Fitri memberinya waktu tiga hari, jelas memutuskan bahwa Fandy ada hubungannya dengan Ronan, bukannya mereka sebenarnya dari Tim Drag."Dewi Perang, kamu nggak percaya bahwa Fandy adalah anggota Tim Drag?"Setelah mendengar kata-kata Sharon, Fitri menoleh ke arah sana dan segera menyadari ada yang tidak beres."Kenapa? Kamu adalah asisten Fitri, mana perlu peduli dengan anggota Tim Drag? Kenapa mentalmu mudah sekali tergoyahkan?"Sharon tertegun, dengan hati-hati memikirkan arti kata-katanya."Entah mau mengutamakannya atau nggak, kita akan melihat hasilnya dalam tiga hari saja."Di halaman depan vila, Burhan masuk setelah Fitri pergi."Fan, tempatmu benar-benar ramai. Mereka semua ini tokoh besar."Fandy tersenyum pahit."Jangan bercanda."Burhan tersenyum sambil duduk."Kalau namamu sebagai dokter sakti terungkap, bagaimana dengan Fitri? Pasti akan patuh jatuh ke dalam pelukanmu."Fandy menggelengkan kepalanya sambil menghela napas."Guruku bilang semuanya tergantung pada hati. Fitri
Fitri berkuasa dan masih memiliki aura dewi perang, tapi masih harus mengikuti segala peraturan. Tubuh putranya sudah dibedah, tapi tidak ada jejak kematian karena serangan, jadi sangat mustahil untuk menangkap Fandy.Jadi mana mungkin Arjuna bisa duduk diam begitu saja? Putra satu-satunya sudah meninggal, jadi apa gunanya menghasilkan lebih banyak uang? Pada usianya yang sudah tua, tidak mungkin untuk punya anak lagi, jadi Arjuna menemukan organisasi pembunuh yang sangat menakutkan, Organisasi Murka dan hampir mengosongkan kekayaan keluarganya hingga akhirnya organisasi itu menerimanya.Organisasi biasa tidak akan menghabiskan banyak uang. Yang diinginkan Arjuna adalah bertarung sampai mati. Dengan kata lain, jika mengirim seorang pembunuh dan dibunuh oleh Fandy, Organisasi Murka tidak akan menghentikan misinya, tapi akan terus mengirim yang lebih kuat."Fandy, aku sedang menunggu hari kematianmu!"Di sisi lain, Fandy sedang minum bersama Arnold."Arnold, kalau minum seperti ini, kamu
Ketika Arnold kembali, Fandy dapat melihat kegelisahan di matanya. Jelas sekali bahwa Arnold benar-benar mencintai Denada, jika tidak maka tidak akan seperti ini."Aku sudah memikirkannya. Aku ingin memberinya kesempatan lagi. Aku akan mencari waktu untuk berbicara dengannya lagi.""Ya, semuanya terserahmu. Kapan pun nggak akan masalah."Saat ini, Tuan Rijunta menelepon."Kak Fandy, orang tua itu sudah ditemukan."Rijunta mengatakan sebelumnya bahwa di sebuah desa yang berada di pinggiran Kota Valencia, ada seorang orang tua yang punya sebidang tanah. Meski membawa uang tunai 20 miliar, orang tua itu tidak bergeming dan mengatakan itu adalah warisan berharga keluarga.Awalnya, Fandy berencana pergi ke sana setelah mengatasi Adriano, tapi orang tua itu menghilang.Benar sekali, meski Rijunta telah mengatur agar orang-orang mengawasinya, tidak ada yang mendapatkannya. Tanpa diduga, sekarang ada kabar."Di mana orangnya?""Mungkin kamu nggak akan percaya, tapi pria tua ini sebenarnya puny
Saat tiba di vila nomor 7, di dalam gelap dan sepertinya tidak ada orang yang tinggal di sana.Namun, karena Rijunta sudah mengatakan itu, orang itu pasti ada di dalam.Untungnya, Fandy membunyikan bel pintu. Jika tidak meminta bantuan pada orang itu, Fandy pasti tidak akan bertindak seperti ini.Setelah menekan tombol selama setengah jam, pintu halaman akhirnya terbuka, tapi tidak ada yang keluar. Pintu di dalam juga terbuka setelah Fandy berjalan beberapa langkah.Begitu masuk ke dalam vila, suasana masih gelap dan masih kosong.Krak!Lampu meja di ruang tamu menyala, menerangi seorang orang tua yang duduk di sofa."Kamu pasti bekerja sama dengan mereka untuk membeli tanahku? Kamu cukup gigih juga, bahkan terus membunyikan bel pintu dengan sopan selama setengah jam."Fandy berjalan mendekat dan berkata dengan serius."Pak Tua, aku sangat membutuhkan bantuanmu untuk menyelamatkan nyawa seseorang. Aku juga berharap mendapatkan bantuanmu, sebutkan saja syarat apa pun yang kamu inginkan.
Fandy mengernyit. Sejak orang itu muncul, dia merasakan ada aura membunuh yang menargetkannya, tetapi segera hilang dan dialihkan ke pria tua. Alhasil, sekarang Fandy mendengar perkataan semacam itu."Kamu datang untuk membunuhku?"Pria paruh baya itu tersenyum getir. Pada saat ini, hanya wajah dan kedua kakinya yang bisa digerakkan dengan pelan. Sejujurnya, dia sangat tercengang oleh kekuatan Fandy. Serangan dari separuh cangkir itu tidak meninggalkan luka pada tubuhnya, tetapi dia malah begini."Benar. Hanya saja, kami terlalu meremehkanmu."Seakan-akan baru paham, pria tua itu mundur selangkah dengan terkesiap dan terdiam."Menarik. Kamu sepertinya pembunuh profesional, 'kan? Kelihatannya, organisasi pembunuh kalian mau dibantai."Fandy tidaklah asing terhadap organisasi pembunuh. Saat di Desa Persik, ada pembunuh yang berhasil menemukannya entah dengan cara apa dan pergi membunuhnya. Sembilan senior Fandy marah, bahkan ada tiga senior yang berangkat hari itu juga. Keesokannya, orga
Pria tua itu merasa lega dan mengangguk pada Fandy. Lalu, pria paruh baya ambruk di lantai."Ada orang yang urus mayatnya."Fandy tidak segan untuk membunuh orang di depan pria tua yang adalah mantan pembunuh."Aku ini orang yang tepat janji. Tunggu sebentar, aku ambilkan jenggot musa."Fandy sama sekali tidak takut pada Organisasi Murka. Selama dirinya cukup kuat, dia tidak perlu menghiraukan orang-orang lemah yang menjijikkan itu.Saat Fandy keluar dari vila, Rijunta yang sudah mendapat kabar masuk bersama rombongannya untuk menangani mayat.Di dalam vila No. 6 di samping, Chaesa sedang mengeluh pada Wanda yang baru saja pulang."Ibu! Hiks, Fandy benar-benar berengsek. Dia tampar aku. Ibu harus menegakkan keadilan untukku."Meskipun marah, Wanda masih berpikiran jernih."Anakku sayang, bersabarlah untuk saat ini. Ayahmu baru saja tanda tangan kontrak. Kontrak ini harus stabil untuk sementara waktu. Kalau konfrontasi, kalau Fandy mengacau, kalau kita kehilangan kesempatan kerja sama i
Pada saat yang sama, di perkemahan Tentara Markotop, Sharon sangat bersemangat."Dewi Perang! Tuan Besar Rick pasti selamat kali ini, pasti."Fitri sangat gembira. Selama bisa mendapatkan Kartu Kehidupan, Master Medis pasti akan muncul dan penyakit kakek pasti bisa disembuhkan."Jangan senang terlalu awal. Sekarang belum tahu apa barang yang Keluarga Kintana inginkan. Apalagi kabar ini sudah marak beredar. Meski baru sehari, ada banyak tokoh besar yang akan datang."Namun, Sharon acuh tak acuh."Cih! Aku justru mau lihat siapa yang berani nggak memberi muka padamu."Senyuman Fitri lenyap. Suaranya juga menjadi dingin."Walau aku adalah Dewi Perang, ada banyak orang di Negara Limas yang pandang rendah aku. Jangan terlalu meninggikanku. Itu nggak akan memudahkan pembelian Kartu Kehidupan.""Oh, aku pergi cari tahu tokoh besar mana saja yang akan ikut lelang."Fitri mengangkat tangan untuk mencegat Sharon."Nggak perlu, yang seharusnya datang pasti datang semua. Ini berkaitan dengan Kartu
Tidak aktif? Fandy kebingungan. Orang seperti Claire pasti tidak akan menonaktifkan ponsel dan meninggalkan ponselnya. Aneh sekali."Oke, serahkan padaku. Aku jamin acara makan besok malam lanjar jaya. Kamu pesan saja tempatnya.""Hehehe, temanku memang bisa diandalkan!"Inilah pertemanan sejati. Tidak peduli seperti apa identitas dan jaringan koneksi yang Fandy miliki, di mata Arnold, Fandy akan selalu menjadi teman baiknya. Arnold tidak akan sungkan dengan Fandy jika membutuhkan bantuan, begitu pula Fandy.Fandy menelepon Claire, tetapi nomornya tetap tidak aktif. Fandy mengernyit.Menjelang siang hari, Fandy mengemudikan mobil Land Rover ke rumah Keluarga Kintana karena Claire tidak bisa dihubungi sepanjang waktu.Faktor pertama adalah masalah Arnold. Faktor kedua adalah mengkhawatirkan Claire. Sejak berkenalan sampai sekarang, mereka sudah bisa dianggap teman.Sesampainya di rumah Keluarga Kintana, belasan pengawal berdiri di depan gerbang yang tertutup rapat dengan berwaspada.Fan
Di sebuah KTV di ibu kota provinsi, Fandy sedang duduk sendirian di ruangan pribadi. Dia tidak menyangka ternyata Arnold belum datang. Benar-benar keterlaluan.Setelah merasakan dirinya beberapa saat, senyuman muncul di wajahnya.Sekarang Fandy memiliki dua Tulang Naga Sejati di tubuh dan kekuatannya telah meningkat lagi. Sejujurnya, Fandy merasa seperti sedang mimpi.Itulah sebabnya dia menjadi semakin terobsesi dengan Tulang Naga Sejati, tetapi masih ada pertanyaan yang masih melekat di benaknya.Bagaimanapun, Arnold dan Jevinca belum datang. Jadi Fandy berdiri dan pergi ke aula KTV di lobi sebelum menghubungi nomor tidak dikenal sebelumnya.Sepertinya karena hubungan dengan Jenderal Perang Joseph, Master Medis menyuruhnya untuk menelepon kembali setelah melakukan pengobatan.Sebelum ponsel berdering terlalu lama, suara guru terdengar."Berhasil?""Iya, Guru, mungkin kamu nggak akan bisa menyangka kenapa Jenderal Perang Joseph jatuh sakit."Guru menghardik."Bajingan kecil, mau pamer
Setelah hari ketujuh tiba, Fandy menyeka keringat di dahinya setelah mencabut jarum perak yang tertancap di tubuh Jenderal Perang Joseph."Coba rasakan, sudah beres."Sebenarnya semua jarum ini hanyalah alat peraga. Tanpa Sembilan Pemecah Naga, Fandy tidak akan berdaya melawan Tulang Naga Sejati di tubuh Jenderal Perang Joseph.Setelah bangun dari kasur dan meregangkan tubuhnya, sorot mata Jenderal Perang Joseph berangsur-angsur menjadi cerah dan dengan ledakan dari telapak tangan, pintu rumah bambu itu terbelah menjadi beberapa bagian."Haha! Lumayan, aku merasakan gaya yang sama seperti dulu dan akhirnya aku nggak perlu berbaring di kasur seperti orang sakit yang menunggu kematian datang menjemput."Setelah mengatakan itu, pria tua yang mengantarkan makanan untuk Fandy dan yang lainnya juga berdiri di depan pintu dengan senyuman di wajah setelah melihat ini."Selamat atas kesembuhan Jenderal."Ratu yang berada tidak jauh dari sana juga tersenyum. Tentu saja, dia sangat senang kakek k
Waktu berlalu hari demi hari dan Casella tidak pergi. Dia akan masuk setiap kali Fandy selesai dengan pengobatan.Kemudian, Fandy menyadari ada seorang pria tua yang tinggal di sini. Entah di mana orang itu tinggal, dia hanya akan muncul dengan membawa makanan ketika tiba waktunya untuk makan. Kemungkinan dia melindungi Jenderal Perang Joseph.Pada hari keempat, Fandy yang baru saja selesai dengan pengobatan bertemu seseorang berjalan saat keluar."Jenifer?"Fandy terkejut. Dia tidak menyangka akan bertemu Jenifer di waktu dan kesempatan seperti itu."Fandy!"Jenifer jelas juga sangat terkejut bertemu Fandy di sini.Akan tetapi pada saat berikutnya, dia mengalihkan pandangan."Aku ... Guru nggak mengizinkanku berbicara denganmu."Tanpa pengingat ini, Fandy hampir lupa obrolan terakhir kali Ganos dengannya dan janji yang harus dia penuhi.Saat ini Casella juga muncul dan Jenifer buru-buru berkata."Ratu, ini pil obat terbaru yang dikembangkan oleh guruku. Meski nggak bisa menyembuhkan p
Setelah terdiam beberapa saat, Fandy berdiri."Karena kamu sudah membuat keputusan, aku nggak bisa berkata apa-apa lagi."Siapa sangka Jenderal Perang Joseph tertawa lagi."Cuma bercanda, mana mungkin aku akan mempertaruhkan nyawaku demi sepotong tulang usang itu? Ayo mulai."Sebenarnya Jenderal Perang Joseph ingin melihat apakah Fandy benar-benar tahu tentang tulang itu. Alhasil setelah mengatakan itu, dia tidak melihat apa pun tersirat dari mata Fandy, jadi dia tentu saja menyerah.Fandy juga tidak berdaya. Tidak ada satu pun dari orang tua ini mudah untuk dikacaukan. Mereka benar-benar mengejutkan dalam setiap langkah. Akan tetapi kalau tadi Fandy menunjukkan perubahan, gawatlah sudah.Sepertinya guru benar. Hanya Sembilan Pemecah Naga yang bisa memurnikan Tulang Naga Sejati. Kalau dimurnikan ke dalam tubuh dengan cara asal-asalan seperti Jenderal Perang Joseph, cepat atau lambat pasti akan ada masalah.Di luar, Ratu sedang duduk di bangku kecil di halaman dan terbuai dalam pikirann
Akan tetapi, mana mungkin bisa begini!? Bukankah Fandy kehilangan seni bela dirinya? Terlebih lagi, Ganos sendiri yang bilang. Saat itu Ratu juga ada di sana dan tidak ada kebohongan sedikit pun. Baru satu bulan berlalu, tetapi kekuatan orang ini telah meningkat pesat?"Astaga! Luar biasa sekali sudah mencapai Alam Bawaan di usia ini!"Jenderal Perang Joseph tersenyum dan memuji. Ditambah lagi karena Fandy adalah orang yang patriotik, jadi tentu saja dia lebih gembira.Setelah menatap Fandy dengan rumit, Ratu berbalik dan berjalan keluar. Mencapai Alam Bawaan bisa membuktikan keterampilan medis Fandy telah pulih dan bahkan mungkin lebih baik dari sebelumnya."Jenderal, kamu pernah melakukan pemurnian tulang sebelumnya?"Setelah hanya ada mereka berdua di rumah bambu, Fandy mulai menanyakan pertanyaan intinya.Setelah Fandy bertanya, sorot mata Jenderal Perang Joseph berubah."Kamu benar-benar bisa merasakan keberadaan tulang itu?"Fandy mengangguk."Benar, aku juga sepenuhnya yakin kon
Dengan kata-kata Fandy terlontarkan, bahkan Jenderal Perang Joseph yang telah mengalami begitu banyak hal langsung tercengang. Sejujurnya, dia sudah lama menyerah dengan ide dia bisa disembuhkan, jadi saat ini raut wajahnya tetap seperti biasa.Burhan dan Rega yang sudah percaya pada Fandy langsung bersemangat.Orang dengan status dan sifat mereka sama sekali tidak peduli dengan pahala atau budi baik apa pun setelah menyembuhkan Jenderal Perang Joseph. Mereka hanya tulus menanti.Hanya sorot mata Ratu yang sangat dingin."Fandy! Kamu pikir ini permainan anak-anak? Banyak dokter genius yang nggak berdaya, tapi kamu bisa? Kalau sebelumnya, aku nggak akan menyangkalnya. Tapi sekarang keterampilan medismu, jangan bercanda lagi!"Fandy mengabaikan wanita ini dan hanya melihat ke arah Jenderal Perang Joseph."Jenderal, apa kamu setuju untuk mengizinkanku mencobanya?"Jenderal Perang Joseph sadar dan tertawa terbahak-bahak."Haha! Mana mungkin aku nggak setuju? Dokter nggak akan maju tanpa ke
Setelah Burhan mengatakan itu, umpatan terdengar dari dalam."Burhan! Siapa yang kamu bicarakan!?"Suaranya terdengar penuh tenaga, tidak seperti orang yang sedang sakit, tetapi Burhan tertawa canggung. Bagaimanapun juga, orang itu pernah menjadi pemimpin lamanya, jadi dia memang pantas dimarahi.Saat melewati Ratu, Fandy bersikap seolah tidak pernah melihat orang ini. Sebenarnya dia sudah menebak sesuatu Hubungan antara Jenderal Perang Joseph dan Ratu tidak sederhana. Apalagi kalau bisa membuat Burhan bertanya seperti itu, kemungkinan mereka adalah kerabat."Fandy, kalau bukan karena kamu dibawa kemari oleh Pak Burhan, aku nggak akan membiarkanmu masuk melalui pintu ini!"Sorot mata Ratu tidak menunjukkan apa pun, tetapi hatinya dipenuhi penghinaan.Pada dasarnya Ratu bukan orang yang emosional, tetapi setidaknya Fandy benar-benar membuatnya kesal dalam masalah Keluarga Hubert. Meskipun perjanjian dengan Keluarga Hubert masih berlaku, dia hanya kesal. Atas dasar apa pria yang dicap se
Fandy tidak tahan lagi. Kalau bukan karena takut Burhan dan orang lain di ruangan itu akan mendengarnya, dia benar-benar ingin melontarkan sumpah serapah."Pak Tua, apa aku punya nomormu? Masih mau aku memberitahumu?"Dia sudah mengetahui betapa tebal muka gurunya, jadi suara yang datang dari sana tidak begitu berubah."Kalau begitu, berhasil! Bagaimana, bukankah rasanya sangat luar biasa untuk bangkit kembali dari keterpurukan?"Ini adalah kebenaran dan Fandy tidak bisa menyangkalnya."Iya.""Karena kekuatanmu sudah meningkat lebih jauh dan mencapai Alam Bawaan, maka jangan mengganggu sembilan kakak seniormu lagi, dengar?"Fandy tahu ini akan terjadi. Memikirkan perasaan menggembirakan karena bisa menggunakan sumber daya dari Kak Irana di bulan sebelumnya, mungkin itu tidak akan terjadi lagi."Iya, tapi Guru, ada sesuatu yang ingin kulaporkan padamu. Ini tentang Jenderal Perang Joseph."Setelah Fandy mengatakan itu, dia bisa mendengar suara guru menjadi lebih serius."Haha, tua bangka
"Apa!?"Lusiana mengernyitkan dahi."Kakekku memang mencarimu karena ada masalah besar."Sambil menghela napas, Fandy berniat untuk membuka suara. Dia benar-benar tidak ingin ada wanita yang menunggunya."Lusiana, kamu pantas mendapatkan kebahagiaan yang lebih baik, jangan buang waktumu bersamaku."Siapa sangka alih-alih marah, Lusiana malah tersenyum."Tenang saja, aku akan pergi setelah aku merasa sudah nggak ada harapan. Indera keenam seorang wanita sangat akurat."Karena orangnya sudah mengatakan ini, apa lagi yang bisa Fandy lakukan?Saat langkah kaki terdengar lagi, Fandy buru-buru berdiri. Tidak disangka Rega juga ada di sana. Lagi pula di mata semua orang, sekarang Fandy hanyalah orang biasa.Dia tidak berencana memberi tahu siapa pun tentang kesembuhannya untuk saat ini dan sekarang hidupnya cukup baik."Pak Burhan, Paman Rega."Ketiganya duduk kembali dan Rega berbicara."Fandy, mungkin aku harus merepotkanmu lagi. Ada orang yang sedang sekarat, kuharap kamu bisa pergi meliha