor pertama adalah masalah Arnold. Faktor kedua adalah mengkhawatirkan Claire. Sejak berkenalan sampai sekarang, mereka sudah bisa dianggap teman.Sesampainya di rumah Keluarga Kintana, belasan pengawal berdiri di depan gerbang yang tertutup rapat dengan berwaspada.Fan
Di rumah Keluarga Kintana, Claire dan Hugo sudah menunggu Fandy sejak Fandy memarkir mobil."Kalian kenapa?"Fandy turun dari mobil dan terkejut. Jika tidak terjadi masalah, mengapa mereka berbuat demikian? Ponsel pun dinonaktifkan.Claire merasa bersalah. Fandy jarang menghubunginya, tetapi malah di hari ini. Claire juga malu untuk memberi tahu Fandy tentang pelelangan Kartu Kehidupan."Kak Fandy, ini, ini salah paham. Bisa nggak dengarkan penjelasanku di dalam?""Oke!"Beberapa menit kemudian, Fandy memasang ekspresi aneh."Hanya karena ini?"Claire mengangguk."Ya, ayah dan kakekku takut kamu nggak senang."Fandy tersenyum dan bersandar di sofa."Kartu Kehidupan sudah diberikan pada kalian, terserah mau kalian apakan. Kenapa aku nggak senang?"Jawaban Fandy membuat semua anggota Keluarga Kintana lega. Jika kehilangan teman seperti Fandy karena hal itu, sungguh besar pasak daripada tiang."Kak Fandy, ada apa kamu cari aku?""Bos perusahaan Arnold mau ajak kamu makan malam besok. Arno
"Fandy, kumohon, bantulah aku. Bawa aku masuk ke rumah Keluarga Kintana, oke?"Namun, Fandy menggelengkan kepala."Sudah kubilang, penyakit kakekmu hanya bisa disembuhkan dengan cara itu. Sekarang masih kurang tiga jenis tanaman herbal. Bahkan kalau kamu bisa mendatangkan Master Medis, hanya ada satu solusi penyembuhannya."Fitri benar-benar marah. Tatapan matanya penuh kekecewaan."Meskipun benar kamu adalah anggota Balai Tim Drag, kamu pikir kamu bisa sewenang-wenang dan serba bisa? Fandy, jadi orang harus rendah hati. Aku akhirnya paham kenapa kamu berperilaku seperti itu sebelumnya. Karena Balai Tim Drag, 'kan? Bukannya nggak ada faksi yang lebih jago dari itu di Negara Limas. Apalagi kamu hanya anggota biasa."Melihat Fandy bersikap acuh tak acuh, Fitri bertanya,"Coba aku tanya, memangnya kamu ketua atau wakil ketua Balai Tim Drag?""Bukan.""Wakil ketua balai?""Bukan."Fandy jujur, semua itu memang bukan jabatannya."Aku harap kamu benaran bisa terus begini. Mungkin tanpa aku h
Dilihat dari samping, Fandy tidak mengenal jenis mobil itu. Mobil itu sepertinya adalah mobil mewah. Akan tetapi, sang pengemudi sangat tidak sopan. Di era sekarang yang terbuka, tentu saja Fandy memahami gurauan kotor itu.Alih-alih marah, Catherine memaksa diri untuk tersenyum."Tuan Muda Irvan juga datang? Nggak perlu repot-repot."Pemuda yang dipanggil Irvan itu meninggalkan satu kalimat sebelum menginjak pedal gas dan melaju pergi."Aku mau bersenang-senang denganmu, tapi kamu lewatkan kesempatan ini."Sombong sekali! Maksud dari perkataannya sangat jelas, sama sekali tidak disembunyikan."Fandy, Tuan Muda Irvan adalah orang penting dari Kota Yujino. Jangan sampai berurusan dengannya."Catherine naik ke mobil dan menasihati Fandy, tetapi menyesal setelahnya. Mereka bukan pacar, mana bisa Fandy marah karena ucapan pria itu?"Acara lelang ini benar-benar menarik perhatian banyak orang penting."Entah Fandy sengaja mengalihkan topik atau bukan. Catherine merasa sedikit kecewa, juga s
"Dewi Perang, coba lihat ke sana. Kenapa Asura Liandar bisa kenal Fandy?"Fitri menoleh ke sana, lalu memalingkan kepala."Asura Liandar nggak sombong, dan penangkapan waktu itu terjadi di vila Fandy. Kamu bilang sendiri waktu itu, 'kan? Fandy juga muncul. Apanya yang heran?"Benar juga. Sharon memelototi Fandy dengan jengkel. Sharon terlalu skeptis sekarang. Meskipun identitas Fandy sebagai anggota Balai Tim Drag belum terkonfirmasi, Sharon tidak ingin Fandy memiliki rahasia lain.Fandy telah menjatuhkan Tentara Markotop pada sebelumnya. Mereka pun bermusuhan. Makin lemah musuhnya, makin baik.Waktu berlalu sedikit demi sedikit. Acara lelang resmi dimulai. Marko menjadi pembawa acara di panggung, tetapi tidak berani berbicara panjang lebar. Orang-orang yang berdiri di bawah panggung jauh lebih mulia dibanding Keluarga Kintana. Bergegas adalah bentuk kesopanan terbesar."Terima kasih atas kehadiran kalian semua. Dalam pelelangan Kartu Kehidupan kali ini, nggak pakai uang tunai. Kalian
Ada rasa kesal di mata Stira, tapi tetap berkata padanya."Tuan Fandy, dia adalah penyelidik gabungan yang diutus oleh kantor pusat, Pak Helmi. Karena insiden ini melibatkan negara asing, mereka menanggapinya dengan sangat serius."Setelah mendengar ini, Helmi merasa jijik."Tuan? Stira, kamu benar-benar bertindak keterlaluan. Dia adalah seorang tersangka. Apa kamu pernah melihat seseorang memanggil seorang tersangka dengan sebutan Tuan?"Stira segera membalas."Urusanku sendiri mau memanggilnya apa, aku hanya memperjelas sikapku selama penyelidikan. Kamu nggak perlu mengajariku bagaimana caranya."Helmi duduk berhadapan dengan Fandy karena malas membalas perkataannya."Suara serta video di ponsel diverifikasi keasliannya. Itu suaramu, Fandy! Entah seberapa banyak yang kamu katakan, nggak akan ada gunanya. Kecuali kamu bisa memberikan bukti alibimu! Sekarang ikutlah dengan kami!""Kalau kamu berani melawan, kami berhak membunuhmu di tempat!"Helmi menyatakan permusuhannya dengan sangat
Reaksi pertama Fandy adalah pembunuhannya terhadap Zofar telah terungkap, tapi Fandy langsung menyangkalnya.Pertama-tama rencananya sempurna, Zofar pergi ke sana untuk membunuh seseorang, jadi pasti akan mengambil inisiatif untuk menghindari kamera CCTV. Kedua, orang pertama yang mengetahui kematian Zofar pastilah Keluarga Madius, jadi apakah mereka akan membalas dendam? Hal ini begitu mustahil.Kedua hal ini tidak mungkin terjadi, lalu apa yang akan terjadi?"Fitri, jangan bercanda. Bagaimana mungkin aku bisa membunuh seseorang?""Itu bukan urusanmu. Kalau bukan urusan resmi, menurutmu aku akan meneleponmu? Stira sudah pergi mencarimu. Aku harap kamu mau bekerja sama. Kalau tidak, jangan salahkan aku karena mengeluarkan perintah pencarian."Setelah telepon ditutup, Fandy benar-benar bingung, hanya bisa pulang untuk menunggu.Hanya satu jam kemudian, Stira menemukan alamatnya dan duduk di ruang tamu. Selain Stira, ada dua anggota Pasukan Serigala Ganas, yang menunjukkan bahwa mereka m
Jika ingin berhubungan normal dengan Helen, pekerjaan adalah hal yang penting terlebih dahulu. Kalau masih misterius seperti dulu, bagaimana bisa berhubungan? Pasti akan menciptakan jarak.Setelah berpikir panjang, jadi akan lebih tepat untuk meneruskan profesi lamanya. Dokter merupakan profesi yang memungkinkan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain paling cepat. Lagi pula, siapa yang tidak pernah mengalami penyakit ringan?"Ada klinik pengobatan tradisional yang dijual di ujung jalan, tapi sebaiknya kamu melihat-lihat dulu sebelum memutuskan."Naning cukup efisien, karena berada di bidang pekerjaan ini, tentu tidak lambat untuk mengetahuinya."Maaf merepotkanmu lagi. Mulai sekarang, panggil aku Kak Fandy saja.""Ya, Kak Fandy."Tidak ada yang salah dengan apa yang mereka katakan pada saat yang sama. Naning tidak berpura-pura lagi. Naning benar-benar orang yang tertutup dan selalu menjaga jarak dari klien-klien kaya. Alasan kenapa memperlakukan Fandy secara berbeda adalah karen
Hampir segera setelah Zofar meninggal, garis merah tiba-tiba keluar dari tubuhnya dan menuju langsung ke Fandy.Karena begitu cepat, Fandy tidak punya waktu untuk bereaksi, garis merah pun menghilang tanpa jejak.Fandy segera duduk bersila untuk memeriksa dirinya sendiri lalu segera menangkap garis merah."Dengan kekuatanku saat ini, aku perlu menekannya selama sebulan untuk menyempurnakan garis merah ini."Karena garis merah tidak berpengaruh pada tubuh, jadi bisa menebak bahwa garis itu seharusnya digunakan sebagai sensor untuk melindungi generasi mendatang agar bisa mengetahui siapa pembunuhnya.Sekalipun Fandy mampu menekan benda ini hingga batas maksimal dalam sekejap, akan butuh waktu paling sedikit satu bulan agar benda itu benar-benar hilang.Inilah alasannya kenapa Fandy sedikit kesal. Garis merah ditekan dengan cara ini hingga jarak penginderaan lawan dipersingkat banyak, tapi tidak hilang. Ketika mencapai jarak tertentu, masih bisa langsung mengunci Fandy sebagai pembunuh ya
Kecuali? Mata Imelda langsung berbinar."Jangan bertele-tele, kecuali apa?""Kecuali dua sekte paling misterius, atau Keluarga Ilyas, aku benar-benar nggak bisa memikirkan hal lain."Setelah berpikir sejenak, Imelda menjadi getir lagi."Kalau begitu, Guru, tolong beri aku saran. Kalau dia benar-benar memanggilku, aku harus pergi atau nggak? Apa tanda itu nyata?"Guru langsung memberikan jawaban tanpa ragu."Pasti benar! Kalau dia ingin membunuhmu, pasti sudah melakukannya sejak lama. Kamu nggak mau kenal dengan orang jenius itu, malah mau bersembunyi darinya? Apa kamu bodoh? Dengan begitu, akan lebih baik kalau kamu bisa punya anak dengannya."Imelda langsung menutup telepon. Orang tua ini mulai bertindak aneh lagi.Namun, mengingat wajah dari Fandy, dia mengusap dagunya sambil terkekeh."Sepertinya aku nggak keberatan punya anak dengannya. Sialan, kenapa aku jadi tergoda lagi?"Sekitar pukul satu pagi, di Villa nomor 3 Kompleks Duniawal, Zofar baru saja muncul di ruang tamu lalu melih
"Aku ada beberapa pertanyaan untukmu."Setelah selesai berbicara, wanita yang mendekatinya tersenyum licik."Hehe, ungkapkan saja masalah punya masalah di pikiranmu. Apa kamu sudah tahu kenapa kamu nggak bisa bergerak? Jangan khawatir, aku baru saja menekan titik akupunkturmu. Dalam dua jam, aku akan melepaskannya secara otomatis! Aku hanya akan memberimu hukuman yang ringan saja. Jangan ikuti gadis cantik itu lagi!"Meskipun kecepatan serangan tadi benar-benar cepat, Fandy yang sudah siap dan secara alami menyadarinya. Meski begitu, dirinya masih sangat terkejut.Tepat saat wanita itu hendak pergi dengan senang, lengannya diraih oleh Fandy."Aku ada beberapa pertanyaan yang ingin aku tanyakan padamu."Dalam sekejap, raut wajah wanita itu berubah drastis sambil menatap lengannya dengan tidak percaya."Bagaimana mungkin! Teknik penekanan titik akupunkturku begitu hebat, hingga mereka yang berada di Tahap Alam Penyempurnaan nggak akan bisa bergerak, tapi kamu bisa?"Dia menyadari masalah
Setelah mengerutkan kening dan menatap Zofar, Fandy berbicara."Sebenarnya apa maumu?""Omong kosong, pergi obati temanku. Mona bilang kamu adalah seorang dokter pengobatan tradisional dan bisa pergi ke rumah Keluarga Yanato, seharusnya keterampilanmu cukup bagus. Meski masalah temanku nggak terlalu serius, dia tetap temanku, jadi jangan sampai menunda waktu."Menunda waktu? Benar-benar memikirkan ini dan masih berniat untuk makan mi?"Sekarang aku menjawabmu, aku nggak akan pergi."Zofar tersenyum, tetapi senyumannya agak kejam."Haha, kamu pikir aku nggak berani melakukan sesuatu padamu di depan umum? Mungkinkah kamu sebagai seorang dokter pengobatan tradisional telah mengenal beberapa orang yang berkuasa dan yakin aku cuma menakut-nakutimu?""Kalau begitu, kamu salah besar. Namaku Zofar. Aku adalah genius tiada tara dari Keluarga Madius yang merupakan salah satu dari Delapan Keluarga Bela Diri Kuno. Aku bisa menghancurkanmu dalam segala aspek dengan mudah, jadi kusarankan kamu untuk
"Berhenti!"Tepat saat orang-orang itu mengangkat batang besi di tangan untuk memukul Fandy, sebuah teriakan keras terdengar dan Edrick-lah yang keluar dari vila dengan pakaian rapi, jelas akan keluar."Sialan! Siapa yang berani ikut campur urusanku?"Pemuda itu menoleh sambil mengumpat, tetapi ekspresinya langsung berubah."Kak Edrick?"Wajah Edrick memucat, lalu menunjuk ke arah pemuda itu dan berkata."Lucky, kulitmu gatal lagi sampai melakukan hal seperti ini di siang hari bolong? Sudah berapa hari ayahmu nggak memukulmu?"Dari percakapan tersebut bisa diketahui kalau keduanya saling kenal dan Lucky agak takut pada Edrick."Kak Edrick, apa maksudmu itu? Aku cuma bercanda untuk menakut-nakutinya, mana mungkin aku akan benar-benar menyerang? Sekarang aku sudah mau pergi, pergi dulu!"Setelah Lucky pergi bersama bawahannya, Fandy tidak ingin melewatkan kesempatan ini untuk lebih dekat dengan Edrick."Terima kasih, Tuan Edrick. Jujur saja aku benar-benar bingung. Aku baru saja datang k
Gadis ini memiliki niat yang baik, Fandy berkata sambil tersenyum."Kalau begitu, maaf merepotkanmu."Ini adalah pertama kalinya Fandy pindah dan harus membeli banyak barang. Naik taksi memang agak merepotkan.Saat keduanya masuk ke dalam mobil dan pergi bersama, ada dua orang di depan pintu yang melihat seluruh proses dengan wajah marah."Sialan! Awalnya vila ini diberikan kepadaku, tapi nggak kusangka ada orang yang benar-benar akan membelinya. Malah menguntungkan bocah sialan ini."Yang lainnya mencibir."Inilah takdir! Cukup bagi kita untuk mendapat penghasilan dari menjual beberapa rumah sekaligus. Bukankah Naning cukup kolot? Biasanya dia menjaga jarak dari pelanggannya, tapi kali ini dia benar-benar berinisiatif untuk turun tangan.""Haha, itu semua cuma akting! Pria bernama Fandy ini masih muda dan kaya. Selama seseorang bukan idiot, siapa yang nggak punya angan-angan? Kalau benar-benar berhasil, kelak dia akan menjadi wanita kaya. Siapa yang masih menjual rumah? Tapi wanita it