"Dewi Perang, coba lihat ke sana. Kenapa Asura Liandar bisa kenal Fandy?"Fitri menoleh ke sana, lalu memalingkan kepala."Asura Liandar nggak sombong, dan penangkapan waktu itu terjadi di vila Fandy. Kamu bilang sendiri waktu itu, 'kan? Fandy juga muncul. Apanya yang heran?"Benar juga. Sharon memelototi Fandy dengan jengkel. Sharon terlalu skeptis sekarang. Meskipun identitas Fandy sebagai anggota Balai Tim Drag belum terkonfirmasi, Sharon tidak ingin Fandy memiliki rahasia lain.Fandy telah menjatuhkan Tentara Markotop pada sebelumnya. Mereka pun bermusuhan. Makin lemah musuhnya, makin baik.Waktu berlalu sedikit demi sedikit. Acara lelang resmi dimulai. Marko menjadi pembawa acara di panggung, tetapi tidak berani berbicara panjang lebar. Orang-orang yang berdiri di bawah panggung jauh lebih mulia dibanding Keluarga Kintana. Bergegas adalah bentuk kesopanan terbesar."Terima kasih atas kehadiran kalian semua. Dalam pelelangan Kartu Kehidupan kali ini, nggak pakai uang tunai. Kalian
Catherine menarik tangannya, lalu mundur selangkah dan menghardik,"Tuan Muda Irvan! Harap tetap tenang!"Alhasil, Irvan bersikap cuek. Irvan duduk di sofa dan membengkokkan jarinya."Aku tahu kamu adalah seniman bela diri, aku nggak bisa memaksakanmu. Kalau kamu nggak melayaniku sekarang, dengan kemampuanku dan keluargaku, kamu tahu akan seperti apa nasibmu! Sejujurnya, kamu hanyalah seekor anjing pengikut. Kalau dihadapkan dengan keuntungan, kamu pasti dibuang, 'kan?"Wajah Catherine menjadi pucat. Irvan benar, nyawanya adalah milik nona. Catherina siap untuk berkorban kapan pun dibutuhkan. Tidur bersama Fandy waktu itu juga adalah pengaturan nona, 'kan?Ketika Catherine merasa putus asa, pintu ruangan tiba-tiba dibuka. Fandy berjalan masuk."Catherine, aku cari kamu ke mana-mana. Ayo ikut aku. Ada urusan penting yang mau kubahas denganmu."Hmm? Irvan mengernyit seraya menoleh ke arah pintu."Kamu, keluar!"Fandy menoleh pada Irvan."Aku?"Irvan menggelengkan kepala, lalu memberi isy
Balai Purnama? Fandy mengernyit. Dia belum pernah mendengar nama organisasi tersebut.Lebih ngeri lagi, tokoh-tokoh besar yang lain terdiam, bahkan tidak ada yang berbisik satu sama lain."Ini kartu identitasku. Kalian tahu bagaimana metode verifikasi Balai Purnama."Marko tersadarkan. Kegirangannya terpapar dengan jelas di wajah."Mo ... mohon tunggu sebentar!"Marko berlari turun dari panggung sambil membawa kartu identitas tersebut. Dia juga tidak tahu bagaimana cara memverifikasinya."Liandar, apa itu Balai Purnama? Sepertinya sangat hebat. Ini soal Kartu Kehidupan, tapi nggak ada yang berani menentangnya?"Terbersit keheranan di mata Liandar. Tuan Muda benar-benar naif."Balai Purnama adalah organisasi yang sangat misterius. Katanya sepopuler Balai Tim Drag, sangat tegas dan mendominasi. Informasi detail mereka bahkan adalah rahasia tingkat tinggi di markas kita. Dengan identitasku, aku nggak punya otoritas untuk menyelidikinya."Sehebat itu? Sepopuler Balai Tim Drag? Tidak heran.
Masing-masing seorang pria paruh baya berdiri di kedua sisi Irvan. Mereka jelas adalah seniman bela diri yang jago. Perihal keamanan Keluarga elite pasti sangat terjamin."Kamu datang untuk tuntaskan masalah denganku?"Irvan menyeringai sinis."Tuntaskan masalah? Memangnya kamu pantas? Aku hanya bunuh satu semut sebelum naik pesawat."Tap! Tap! Tap!Tepat saat itu, tiba-tiba ada suara langkah kaki. Seniman bela diri di sisi Irvan langsung berwaspada. Tatapan mata mereka sangat serius karena mereka sama sekali tidak merasakan keberadaan orang lain.Fandy sudah merasakan keberadaan orang itu sejak tadi dan mengira orang itu adalah pengikut Irvan. Ternyata, dia salah menebak."Perumpamaan yang bagus. Kamu semutnya, 'kan?"Suara langkah kaki berhenti, lalu seorang wanita muncul di ruang tamu. Dia menatap Irvan dengan ekspresi mata dingin.Irvan buru-buru berdiri. Fandy juga mengenali bahwa wanita itu adalah personel Balai Purnama yang membuat semua tokoh besar di acara lelang tadi menjadi
"Ya, mungkin aku bukan apa-apa di matanya, jadi dia nggak mau buang waktu."Mustahil Fandy memberitahukan Irvan kabur karena Balai Purnama adalah organisasi seniornya."Apa pun itu, baguslah kalau Irvan nggak cari masalah denganmu."Catherine tetap kebingungan, tetapi hasilnya adalah yang terpenting."Karena kamu baik-baik saja, aku, aku pulang dulu."Sebenarnya, Catherine mulai memiliki rasa suka terhadap Fandy. Di era dulu, orang tua mereka menikah lebih dulu dan membina perasaan cinta. Setelah berhubungan intim dan berinteraksi dari waktu ke waktu, tidak mungkin tidak timbul rasa suka sedikit pun.Akan tetapi, Fandy adalah tunangan nona. Catherine tidak berani memiliki pikiran yang melebihi batas, kecuali nona secara inisiatif membatalkan janji pernikahan karena merasa Fandy tidak layak.Syarat lain lagi adalah nona membebaskannya.Di sisi lain, Fitri menatap kakeknya yang terbaring di ranjang dengan mata berkaca-kaca."Kakek, maafkan aku. Aku nggak bisa dapatkan Kartu Kehidupan."F
Fandy mengakhiri panggilan telepon setelah hanya menuturkan satu kalimat. Fitri mengernyit karena marah."Fandy berengsek! Kamu perintahkan aku?"Akan tetapi, terpikir bahwa Dokter Karlo akan tiba lusa besok, suasana hati Fitri kembali tenang.Fitri turun, lalu mengambil laptop rahasia yang dibagikan oleh markas untuk mengakses basis data.Melalui basis data, Fitri dapat menelusuri data dari setiap ketua aula Balai Tim Drag. Fitri tidak ingin dibodohi besok.Data tersebut dapat ditelusuri karena ada kesepakatan antara Balai Tim Drag dan markas. Akan tetapi, hanya segelintir orang yang berhak menelusuri data tersebut. Fitri adalah salah satunya.Bahkan Sharon pun tidak dapat mengakses rahasia itu. Fitri juga tidak akan memberitahunya karena itu adalah pelanggaran.Jika data tersebut dikuasai oleh musuh Balai Tim Drag, mudah sekali untuk menjatuhkannya satu per satu.Pukul sembilan lewat pagi esoknya, di ruang tamu dalam kamar suite yang besar di suatu hotel, ada sembilan orang yang berd
Akan tetapi, Fandy mengernyit setelah menatap mereka semua."Kenapa banyak sekali yang datang?"Rijunta terbengong. Dia buru-buru mendongakkan kepala."Tuan Drag, apa, apa ada yang salah?"Fandy berjalan ke depan duduk, lalu berujar,"Bangunlah."Setelah itu, Fandy menoleh pada Rijunta."Aku suruh kamu panggil tiga ketua aula saja. Kenapa kamu panggil semuanya?"Tiga? Rijunta panik sehingga bergegas menghampiri Fandy dan mengeluarkan ponselnya. Kepala Rijunta dibasahi keringat."Tuan Drag yang suruh aku panggil semua ketua aula ke sini."Setelah mendengar pesan suara itu, Fandy tidak bisa berkata-kata. Suaranya ditimpa oleh suara musik yang memekakkan telinga. Itu bukan kesalahan Rijunta."Sudahlah. Kalian dengar baik-baik. Nanti, Dewi Perang Fitri Sumar akan datang. Aku butuh kalian buktikan aku adalah anggota Balai Tim Drag. Paham?"Para ketua aula bertatapan satu sama lain. Ini saja? Mereka berpikir ada perintah penting dari Tuan Drag, tetapi justru hanya hal kecil.Mereka bahkan in
"Dewi Perang Fitri, apa maksud kedatanganmu ke sini?"Ronan berbicara yang membuat Fitri akhirnya kembali sadar."Apa Fandy nggak bilang pada kalian?"Setelah melihat Fandy, Ronan berkata."Apa? Kami sedang rapat, Fandy sedang menjalankan tugas. Apa karena adanya Fitri, sebelumnya Fandy nggak bilang padamu?"Sembilan kepala Tim Drag mengadakan rapat di Kota Valencia. Sebagai dewi perang, dirinya tidak mendapat kabar apa pun.Sebenarnya saat ini tidak perlu bertanya lagi, cukup buktikan bahwa Fandy berasal dari Tim Drag saja."Maaf, selamat tinggal!"Fitri pergi, Sharon buru-buru mengikutinya dengan ekspresi bingung."Dewi Perang, hanya Ronan, ketua Aula Hukum Pidana yang ada di sini. Apa nggak menanyakan hal yang lain?"Bagaimana ini membuktikan bahwa Fandy berasal dari Tim Drag?"Ada sembilan orang, semunya ketua Tim Drag. Apa masih perlu bertanya?"Apa? Sharon langsung terkejut. Kesembilan ketua Tim Drag ada di sini? Mana mungkin!Setelah beberapa saat, Sharon menghela napas lega.Un
Kebetulan Nonanya telepon."Nona.""Dalam foto yang kamu kirimkan padaku kemarin, nama wanita itu Lusiana dan dia adalah cucu Burhan."Apa!? Burhan? Catherine terkejut. Dia sudah begitu lama ikut dengan Nona, mana mungkin Nona tidak tahu beberapa orang terkenal?"Astaga! Nona, kok wanita berstatus Lusiana bisa bertemu dengan Fandy?"Anehnya, Nona malah tertawa."Burhan telah menetap di Kota Valencia, tepat di sebelah vila Fandy. Selain itu, Burhan adalah orang yang rendah hati. Sebagai tetangga, sudah nggak heran keduanya saling berhubungan. Nggak layak disebutkan, paling-paling cuma hubungan tatap muka saja dan nggak ada yang bermanfaat.""Mengenai alasan Lusiana membantu Fandy, mungkin Pak Burhan nggak tahan melihat Tentara Markotop berurusan orang biasa sedemikian rupa, jadi dia menyuruh cucunya untuk pergi mengurusnya. Nggak perlu terlalu diperhatikan. Dengan kata lain, kalau Fandy memang bisa mendapatkan bantuan Burhan, dia cukup layak untuk mendapatkan status tinggi."Setelah men
Fandy berdiri. Ini adalah pertama kalinya dia mendengar gurunya begitu marah. Pasti ada masalah besar yang terjadi."Guru, katakan. Aku mendengarkan."Sampai Burhan juga menatapnya dengan penasaran. Fandy masih sangat muda dan keterampilan medisnya telah mencapai puncaknya. Mana mungkin guru yang melatihnya adalah orang biasa?"Negara Gestin ini keterlaluan! Beraninya mereka meremehkan pengobatan tradisional yang diwarisi negara kita selama bertahun-tahun!? Nggak lama lagi akan ada persaingan medis. Itu adalah Negara Gestin."Setelah mendengarkan, Fandy tidak menyangka ternyata alasan mengapa gurunya begitu marah saat menelepon sama dengan yang Burhan katakan."Guru, seorang pahlawan tua telah menugaskanku untuk ikut dalam kompetisi. Tenang saja, aku akan pasti membuat para bajingan dari Negara Gestin itu masuk dengan bangga dan pergi sambil menangis."Dokter tersenyum."Benarkah? Kalau begitu, aku nggak perlu membicarakan yang lainnya! Dengarkan baik-baik, kalau kamu nggak menghajar m
Itu hanya lelucon, Pak Burhan melanjutkan."Berjanjilah padaku. Kalau kamu memang nggak punya perasaan terhadap cucuku setelah mencoba beberapa saat, bicaralah dengan lebih kasar. Takutnya nanti dia akan terbuai terlalu dalam dan akan semakin menderita."Fandy tersenyum getir."Apa kamu merasa aku terlalu menawan?"Tidak disangka Pak Burhan mengangguk dengan serius."Benar, ada beberapa orang yang memang terlahir luar biasa. Bagi orang seperti ini, yang paling mereka miliki adalah wanita. Cucu bukanlah peri yang nggak terpikat oleh dunia fana. Wajar saja kalau dia jatuh cinta padamu."Penilaian yang begitu tinggi membuat Fandy merasa agak malu."Kalau begitu, aku akan melakukannya."Seolah ini hanya pernyataan pembuka, Burhan tiba-tiba meletakkan pancing sambil memandang Fandy dan berkata dengan serius."Aku punya permintaan."Fandy panik."Kamu terlalu menganggapku tinggi."Setelah melambaikan tangan, Pak Burhan masih sangat serius."Nggak! Aku nggak akan pernah bicara omong kosong ka
Fitri telah mengetahui Heijo berada di tingkat Raja Seni Bela Diri dan bisa mengaktifkan energi pelindung tubuh untuk membunuh orang tanpa terlihat. Selain itu, kamera di sini juga telah dihancurkan. Meski terlihat, tetap saja tidak akan ada bukti.Biasanya seniman bela diri tingkat ini akan ditangani oleh markas besar. Meskipun Fitri adalah Dewi Perang, dia tidak layak dan tidak memiliki kemampuan itu.Dalam keputusasaan, Fitri buru-buru berkata."Kalau kamu membunuhnya, kita nggak akan pernah bersama!"Heijo menurunkan tangan kanannya sambil mengernyitkan dahi."Oke. Karena kamu adalah Dewi Perang dan punya kewajiban yang harus kamu penuhi, aku akan melepaskannya dengan enggan. Tapi kamu harus menjelaskan pada gurumu. Kalau nggak, perintah militerku akan menjadi lelucon."Fitri menghela napas lega."Akan kujelaskan."Keduanya pergi. Fandy yang baru mengantar Lusiana di halaman hanya meliriknya tanpa menganggapnya serius.Kalau Fitri tidak ada di sini, Fandy pasti akan pergi dan menan
Saat ini di luar, Heijo datang perlahan dengan senyuman di wajahnya."Bahkan nggak bisa merasakan aura pembunuh yang sengaja kuaktifkan. Orang bernama Fandy ini biasa saja."Heijo ingin mengujinya. Kalau tidak, mustahil bagi siapa pun bisa tahu kedatangan dan kepergiannya dengan yang dia miliki."Kamu Heijo?"Tiba-tiba, seorang wanita muncul di depan dan menghalangi jalan Heijo.Dia menyipitkan mata untuk mengamatinya dan tersenyum."Haha, ini Fitri. Nggak kusangka pertemuan pertama kita di tempat dan waktu seperti ini."Heijo telah melihat foto Fitri berkali-kali. Meskipun setelah ramalan guru dan Fitri sangat jelek, dia akan menikahi serta memperlakukannya dengan baik. Akan tetapi, mana mungkin pria tidak mendambakan wanita cantik?Setelah melihat foto itu, Heijo sangat kagum dan tentu saja sangat bahagia. Jadi pada dasarnya, dia telah memutuskan Fitri adalah kekasihnya."Kamu memang sangat kuat. Aku bisa tahu cuma dari aura pembunuhmu."Saat ini Fitri merasa rumit. Dia tidak pernah
Sesampainya di Komunitas Ruby, Fandy memarkir mobil di tempat parkir depan pintu masuk sebelum memberikan kunci kepada satpam dan memberi tahu Jessy untuk mengutus seseorang mengambilnya.Saat berjalan masuk dan melewati vila Catherine, Fandy melihat Catherine sedang duduk di halaman pada malam seperti ini."Mau masuk dan duduk-duduk?"Setelah keduanya saling memandang, Catherine mengajaknya."Nggak, aku agak capek."Rasa penasaran melintas di mata Catherine. Fandy kembali dari Tentara Markotop dengan selamat? Mustahil untuk mengatakan penangkapan Tentara Markotop adalah kesalahpahaman.Bukankah konyol sekali kalau Tentara Markotop datang menangkap orang tanpa bukti?"Fandy, rahasia apa lagi yang kamu punya?"Setelah bergumam, Catherine mengambil keputusan. Bukankah itu tujuan Nona mengutusnya ke sini? Akan tetapi, sebuah suara bergema di dalam hatinya dan menyuruhnya untuk jangan mencari sisi lain Fandy. Kalau tidak, mungkin akan ada kemungkinan kecil untuk bersama Nona.Begitu memasu
"Fandy, namaku Ronald, aku adalah kapten Tentara Markotop. Kakekku dan Pak Burhan pernah menjadi rekan seperjuangan."Dengan adanya hubungan ini, sikap Fandy tentu saja berbeda. Pak Burhan adalah pahlawan perang, mana mungkin kakek Ronald bisa lebih buruk dari itu?"Haha, ada apa Kak Ronald mencariku?""Begini, Mark adalah keponakanku. Dari apa yang kuketahui tentang apa yang terjadi, masalah di antara kalian berdua nggak terlalu besar. Coba lihat bisa nggak kamu memberiku muka dan membiarkannya meminta maaf kepadamu? Sejujurnya, aku baru mengetahui masalah ini."Fandy menepikan mobilnya dan tertawa."Boleh. Karena Kak Ronald sudah angkat bicara, aku pasti akan memberimu muka."Lagi pula, masalah mereka berdua belum terlalu dalam. Kalau tidak, siapa pun yang mencarinya tidak akan ada gunanya."Kalau begitu, terima kasih banyak. Aku akan menyuruh adikku untuk mendisiplinkan Mark dengan baik."Karena sudah seperti ini, Fandy tentu saja pulang ke rumah.Jessy yang juga duduk di dalam mobi
Reaksi Ronald membuat Mark tertegun sejenak, lalu dia tertawa."Fandy, temanku ...."Sebelum menyelesaikan ucapannya, Ronald tiba-tiba menatap Mark dan suaranya agak meninggi."Katakan sejujurnya, yang mau mencari tahu tentang Fandy itu kamu atau temanmu?"Mana mungkin dia tidak mengenal keponakan ini si tuan dari Keluarga Westly yang paling pintar membuat onar? Sebagai kapten Tentara Markotop, orang berbahaya dan licik seperti apa yang belum pernah dia tangani? Mana mungkin dia tidak bisa melihat apakah ucapan yang seseorang lontarkan itu kebohongan atau bukan?Saat ini semua orang juga melihat ke arah mereka, terutama Harjono yang berdiri dan berkata dengan tegas."Katakan yang sebenarnya pada pamanmu!"Mana mungkin seseorang yang berpengalaman tidak bisa melihat keseriusan Ronald?Meskipun Mark ragu, dia masih buru-buru berkata."Paman, benar, akulah yang ingin mencari tahu. Aku dan Fandy ini punya masalah, tapi itu nggak penting lagi. Aku melihatnya dibawa pergi oleh anggota Tentar
Akhirnya, Jessy memikirkannya."Sudahlah! Aku belum pernah bertaruh sekali pun seumur hidupku, jadi kali ini aku akan menemanimu untuk menggila bersama!"Tepat setelah dia mengatakan ini, tiga mobil tiba-tiba muncul di depan yang berhenti secara menyamping dari depan dan belakang sampai membuat Jessy terpaksa menginjak rem."Mau memberontak? Beraninya menghentikan mobilku?"Akan tetapi saat berikutnya, dia melihat plat nomornya dengan jelas dan langsung membeku."Gawat, ini mobil ayahku."Benar saja, pintu Rolls-Royce yang berhenti di depan terbuka dan seorang pria paruh baya muncul. Adik Jessy yang bernama Hilman juga berada di sampingnya."Hilman sialan, pasti dia yang mengadu."Setelah menoleh, Jessy terlihat menyedihkan."Kak Fandy, bisakah kamu turun denganku? Kalau nggak, kali ini ayahku pasti akan membunuhku. Tolong bantu aku."Fandy merasa tidak berdaya, tetapi bagaimanapun juga, Jessy juga telah membantunya dalam mendapatkan Bunga Alea. Jadi bantuan kecil ini bukanlah masalah.