Di rumah Keluarga Kintana, Claire dan Hugo sudah menunggu Fandy sejak Fandy memarkir mobil."Kalian kenapa?"Fandy turun dari mobil dan terkejut. Jika tidak terjadi masalah, mengapa mereka berbuat demikian? Ponsel pun dinonaktifkan.Claire merasa bersalah. Fandy jarang menghubunginya, tetapi malah di hari ini. Claire juga malu untuk memberi tahu Fandy tentang pelelangan Kartu Kehidupan."Kak Fandy, ini, ini salah paham. Bisa nggak dengarkan penjelasanku di dalam?""Oke!"Beberapa menit kemudian, Fandy memasang ekspresi aneh."Hanya karena ini?"Claire mengangguk."Ya, ayah dan kakekku takut kamu nggak senang."Fandy tersenyum dan bersandar di sofa."Kartu Kehidupan sudah diberikan pada kalian, terserah mau kalian apakan. Kenapa aku nggak senang?"Jawaban Fandy membuat semua anggota Keluarga Kintana lega. Jika kehilangan teman seperti Fandy karena hal itu, sungguh besar pasak daripada tiang."Kak Fandy, ada apa kamu cari aku?""Bos perusahaan Arnold mau ajak kamu makan malam besok. Arno
"Fandy, kumohon, bantulah aku. Bawa aku masuk ke rumah Keluarga Kintana, oke?"Namun, Fandy menggelengkan kepala."Sudah kubilang, penyakit kakekmu hanya bisa disembuhkan dengan cara itu. Sekarang masih kurang tiga jenis tanaman herbal. Bahkan kalau kamu bisa mendatangkan Master Medis, hanya ada satu solusi penyembuhannya."Fitri benar-benar marah. Tatapan matanya penuh kekecewaan."Meskipun benar kamu adalah anggota Balai Tim Drag, kamu pikir kamu bisa sewenang-wenang dan serba bisa? Fandy, jadi orang harus rendah hati. Aku akhirnya paham kenapa kamu berperilaku seperti itu sebelumnya. Karena Balai Tim Drag, 'kan? Bukannya nggak ada faksi yang lebih jago dari itu di Negara Limas. Apalagi kamu hanya anggota biasa."Melihat Fandy bersikap acuh tak acuh, Fitri bertanya,"Coba aku tanya, memangnya kamu ketua atau wakil ketua Balai Tim Drag?""Bukan.""Wakil ketua balai?""Bukan."Fandy jujur, semua itu memang bukan jabatannya."Aku harap kamu benaran bisa terus begini. Mungkin tanpa aku h
Dilihat dari samping, Fandy tidak mengenal jenis mobil itu. Mobil itu sepertinya adalah mobil mewah. Akan tetapi, sang pengemudi sangat tidak sopan. Di era sekarang yang terbuka, tentu saja Fandy memahami gurauan kotor itu.Alih-alih marah, Catherine memaksa diri untuk tersenyum."Tuan Muda Irvan juga datang? Nggak perlu repot-repot."Pemuda yang dipanggil Irvan itu meninggalkan satu kalimat sebelum menginjak pedal gas dan melaju pergi."Aku mau bersenang-senang denganmu, tapi kamu lewatkan kesempatan ini."Sombong sekali! Maksud dari perkataannya sangat jelas, sama sekali tidak disembunyikan."Fandy, Tuan Muda Irvan adalah orang penting dari Kota Yujino. Jangan sampai berurusan dengannya."Catherine naik ke mobil dan menasihati Fandy, tetapi menyesal setelahnya. Mereka bukan pacar, mana bisa Fandy marah karena ucapan pria itu?"Acara lelang ini benar-benar menarik perhatian banyak orang penting."Entah Fandy sengaja mengalihkan topik atau bukan. Catherine merasa sedikit kecewa, juga s
"Dewi Perang, coba lihat ke sana. Kenapa Asura Liandar bisa kenal Fandy?"Fitri menoleh ke sana, lalu memalingkan kepala."Asura Liandar nggak sombong, dan penangkapan waktu itu terjadi di vila Fandy. Kamu bilang sendiri waktu itu, 'kan? Fandy juga muncul. Apanya yang heran?"Benar juga. Sharon memelototi Fandy dengan jengkel. Sharon terlalu skeptis sekarang. Meskipun identitas Fandy sebagai anggota Balai Tim Drag belum terkonfirmasi, Sharon tidak ingin Fandy memiliki rahasia lain.Fandy telah menjatuhkan Tentara Markotop pada sebelumnya. Mereka pun bermusuhan. Makin lemah musuhnya, makin baik.Waktu berlalu sedikit demi sedikit. Acara lelang resmi dimulai. Marko menjadi pembawa acara di panggung, tetapi tidak berani berbicara panjang lebar. Orang-orang yang berdiri di bawah panggung jauh lebih mulia dibanding Keluarga Kintana. Bergegas adalah bentuk kesopanan terbesar."Terima kasih atas kehadiran kalian semua. Dalam pelelangan Kartu Kehidupan kali ini, nggak pakai uang tunai. Kalian
Catherine menarik tangannya, lalu mundur selangkah dan menghardik,"Tuan Muda Irvan! Harap tetap tenang!"Alhasil, Irvan bersikap cuek. Irvan duduk di sofa dan membengkokkan jarinya."Aku tahu kamu adalah seniman bela diri, aku nggak bisa memaksakanmu. Kalau kamu nggak melayaniku sekarang, dengan kemampuanku dan keluargaku, kamu tahu akan seperti apa nasibmu! Sejujurnya, kamu hanyalah seekor anjing pengikut. Kalau dihadapkan dengan keuntungan, kamu pasti dibuang, 'kan?"Wajah Catherine menjadi pucat. Irvan benar, nyawanya adalah milik nona. Catherina siap untuk berkorban kapan pun dibutuhkan. Tidur bersama Fandy waktu itu juga adalah pengaturan nona, 'kan?Ketika Catherine merasa putus asa, pintu ruangan tiba-tiba dibuka. Fandy berjalan masuk."Catherine, aku cari kamu ke mana-mana. Ayo ikut aku. Ada urusan penting yang mau kubahas denganmu."Hmm? Irvan mengernyit seraya menoleh ke arah pintu."Kamu, keluar!"Fandy menoleh pada Irvan."Aku?"Irvan menggelengkan kepala, lalu memberi isy
Balai Purnama? Fandy mengernyit. Dia belum pernah mendengar nama organisasi tersebut.Lebih ngeri lagi, tokoh-tokoh besar yang lain terdiam, bahkan tidak ada yang berbisik satu sama lain."Ini kartu identitasku. Kalian tahu bagaimana metode verifikasi Balai Purnama."Marko tersadarkan. Kegirangannya terpapar dengan jelas di wajah."Mo ... mohon tunggu sebentar!"Marko berlari turun dari panggung sambil membawa kartu identitas tersebut. Dia juga tidak tahu bagaimana cara memverifikasinya."Liandar, apa itu Balai Purnama? Sepertinya sangat hebat. Ini soal Kartu Kehidupan, tapi nggak ada yang berani menentangnya?"Terbersit keheranan di mata Liandar. Tuan Muda benar-benar naif."Balai Purnama adalah organisasi yang sangat misterius. Katanya sepopuler Balai Tim Drag, sangat tegas dan mendominasi. Informasi detail mereka bahkan adalah rahasia tingkat tinggi di markas kita. Dengan identitasku, aku nggak punya otoritas untuk menyelidikinya."Sehebat itu? Sepopuler Balai Tim Drag? Tidak heran.
Masing-masing seorang pria paruh baya berdiri di kedua sisi Irvan. Mereka jelas adalah seniman bela diri yang jago. Perihal keamanan Keluarga elite pasti sangat terjamin."Kamu datang untuk tuntaskan masalah denganku?"Irvan menyeringai sinis."Tuntaskan masalah? Memangnya kamu pantas? Aku hanya bunuh satu semut sebelum naik pesawat."Tap! Tap! Tap!Tepat saat itu, tiba-tiba ada suara langkah kaki. Seniman bela diri di sisi Irvan langsung berwaspada. Tatapan mata mereka sangat serius karena mereka sama sekali tidak merasakan keberadaan orang lain.Fandy sudah merasakan keberadaan orang itu sejak tadi dan mengira orang itu adalah pengikut Irvan. Ternyata, dia salah menebak."Perumpamaan yang bagus. Kamu semutnya, 'kan?"Suara langkah kaki berhenti, lalu seorang wanita muncul di ruang tamu. Dia menatap Irvan dengan ekspresi mata dingin.Irvan buru-buru berdiri. Fandy juga mengenali bahwa wanita itu adalah personel Balai Purnama yang membuat semua tokoh besar di acara lelang tadi menjadi
"Ya, mungkin aku bukan apa-apa di matanya, jadi dia nggak mau buang waktu."Mustahil Fandy memberitahukan Irvan kabur karena Balai Purnama adalah organisasi seniornya."Apa pun itu, baguslah kalau Irvan nggak cari masalah denganmu."Catherine tetap kebingungan, tetapi hasilnya adalah yang terpenting."Karena kamu baik-baik saja, aku, aku pulang dulu."Sebenarnya, Catherine mulai memiliki rasa suka terhadap Fandy. Di era dulu, orang tua mereka menikah lebih dulu dan membina perasaan cinta. Setelah berhubungan intim dan berinteraksi dari waktu ke waktu, tidak mungkin tidak timbul rasa suka sedikit pun.Akan tetapi, Fandy adalah tunangan nona. Catherine tidak berani memiliki pikiran yang melebihi batas, kecuali nona secara inisiatif membatalkan janji pernikahan karena merasa Fandy tidak layak.Syarat lain lagi adalah nona membebaskannya.Di sisi lain, Fitri menatap kakeknya yang terbaring di ranjang dengan mata berkaca-kaca."Kakek, maafkan aku. Aku nggak bisa dapatkan Kartu Kehidupan."F
Di sebuah KTV di ibu kota provinsi, Fandy sedang duduk sendirian di ruangan pribadi. Dia tidak menyangka ternyata Arnold belum datang. Benar-benar keterlaluan.Setelah merasakan dirinya beberapa saat, senyuman muncul di wajahnya.Sekarang Fandy memiliki dua Tulang Naga Sejati di tubuh dan kekuatannya telah meningkat lagi. Sejujurnya, Fandy merasa seperti sedang mimpi.Itulah sebabnya dia menjadi semakin terobsesi dengan Tulang Naga Sejati, tetapi masih ada pertanyaan yang masih melekat di benaknya.Bagaimanapun, Arnold dan Jevinca belum datang. Jadi Fandy berdiri dan pergi ke aula KTV di lobi sebelum menghubungi nomor tidak dikenal sebelumnya.Sepertinya karena hubungan dengan Jenderal Perang Joseph, Master Medis menyuruhnya untuk menelepon kembali setelah melakukan pengobatan.Sebelum ponsel berdering terlalu lama, suara guru terdengar."Berhasil?""Iya, Guru, mungkin kamu nggak akan bisa menyangka kenapa Jenderal Perang Joseph jatuh sakit."Guru menghardik."Bajingan kecil, mau pamer
Setelah hari ketujuh tiba, Fandy menyeka keringat di dahinya setelah mencabut jarum perak yang tertancap di tubuh Jenderal Perang Joseph."Coba rasakan, sudah beres."Sebenarnya semua jarum ini hanyalah alat peraga. Tanpa Sembilan Pemecah Naga, Fandy tidak akan berdaya melawan Tulang Naga Sejati di tubuh Jenderal Perang Joseph.Setelah bangun dari kasur dan meregangkan tubuhnya, sorot mata Jenderal Perang Joseph berangsur-angsur menjadi cerah dan dengan ledakan dari telapak tangan, pintu rumah bambu itu terbelah menjadi beberapa bagian."Haha! Lumayan, aku merasakan gaya yang sama seperti dulu dan akhirnya aku nggak perlu berbaring di kasur seperti orang sakit yang menunggu kematian datang menjemput."Setelah mengatakan itu, pria tua yang mengantarkan makanan untuk Fandy dan yang lainnya juga berdiri di depan pintu dengan senyuman di wajah setelah melihat ini."Selamat atas kesembuhan Jenderal."Ratu yang berada tidak jauh dari sana juga tersenyum. Tentu saja, dia sangat senang kakek k
Waktu berlalu hari demi hari dan Casella tidak pergi. Dia akan masuk setiap kali Fandy selesai dengan pengobatan.Kemudian, Fandy menyadari ada seorang pria tua yang tinggal di sini. Entah di mana orang itu tinggal, dia hanya akan muncul dengan membawa makanan ketika tiba waktunya untuk makan. Kemungkinan dia melindungi Jenderal Perang Joseph.Pada hari keempat, Fandy yang baru saja selesai dengan pengobatan bertemu seseorang berjalan saat keluar."Jenifer?"Fandy terkejut. Dia tidak menyangka akan bertemu Jenifer di waktu dan kesempatan seperti itu."Fandy!"Jenifer jelas juga sangat terkejut bertemu Fandy di sini.Akan tetapi pada saat berikutnya, dia mengalihkan pandangan."Aku ... Guru nggak mengizinkanku berbicara denganmu."Tanpa pengingat ini, Fandy hampir lupa obrolan terakhir kali Ganos dengannya dan janji yang harus dia penuhi.Saat ini Casella juga muncul dan Jenifer buru-buru berkata."Ratu, ini pil obat terbaru yang dikembangkan oleh guruku. Meski nggak bisa menyembuhkan p
Setelah terdiam beberapa saat, Fandy berdiri."Karena kamu sudah membuat keputusan, aku nggak bisa berkata apa-apa lagi."Siapa sangka Jenderal Perang Joseph tertawa lagi."Cuma bercanda, mana mungkin aku akan mempertaruhkan nyawaku demi sepotong tulang usang itu? Ayo mulai."Sebenarnya Jenderal Perang Joseph ingin melihat apakah Fandy benar-benar tahu tentang tulang itu. Alhasil setelah mengatakan itu, dia tidak melihat apa pun tersirat dari mata Fandy, jadi dia tentu saja menyerah.Fandy juga tidak berdaya. Tidak ada satu pun dari orang tua ini mudah untuk dikacaukan. Mereka benar-benar mengejutkan dalam setiap langkah. Akan tetapi kalau tadi Fandy menunjukkan perubahan, gawatlah sudah.Sepertinya guru benar. Hanya Sembilan Pemecah Naga yang bisa memurnikan Tulang Naga Sejati. Kalau dimurnikan ke dalam tubuh dengan cara asal-asalan seperti Jenderal Perang Joseph, cepat atau lambat pasti akan ada masalah.Di luar, Ratu sedang duduk di bangku kecil di halaman dan terbuai dalam pikirann
Akan tetapi, mana mungkin bisa begini!? Bukankah Fandy kehilangan seni bela dirinya? Terlebih lagi, Ganos sendiri yang bilang. Saat itu Ratu juga ada di sana dan tidak ada kebohongan sedikit pun. Baru satu bulan berlalu, tetapi kekuatan orang ini telah meningkat pesat?"Astaga! Luar biasa sekali sudah mencapai Alam Bawaan di usia ini!"Jenderal Perang Joseph tersenyum dan memuji. Ditambah lagi karena Fandy adalah orang yang patriotik, jadi tentu saja dia lebih gembira.Setelah menatap Fandy dengan rumit, Ratu berbalik dan berjalan keluar. Mencapai Alam Bawaan bisa membuktikan keterampilan medis Fandy telah pulih dan bahkan mungkin lebih baik dari sebelumnya."Jenderal, kamu pernah melakukan pemurnian tulang sebelumnya?"Setelah hanya ada mereka berdua di rumah bambu, Fandy mulai menanyakan pertanyaan intinya.Setelah Fandy bertanya, sorot mata Jenderal Perang Joseph berubah."Kamu benar-benar bisa merasakan keberadaan tulang itu?"Fandy mengangguk."Benar, aku juga sepenuhnya yakin kon
Dengan kata-kata Fandy terlontarkan, bahkan Jenderal Perang Joseph yang telah mengalami begitu banyak hal langsung tercengang. Sejujurnya, dia sudah lama menyerah dengan ide dia bisa disembuhkan, jadi saat ini raut wajahnya tetap seperti biasa.Burhan dan Rega yang sudah percaya pada Fandy langsung bersemangat.Orang dengan status dan sifat mereka sama sekali tidak peduli dengan pahala atau budi baik apa pun setelah menyembuhkan Jenderal Perang Joseph. Mereka hanya tulus menanti.Hanya sorot mata Ratu yang sangat dingin."Fandy! Kamu pikir ini permainan anak-anak? Banyak dokter genius yang nggak berdaya, tapi kamu bisa? Kalau sebelumnya, aku nggak akan menyangkalnya. Tapi sekarang keterampilan medismu, jangan bercanda lagi!"Fandy mengabaikan wanita ini dan hanya melihat ke arah Jenderal Perang Joseph."Jenderal, apa kamu setuju untuk mengizinkanku mencobanya?"Jenderal Perang Joseph sadar dan tertawa terbahak-bahak."Haha! Mana mungkin aku nggak setuju? Dokter nggak akan maju tanpa ke
Setelah Burhan mengatakan itu, umpatan terdengar dari dalam."Burhan! Siapa yang kamu bicarakan!?"Suaranya terdengar penuh tenaga, tidak seperti orang yang sedang sakit, tetapi Burhan tertawa canggung. Bagaimanapun juga, orang itu pernah menjadi pemimpin lamanya, jadi dia memang pantas dimarahi.Saat melewati Ratu, Fandy bersikap seolah tidak pernah melihat orang ini. Sebenarnya dia sudah menebak sesuatu Hubungan antara Jenderal Perang Joseph dan Ratu tidak sederhana. Apalagi kalau bisa membuat Burhan bertanya seperti itu, kemungkinan mereka adalah kerabat."Fandy, kalau bukan karena kamu dibawa kemari oleh Pak Burhan, aku nggak akan membiarkanmu masuk melalui pintu ini!"Sorot mata Ratu tidak menunjukkan apa pun, tetapi hatinya dipenuhi penghinaan.Pada dasarnya Ratu bukan orang yang emosional, tetapi setidaknya Fandy benar-benar membuatnya kesal dalam masalah Keluarga Hubert. Meskipun perjanjian dengan Keluarga Hubert masih berlaku, dia hanya kesal. Atas dasar apa pria yang dicap se
Fandy tidak tahan lagi. Kalau bukan karena takut Burhan dan orang lain di ruangan itu akan mendengarnya, dia benar-benar ingin melontarkan sumpah serapah."Pak Tua, apa aku punya nomormu? Masih mau aku memberitahumu?"Dia sudah mengetahui betapa tebal muka gurunya, jadi suara yang datang dari sana tidak begitu berubah."Kalau begitu, berhasil! Bagaimana, bukankah rasanya sangat luar biasa untuk bangkit kembali dari keterpurukan?"Ini adalah kebenaran dan Fandy tidak bisa menyangkalnya."Iya.""Karena kekuatanmu sudah meningkat lebih jauh dan mencapai Alam Bawaan, maka jangan mengganggu sembilan kakak seniormu lagi, dengar?"Fandy tahu ini akan terjadi. Memikirkan perasaan menggembirakan karena bisa menggunakan sumber daya dari Kak Irana di bulan sebelumnya, mungkin itu tidak akan terjadi lagi."Iya, tapi Guru, ada sesuatu yang ingin kulaporkan padamu. Ini tentang Jenderal Perang Joseph."Setelah Fandy mengatakan itu, dia bisa mendengar suara guru menjadi lebih serius."Haha, tua bangka
"Apa!?"Lusiana mengernyitkan dahi."Kakekku memang mencarimu karena ada masalah besar."Sambil menghela napas, Fandy berniat untuk membuka suara. Dia benar-benar tidak ingin ada wanita yang menunggunya."Lusiana, kamu pantas mendapatkan kebahagiaan yang lebih baik, jangan buang waktumu bersamaku."Siapa sangka alih-alih marah, Lusiana malah tersenyum."Tenang saja, aku akan pergi setelah aku merasa sudah nggak ada harapan. Indera keenam seorang wanita sangat akurat."Karena orangnya sudah mengatakan ini, apa lagi yang bisa Fandy lakukan?Saat langkah kaki terdengar lagi, Fandy buru-buru berdiri. Tidak disangka Rega juga ada di sana. Lagi pula di mata semua orang, sekarang Fandy hanyalah orang biasa.Dia tidak berencana memberi tahu siapa pun tentang kesembuhannya untuk saat ini dan sekarang hidupnya cukup baik."Pak Burhan, Paman Rega."Ketiganya duduk kembali dan Rega berbicara."Fandy, mungkin aku harus merepotkanmu lagi. Ada orang yang sedang sekarat, kuharap kamu bisa pergi meliha