Melihat kepercayaan diri Nigel, Tuan Rijunta menggelengkan kepala sebelum melambaikan tangannya dan menyuruh ketiga bawahannya untuk melepaskan Louis dan kembali ke belakangnya."Oke! Nigel, aku ingin melihat rencana cadangan apa yang kamu punya untuk membunuhku!"Masalah ini diperintahkan oleh Fandy, dia tentu saja harus menanganinya secara menyeluruh tanpa meninggalkan jejak. Begitu ada masalah yang dilaporkan kepada Fandy, itu benar-benar akan menjadi kelalaian dalam misi."Haha, Tuan Rijunta memang orang yang melakukan hal-hal hebat. Setidaknya langkahmu ini bisa membuatmu terbebas dari tanggung jawab."Saat ini empat orang keluar dari rumah di belakang. Ada dua pria tua, seorang pria paruh baya dan seorang wanita cantik."Rijunta, kamu ingin membawa cucuku pergi?"Setelah berhenti, orang pertama yang berbicara tentu saja adalah Tuan Besar Jeremy dan dia juga terlihat berwibawa."Benar, cucumu telah memprovokasi orang yang nggak seharusnya dia provokasi. Apa salahnya kalau aku memb
Akan tetapi, hasilnya masih sangat memuaskan. Burhan tidak langsung mengusir Tuan Rijunta karena Louis."Fandy? Kamu masih berani datang?"Louis mulai bergidik setelah melihat Fandy."Tuan Rijunta yang sangat kamu banggakan sudah mau gagal dan kamu masih berani muncul. Apa kamu masih ingin membalikkan keadaan? Konyol sekali!"Begitu dia selesai berbicara, Nigel menamparnya."Diam! Apa hakmu bicara di sini!?"Bodoh sekali anak ini. Ada Pak Burhan di sini. Kalau ingin meninggalkan kesan yang baik, tunjukkan sikap orang yang tidak bersalah. Sekarang dia malah berteriak-teriak di sini. Selain bisa menghasilkan sedikit kepuasan diri, kerugiannya lebih besar."Dokter?"Akan tetapi pada saat berikutnya, Burhan buru-buru melangkah ke depan dan berdiri tepat di hadapan Fandy setelah mengenalinya."Pak Burhan, nggak kusangka kita akan bertemu lagi secepat ini."Tatapan Lusiana yang mengikuti juga luar biasa luar biasa dan memang sangat terkejut."Kamulah yang punya dendam dengan Louis?"Mana mun
Setelah mendapatkan kepastian, Louis melompat."Mau! Terima kasih telah memberiku kesempatan ini, terima kasih banyak!"Louis memegang tangan Fandy dengan kedua tangan. Dia benar-benar berterima kasih. Setelah mengetahui Fandy adalah penyelamat Pak Burhan, dia mengira kali ini dirinya sudah tamat. Akan tetapi, dia juga tidak menyangka akan ada perubahan situasi seperti ini."Pak Burhan, apa kamu puas dengan aku melakukan ini?"Sebelum pergi, Fandy mengatakan ini dan kilatan terang melintas di mata Burhan saat menganggukkan kepala."Puas! Saat seseorang lahir, mungkin takdir mereka sudah ditentukan."Oh? Fandy tersenyum. Dia memang seorang pria yang pernah pergi berperang dan berhasil bertahan hidup. Ternyata dia telah melihat esensi dari berjabat tangan dan berdamai. Luar biasa.Dalam perjalanan pulang, Tuan Rijunta tidak tahan lagi dan bertanya."Kak Fandy, kamu benar-benar akan mengampuni Louis si bajingan kecil begitu saja? Jangankan statusmu sebagai Tuan Drag. Kamu baru saja menyel
Begitu diingatkan seperti ini, Lusiana baru sadar. Setelah terdiam beberapa saat, senyuman muncul di wajahnya."Karena kakek mendukung, terus apa yang harus kukhawatirkan? Aku nggak takut pada wanita mana pun."Saat matahari terbit, Fandy telah selesai mandi dan mondar-mandir di dalam kamar.Dia ragu apakah dia akan dimaafkan kalau pergi mencari Wildan.Kali ini masalah Louis telah membuat Wildan menderita begitu banyak ketidakadilan dan itu benar-benar membuat Fandy merasa sangat bersalah.Saat masih kecil, dia ingat dengan jelas kalau ayahnya sering bilang Wildan itu pemarah dan tidak akan membiarkan dirinya menderita. Akan tetapi siapa sangka dia malah rela diinjak oleh Louis demi dirinya.Meskipun dia telah melakukan sesuatu pada Louis dan hanya bisa hidup beberapa hari, dia juga tidak bisa mengatakan hal seperti ini dengan jelas.Saat itu Rijunta menelepon."Kak Fandy, kami sudah mencari tahu kalau Wildan sudah pergi lebih awal dan berada di kantor Pak Jiro dari Bank Flag."Fandy
Pak Jiro ketakutan dan langsung berteriak ke arah Wildan."Wildan! Kamu gila, ya!? Beranikah kamu berbicara dengan Tuan Fandy seperti ini!? Kamulah yang harus keluar!"Setelah mengatakan itu, dia buru-buru berlari ke Fandy dengan sikap rendah hati."Aku benar-benar minta maaf, Tuan Fandy. Ini adalah salah satu klienku. Tolong jangan marah."Fandy menatap Wildan dengan tatapan bersalah."Paman Wildan, aku benar-benar minta maaf. Sebaiknya aku keluar dan menunggumu. Aku harus menjelaskan sesuatu kepadamu."Setelah mengatakan itu, Fandy berbalik dan berjalan keluar, meninggalkan Pak Jiro berdiri di sana dengan wajah bingung.Paman Wildan? Fandy si pemegang kartu platinum Wildan ini dengan sebutan paman? Ini ...."Heh! Aku ingin melihat apa lagi yang bisa kamu katakan."Melihat Wildan berjalan keluar dengan langkah cepat, Pak Jiro yang sudah sadar buru-buru menangkapnya."Pak Wildan, ka ... kamu dan Fandy saling kenal. Seharusnya kamu bilang lebih awal. Pinjaman itu sama sekali nggak ada m
Sebelum pergi, Wildan mengatakan satu hal lagi."Kalau kamu gagal, nyatakan kepada dunia luar kalau kita nggak ada hubungan apa pun lagi dan hubungan kita akan putus sepenuhnya."Wildan sengaja menyebut rekan kerja. Besok Grup Bintang memang akan datang ke Kota Valencia dan benar-benar berencana membangun kota di pinggiran Kota Valencia, tetapi tidak ada pengusaha yang tidak tahu ini.Akan tetapi perusahaan tingkat apa itu? Peringkat kesepuluh di Negara Limas dan statusnya sudah bisa dibayangkan, jelas Tuan Rijunta tidak akan bisa mendekati mereka, jadi ini adalah tugas yang mustahil bagi Fandy.Wildan hanya ingin menggunakan ini untuk membuat batasan yang jelas dengan Fandy dan menghindari bahaya bagi keluarganya di masa depan.Uang? Setidaknya dengan sifatnya, hidup berkecukupan saja sudah luar biasa.Karena sudah setuju, Fandy bergegas ke tempat Rijunta."Rijunta, kamu pernah dengar tentang Grup Bintang?"Tuan Rijunta mengangguk."Aku pernah mendengar perusahaan yang menduduki perin
Menjelang siang keesokan harinya, Fitri dan Sharon berada di ruang pribadi sebuah restoran di Kota Valencia."Nyonya, menurut laporan, manajer Grup Bintang juga akan datang. Tapi saat kabar dikirim dari pihak bandara, cuma wakil CEO yang muncul. Apa kamu masih perlu mentraktirnya makan?"Fitri tersenyum."Lihat apa yang kamu katakan. Bagaimanapun, ini adalah perusahaan besar peringkat kesepuluh di Negara Limas dan mereka datang ke kampung halamanku untuk berinvestasi. Sebagai tuan rumah, sudah sepantasnya mengundang mereka untuk makan! Selain itu, orang lain nggak tahu. Bukankah kamu juga sudah jelas kalau Grup bintang cuma perusahaan terkecil keluarga itu?"Yang itu? Sharon teringat sesuatu dan langsung tersenyum."Aku mengerti, Nyonya. Saat mentraktir makan, yang terpenting adalah memberi orang itu muka. Tapi ngomong-ngomong, manajer Grup Bintang cukup misterius. Nggak ada yang tahu namanya sampai sekarang. Itu adalah sayang sekali kamu nggak mengizinkanku menyelidikinya lebih jauh.
"Fandy! Kamu buta, ya? Nggak lihat mobil datang!?"Fandy memasang wajah muram."Ini di dalam komunitas. Sekalipun ada mobil datang, tetap saja harus membiarkan orang lewat dulu. Masa sopan santun ini saja nggak ngerti?"Dia tahu Sharon sengaja mencari masalah karena dia telah melihat mobil itu lebih dulu dan jaraknya masih jauh."Aku nggak punya sopan santun?"Sharon tertawa dengan marah."Kamu pikir kamu itu seniman bela diri dan mobil yang melaju kencang nggak akan bisa menabrakmu sampai mati, jadi kamu berani bersikap sombong dan mendominasi?"Terlalu malas untuk bicara terlalu banyak, Fandy melihat sosok di kursi belakang mobil."Ngapain datang mencariku lagi?"Dalam sekejap, seluruh tubuh Sharon terasa tidak nyaman."Ya ampun! Kok bisa ada orang yang nggak tahu malu di dunia ini? Apakah setiap kali Nyonyaku datang ke Komunitas Ruby itu karena mencarimu?""Lebih baik bukan."Fandy pergi dan tiba di danau buatan di komunitas tersebut. Burhan sedang memancing. Paman Wisnu sang penjag
Kebetulan Nonanya telepon."Nona.""Dalam foto yang kamu kirimkan padaku kemarin, nama wanita itu Lusiana dan dia adalah cucu Burhan."Apa!? Burhan? Catherine terkejut. Dia sudah begitu lama ikut dengan Nona, mana mungkin Nona tidak tahu beberapa orang terkenal?"Astaga! Nona, kok wanita berstatus Lusiana bisa bertemu dengan Fandy?"Anehnya, Nona malah tertawa."Burhan telah menetap di Kota Valencia, tepat di sebelah vila Fandy. Selain itu, Burhan adalah orang yang rendah hati. Sebagai tetangga, sudah nggak heran keduanya saling berhubungan. Nggak layak disebutkan, paling-paling cuma hubungan tatap muka saja dan nggak ada yang bermanfaat.""Mengenai alasan Lusiana membantu Fandy, mungkin Pak Burhan nggak tahan melihat Tentara Markotop berurusan orang biasa sedemikian rupa, jadi dia menyuruh cucunya untuk pergi mengurusnya. Nggak perlu terlalu diperhatikan. Dengan kata lain, kalau Fandy memang bisa mendapatkan bantuan Burhan, dia cukup layak untuk mendapatkan status tinggi."Setelah men
Fandy berdiri. Ini adalah pertama kalinya dia mendengar gurunya begitu marah. Pasti ada masalah besar yang terjadi."Guru, katakan. Aku mendengarkan."Sampai Burhan juga menatapnya dengan penasaran. Fandy masih sangat muda dan keterampilan medisnya telah mencapai puncaknya. Mana mungkin guru yang melatihnya adalah orang biasa?"Negara Gestin ini keterlaluan! Beraninya mereka meremehkan pengobatan tradisional yang diwarisi negara kita selama bertahun-tahun!? Nggak lama lagi akan ada persaingan medis. Itu adalah Negara Gestin."Setelah mendengarkan, Fandy tidak menyangka ternyata alasan mengapa gurunya begitu marah saat menelepon sama dengan yang Burhan katakan."Guru, seorang pahlawan tua telah menugaskanku untuk ikut dalam kompetisi. Tenang saja, aku akan pasti membuat para bajingan dari Negara Gestin itu masuk dengan bangga dan pergi sambil menangis."Dokter tersenyum."Benarkah? Kalau begitu, aku nggak perlu membicarakan yang lainnya! Dengarkan baik-baik, kalau kamu nggak menghajar m
Itu hanya lelucon, Pak Burhan melanjutkan."Berjanjilah padaku. Kalau kamu memang nggak punya perasaan terhadap cucuku setelah mencoba beberapa saat, bicaralah dengan lebih kasar. Takutnya nanti dia akan terbuai terlalu dalam dan akan semakin menderita."Fandy tersenyum getir."Apa kamu merasa aku terlalu menawan?"Tidak disangka Pak Burhan mengangguk dengan serius."Benar, ada beberapa orang yang memang terlahir luar biasa. Bagi orang seperti ini, yang paling mereka miliki adalah wanita. Cucu bukanlah peri yang nggak terpikat oleh dunia fana. Wajar saja kalau dia jatuh cinta padamu."Penilaian yang begitu tinggi membuat Fandy merasa agak malu."Kalau begitu, aku akan melakukannya."Seolah ini hanya pernyataan pembuka, Burhan tiba-tiba meletakkan pancing sambil memandang Fandy dan berkata dengan serius."Aku punya permintaan."Fandy panik."Kamu terlalu menganggapku tinggi."Setelah melambaikan tangan, Pak Burhan masih sangat serius."Nggak! Aku nggak akan pernah bicara omong kosong ka
Fitri telah mengetahui Heijo berada di tingkat Raja Seni Bela Diri dan bisa mengaktifkan energi pelindung tubuh untuk membunuh orang tanpa terlihat. Selain itu, kamera di sini juga telah dihancurkan. Meski terlihat, tetap saja tidak akan ada bukti.Biasanya seniman bela diri tingkat ini akan ditangani oleh markas besar. Meskipun Fitri adalah Dewi Perang, dia tidak layak dan tidak memiliki kemampuan itu.Dalam keputusasaan, Fitri buru-buru berkata."Kalau kamu membunuhnya, kita nggak akan pernah bersama!"Heijo menurunkan tangan kanannya sambil mengernyitkan dahi."Oke. Karena kamu adalah Dewi Perang dan punya kewajiban yang harus kamu penuhi, aku akan melepaskannya dengan enggan. Tapi kamu harus menjelaskan pada gurumu. Kalau nggak, perintah militerku akan menjadi lelucon."Fitri menghela napas lega."Akan kujelaskan."Keduanya pergi. Fandy yang baru mengantar Lusiana di halaman hanya meliriknya tanpa menganggapnya serius.Kalau Fitri tidak ada di sini, Fandy pasti akan pergi dan menan
Saat ini di luar, Heijo datang perlahan dengan senyuman di wajahnya."Bahkan nggak bisa merasakan aura pembunuh yang sengaja kuaktifkan. Orang bernama Fandy ini biasa saja."Heijo ingin mengujinya. Kalau tidak, mustahil bagi siapa pun bisa tahu kedatangan dan kepergiannya dengan yang dia miliki."Kamu Heijo?"Tiba-tiba, seorang wanita muncul di depan dan menghalangi jalan Heijo.Dia menyipitkan mata untuk mengamatinya dan tersenyum."Haha, ini Fitri. Nggak kusangka pertemuan pertama kita di tempat dan waktu seperti ini."Heijo telah melihat foto Fitri berkali-kali. Meskipun setelah ramalan guru dan Fitri sangat jelek, dia akan menikahi serta memperlakukannya dengan baik. Akan tetapi, mana mungkin pria tidak mendambakan wanita cantik?Setelah melihat foto itu, Heijo sangat kagum dan tentu saja sangat bahagia. Jadi pada dasarnya, dia telah memutuskan Fitri adalah kekasihnya."Kamu memang sangat kuat. Aku bisa tahu cuma dari aura pembunuhmu."Saat ini Fitri merasa rumit. Dia tidak pernah
Sesampainya di Komunitas Ruby, Fandy memarkir mobil di tempat parkir depan pintu masuk sebelum memberikan kunci kepada satpam dan memberi tahu Jessy untuk mengutus seseorang mengambilnya.Saat berjalan masuk dan melewati vila Catherine, Fandy melihat Catherine sedang duduk di halaman pada malam seperti ini."Mau masuk dan duduk-duduk?"Setelah keduanya saling memandang, Catherine mengajaknya."Nggak, aku agak capek."Rasa penasaran melintas di mata Catherine. Fandy kembali dari Tentara Markotop dengan selamat? Mustahil untuk mengatakan penangkapan Tentara Markotop adalah kesalahpahaman.Bukankah konyol sekali kalau Tentara Markotop datang menangkap orang tanpa bukti?"Fandy, rahasia apa lagi yang kamu punya?"Setelah bergumam, Catherine mengambil keputusan. Bukankah itu tujuan Nona mengutusnya ke sini? Akan tetapi, sebuah suara bergema di dalam hatinya dan menyuruhnya untuk jangan mencari sisi lain Fandy. Kalau tidak, mungkin akan ada kemungkinan kecil untuk bersama Nona.Begitu memasu
"Fandy, namaku Ronald, aku adalah kapten Tentara Markotop. Kakekku dan Pak Burhan pernah menjadi rekan seperjuangan."Dengan adanya hubungan ini, sikap Fandy tentu saja berbeda. Pak Burhan adalah pahlawan perang, mana mungkin kakek Ronald bisa lebih buruk dari itu?"Haha, ada apa Kak Ronald mencariku?""Begini, Mark adalah keponakanku. Dari apa yang kuketahui tentang apa yang terjadi, masalah di antara kalian berdua nggak terlalu besar. Coba lihat bisa nggak kamu memberiku muka dan membiarkannya meminta maaf kepadamu? Sejujurnya, aku baru mengetahui masalah ini."Fandy menepikan mobilnya dan tertawa."Boleh. Karena Kak Ronald sudah angkat bicara, aku pasti akan memberimu muka."Lagi pula, masalah mereka berdua belum terlalu dalam. Kalau tidak, siapa pun yang mencarinya tidak akan ada gunanya."Kalau begitu, terima kasih banyak. Aku akan menyuruh adikku untuk mendisiplinkan Mark dengan baik."Karena sudah seperti ini, Fandy tentu saja pulang ke rumah.Jessy yang juga duduk di dalam mobi
Reaksi Ronald membuat Mark tertegun sejenak, lalu dia tertawa."Fandy, temanku ...."Sebelum menyelesaikan ucapannya, Ronald tiba-tiba menatap Mark dan suaranya agak meninggi."Katakan sejujurnya, yang mau mencari tahu tentang Fandy itu kamu atau temanmu?"Mana mungkin dia tidak mengenal keponakan ini si tuan dari Keluarga Westly yang paling pintar membuat onar? Sebagai kapten Tentara Markotop, orang berbahaya dan licik seperti apa yang belum pernah dia tangani? Mana mungkin dia tidak bisa melihat apakah ucapan yang seseorang lontarkan itu kebohongan atau bukan?Saat ini semua orang juga melihat ke arah mereka, terutama Harjono yang berdiri dan berkata dengan tegas."Katakan yang sebenarnya pada pamanmu!"Mana mungkin seseorang yang berpengalaman tidak bisa melihat keseriusan Ronald?Meskipun Mark ragu, dia masih buru-buru berkata."Paman, benar, akulah yang ingin mencari tahu. Aku dan Fandy ini punya masalah, tapi itu nggak penting lagi. Aku melihatnya dibawa pergi oleh anggota Tentar
Akhirnya, Jessy memikirkannya."Sudahlah! Aku belum pernah bertaruh sekali pun seumur hidupku, jadi kali ini aku akan menemanimu untuk menggila bersama!"Tepat setelah dia mengatakan ini, tiga mobil tiba-tiba muncul di depan yang berhenti secara menyamping dari depan dan belakang sampai membuat Jessy terpaksa menginjak rem."Mau memberontak? Beraninya menghentikan mobilku?"Akan tetapi saat berikutnya, dia melihat plat nomornya dengan jelas dan langsung membeku."Gawat, ini mobil ayahku."Benar saja, pintu Rolls-Royce yang berhenti di depan terbuka dan seorang pria paruh baya muncul. Adik Jessy yang bernama Hilman juga berada di sampingnya."Hilman sialan, pasti dia yang mengadu."Setelah menoleh, Jessy terlihat menyedihkan."Kak Fandy, bisakah kamu turun denganku? Kalau nggak, kali ini ayahku pasti akan membunuhku. Tolong bantu aku."Fandy merasa tidak berdaya, tetapi bagaimanapun juga, Jessy juga telah membantunya dalam mendapatkan Bunga Alea. Jadi bantuan kecil ini bukanlah masalah.