Share

20. Erik Pergi

last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-05 12:19:29

Glleek!

Susah payah Erik menelan salivanya.

"Bener boleh?"tanya Erik sedikit ragu.

Tara mengangguk, sambil tersenyum malu-malu. Tara mengambil salap tersebut, dari dalam kantong plastik obat. Memberikannya pada Erik.

"Pelan ya,Pih," cicit Tara sambil melirik kedua buah hatinya yang telah tertidur pulas. Tara menurunkan tali spagetti baju tidurnya, dengan gerakan slow motion. Mata Erik tak berkedip, menanti. Pelan dan sangat hati-hati Tara menurunkan tali tersebut.

"Sssstt..,perih!"Tara meringis, namun Erik malah semakin salah tingkah, Erik sampai menahan nafas.

"Nafas, Pih!" ledek Tara sambil melirik Erik yang masih terpaku bak patung pancoran.

"Kapan selesai nuruninnya, Ra?"Erik terlihat semakin gemetar.

Erik yang tak sabar akhirnya, menurunkan sebelah tali baju tidur Tara.

"Subhanallah!" pekik Erik terkaget, melihat gundukan merah dengan pucuk berwarna coklat muda, terlihat seperti luka dalam di sekitarannya. 

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Aku dan Teman Suamiku   21. Ibadah paling baik adalah bersama suami

    Tara masih terkaget-kaget dengan ucapan Erik, Tara bahkan menahan nafasnya sangkin terkejutnya.Bllaamm!Belum sempat Tara menyahut, pintu kamar sudah ditutup oleh Erik. Tara sedikit tergesa segera bangun dari ranjangnya, maksud hati mengejar Erik yang pasti malam ini tidur diruang tengah lagi.Ooeekk...ooeekk..Namun suara tangisan Yusuf menggema, Tara jadi mengurungkan niatnya untuk menyusul Erik, Tara menyusui Yusuf kembali dengan perasaan tak tenang. Bahkan Yusuf tak kunjung melepas asinya hingga pukul dua dini hari, Yusuf terlihat gelisah. Begitu juga Fia, yang beberapa kali mengigau tak jelas. Tak seperti biasanya anak-anaknya begini, perasaan Tara semakin khawatir, apalagi ucapan Erik tadi terdengar cukup serius. Tara menatap sedih tas jinjing berwarna coklat milik Erik yang sudah siap di atas kursi."Jangan tinggalkan saya," cicitnya dengan air mata yang sudah merembes dengan derasnya. Hatinya begitu sakit, saat membayangkan aka

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-05
  • Aku dan Teman Suamiku   22. Berbaikan dan Malam Pertama

    Yang rajin baca tulisan saya, jangan lupa follow yaah😘😘Selamat membaca.Tara membuka matanya dengan perlahan, dipandangnya sekeliling kamar. Benar ini kamarnya, nampak rapi dan teratur seperti biasanya. Tenggorokannya terasa kering, Tara hendak bangun dari tidurnya. Namun kepalanya masih terasa berat. Erik masuk ke dalam kamar sambil menggendong Yusuf, dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya membawa secangkir teh jahe hangat. Senyumnya terbit manakala melihat Tara yang sudah sadar."Ndak usah pake bangun, biar makan dan minumnya dibawa ke kamar saja," ucap Erik sambil meletakkan Yusuf tenggurap di samping Tara."Ini minum," titahnya lagi, sambil menyodorkan cangkir teh ke mulut Tara."Pelan-pelan!"Tara mengerjapkan matanya beberapa kali karena airnya cukup panas."Panas." Tara meringis. Erik meniupkan dengan pelan air teh tersebut, uap yang mengepul seakan berlomba keluar dari cangkir tersebut. Erik mengambil posisi duduk

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-06
  • Aku dan Teman Suamiku   23. Pagi yang Panas

    21+Tara sudah sibuk di dapur pukul lima shubuh, biasanya pukul empat dia sudah bangun lalu mandi dan memasak. Namun ada yang berbeda shubuh ini, ia terlambat bangun. Begitu juga suaminya, Erik. Untungnya Erik masih sempat mengejar shubuh di masjid. Meskipun setengah berlari agar tidak tertinggal rokaatnya."Tumben telat!" celetuk Pak Yunus sembari menyolek bahu Erik. Yang dicolek cuma mesem-mesem saja. Mereka berjalan bersisian sepulang dari masjid."Wanginya beda," celetuk Pak Yunus lagi, hidungnya membaui Erik"Wangi belah perjaka! Hahahahaha," sahut Erik disambung gelak tawa keduanya."Alhamdulillah, akhirnya ... luaar biasa Apih!" ledek Pak Yunus, sambil terus menyolek pundak Erik."Ceritain dong, dikit!""Ck, kepo aja Pak, sama kayak reader." Erik terkekeh.Mengabaikan Pak Yunus, yang sedari tadi memaksanya cerita. Erik berjalan sedikit lebi

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-06
  • Aku dan Teman Suamiku   24. Perselingkuhan Mei

    Azan magrib berkumandang, langit yang tadinya benderang, kini berwarna keemasan, sangat indah dipandang mata manusia. Satu dua burung beterbangan, mencari tempat persinggahan, tanda hormat pada Sang Penciptanya. Langkah kaki Mei sedikit tergesa memasuki lobi hotel bintang lima, yang terletak di daerah, Jakarta pusat.Setelah berbicara dengan receptionis hotel. Mei berjalan ke arah lift, sambil menenteng tas pundak yang berukuran sedang. Memencet tombol angka lima, Mei menunggu dengan tidak sabar, sesekali tangannya mengusap peluh yang bercucuran, padahal udara ruangan hotel sangat dingin.Begitu sampai di lantai lima, Mei berbelok ke arah lorong sebelah kiri, menuju kamar nomor lima kosong satu. Mei membuka kunci kamarnya dengan menempelkan kartu. Mei melepaskan pakaian kantornya, lalu mandi."Saya sudah di depan, Bu."Isi pesan singkat dari ponsel Mei. Mei yang sehabis mandi, masih menggunakan handuk kimononya, segera membukakan pintu. Sediki

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-07
  • Aku dan Teman Suamiku   25. Video Call

    Dua hari sudah, rumah sepi tanpa Erik. Tara hanya fokus mengurus kedua anaknya. Fia yang semakin cerewet, selalu menanyakan dimana Apihnya?kapan pulang?. Fia benar-benar kehilangan Apih Erik yang selalu suka mengajaknya bermain Unta. Malam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Tapi Fia belum juga tidur, begitu pun Yusuf. Tara sampai pegal menyusui Yusuf, karena Yusuf sedikit rewel dan gelisah. Akhirnya Tara menggendong Yusuf, dengan kain, lalu menimangnya sayang.Kondisi kesehatan Pak Darman, Ayah Erik sudah berangsur membaik, hanya saja belum boleh keluar dari rumah sakit. Dua hari sudah, Erik menunggui Papanya di rumah sakit, bergantian jaga dengan Arle dan Zaka. Malam ini gilirannya Zaka, yang berjaga, menggantikan Erik.Zaka masuk ke dalam ruang perawatan VVIP papanya. Tampak Erik dan papanya tengah bicara cukup serius. Menyadari ada yang masuk mengucapkan salam, Erik dan papanya menoleh."Kamu sudah datang, Ka," tegur Erik sambil tersenyum. Zaka pun

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-07
  • Aku dan Teman Suamiku   26. Tara ke Jakarta

     Selamat membaca. Hari ini tepat lima hari Pak Aditya dirawat dan hari ini juga sudah diperbolehkan pulang. Erik dan Arle yang menjemput papanya. Bu Erika menunggu di rumah. Hari ini Zaka tidak datang ke rumah sakit, sedang kurang sehat katanya. Dokter menyarankan agar Pak Aditya sebaiknya tidak ke kantor lagi, kondisi jantung Pak Adit belum benar stabil. Pak Aditya disarankan duduk diam di rumah, atau malah bepergian refreshing dengan istri. Suasana hati dan pikiran Pak Aditya harus dibuat senyaman mungkin, agar meminimalisir naik turunnya kondisi jantungnya. "Arle, tolong hubungi Om Slamet, bilang besok Papa baru bisa ngantor," ucap Pak Adit saat mereka tengah dalam perjalanan pulang dari rumah sakit. "Pa, kata dokter tadi Papa ga boleh ke kantor," sahut Erik menyela ucapan papanya. "Trus siapa yang ke kantor?" "Arle atau kamu?" Kedua anak sulung dan bungsu Pak Adit tak menjawab.

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-07
  • Aku dan Teman Suamiku   27. Zaka jatuh sakit

    Suasana pagi di rumah keluarga Pak Aditya, hari ini cukup heboh. Karena Tara ikut membantu di dapur, menyiapkan sarapan untuk mertua juga suaminya. Pagi ini Tara memasak sop ayam, tahu goreng kremes dan balado telur puyuh dicampur kentang. Mama mertuanya hanya geleng-geleng melihat Tara begitu semangat memasak di dapur. Erik keluar dari kamarnya sudah rapi, hari ini pertama Erik ke kantor. Mamanya sampai melongo melihat tampilan Erik yang begitu gagah dan tampan.Erik duduk di kursi kecil, matanya menatap penuh cinta ke arah dapur, dimana istrinya sangat cekatan menyiapkan sarapan."Kamu persis Papa, saat seusiamu, Rik, tampan!" puji Bu Erika mama Erik, sambil mengusap lengan kekar milik anak sulungnya. Erik menoleh, meluangkan senyum merekahnya pada Bu Erika."Kayaknya lebih tampan saya, Ma," sahut Erik sambil menyeringai."Ya Allah, ini Apih?" Tara menghampiri suaminya, memegang dagu suaminya. Menatap dengan intens."Apih, di kampung sam

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-08
  • Aku dan Teman Suamiku   28. Tara Merajuk

    Zaka pingsan, tubuhnya pucat seputih kapas. Tara berteriak memanggil pembantu dan juga ibu mertuanya."Ya Allah, Zaka!" pekik Bu Erika."Kita bawa ke rumah sakit, Ra," titah Bu Erika dengan wajah panik."Bibik, cepat panggil Mang Asep!" teriak Bu Erika pada pembantunya.Tak lama Mang Asep datang dengan tergopoh-gopoh, membawa Zaka masuk ke dalam mobil."Mama bisa anter Mas Zaka?" tanya Tara pada ibu mertua."Kalau kamu bersedia, kamu saja yang antar ya Ra. Mama tunggu di rumah, Mama akan hubungi Mei juga Erik, agar menyusul kamu ke rumah sakit."Tara mengangguk cepat."Mah, ada perasan ASI saya di kulkas, Ma," ucapnya pada Bu Erika sebelum akhirnya Tara menghilang dari balik pagar. Mang Asep mengendarai mobil dengan kecepatan cukup kencang."Hati-hati, Mang," ucap Tara."Baik, Non."Tak lama mereka sampai di rumah sakit, Mang Asep dibantu security yang sedang bertugas di depan UGD, mengang

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-08

Bab terbaru

  • Aku dan Teman Suamiku   54. Akhir yang sempurna

    Tara kini sudah dirias begitu cantik, gaun putih pernikahan ala tuan puteri menempel begitu anggun di tubuhnya. Make up flawless menambah pesona yang terpancar dari wajah Tara. Meskipun tetap memakai hijab penutup rambutnya. Ya, hari ini, beberapa jam lagi. Ia akan melangsungkan pernikahan yang keempat kalinya. Duh, malu sebenarnya. Tapi apalah daya, pesta mewah dan megah ini, Zaka persembahkan untuk dirinya. Dengan alasan, Zaka ingin menebus semua kesalahan fatalnya saat dahulu kala.Tara tersenyum memperhatikan wajahnya terang bercahaya di depan cermin. Pangling sih, seperti bukan dirinya. Jujur, inilah pertama kali Tara melangsungkan pesta pernikahan dengan mewah. Pernikahan pertamanya dengan Rahman, berlangsung sederhana di kampung. Pernikahan kedua dengan Zaka pun berlangsung sederhana, karena hanya ijab qabul, tanpa buku nikah. Begitu pun dengan Erik, hanya sukuran saja memanggil tetangga terdekat, dan ia mendapat buku nikah setelahnya."Calon pengantin melamun t

  • Aku dan Teman Suamiku   53. Tara Cemburu?

    Zaka membawa Abiyah ke rumahnya, sebelum mengantarnya ke Benhil. Tentu saja di sana sudah ada anak-anaknya yang heboh dengan kedatangan Zaka dengan seorang wanita bule yang sangat cantik. Bahkan Bu Erika tersenyum sangat lebar, ia berpikir sudah saatnya anaknya, Zaka. Membuka pintu hati untuk wanita lain.Abiyah diterima dengan baik dan ramah. Bahkan diminta untuk menginap di rumah Bu Erika, "menginap di sini saja, besok baru ke Benhil diantar Zaka, bagaimana?" tawar Bu Erika pada Abiyah."Aduh, Bu. Saya jadi merepotkan, ga papa saya langsung ke Benhil saja," sahutnya sungkan. Apalagi kini dikelilingi oleh anak-anak Zaka yang menurut Abiyah sangat lucu."Menginap di sini saja, Abiyah. Nanti biar Om bicara pada bos kamu," sela Pak Aditya yang baru saja keluar kamar. Abiyah hanya bisa mengangguk malu-malu, tidak mungkin dibantah, jika yang meminta adalah Pak Aditya Darman, relasi perusahaannya yang sudah terjalin sejak enam tahun yang lalu, bahkan sebelum Abiyah b

  • Aku dan Teman Suamiku   52. Tara yang Kesepian

    "Pak Zaka belum menikah?" tanya Abiyah serius."Saya pernah menikah dan punya anak. Tetapi saat ini saya sendiri."Abiyah mengangguk sambil membulatkan mulutnya, membentuk huruf O."Bapak... mau tidak, menikah dengan saya?""Apa?!"Kedua bola mata Zaka melotot lebar, seakan baru saja ditanya oleh malaikat. Mau mati sekarang tidak?"He he, becanda, Pak," sambungnya lagi sambil tertawa kecil."Oh iya, Pak. Saya mau ke Jakarta lho. Mau ke rumah sepupu saya. Setelah itu, saya mau ke Padang, bertemu Atok saya. Sudah dua tahun saya tidak pulang ke sana," terang Abiyah sambil meminum jus jeruknya."Oh iya, Jakartanya di mana?" tanya Zaka."Di Benhil, Pak. Jauh ya dari rumah Bapak?""Lumayan sih.""Pulang bareng yuk, Pak. Sekalian Bapak jadi guide saya," ujar Abiyah sambil menyeringai."Mmm ... saya tidak janji bisa mengantar kamu ke Benhil, tapi kalau kebetulan saya tidak ada pekerjaan, saya bisa," uj

  • Aku dan Teman Suamiku   51. Mama Baru untuk Zaka

    Tiga hari sudah berlalu sejak Zaka dipaksa pulang dalam keadaan sakit oleh Tara. Sejak saat itu juga Zaka menghilang bagai ditelan bumi. Tiada kabar berita, tiada pesan WA atau telepon kepada anak-anak. Tara mencoba tak peduli, memang seharusnya Zaka tidak terlalu sering mengunjunginya atau berkirim pesan padanya, karena bakalan sama saja respon yang ia dapat. Tara melirik sekilas ponselnya yang sama sekali sepi tiga hari ini.Dengan langkah sedikit malas, ia memilih pergi ke dapur untuk membuatkan cemilan telur gabus pesanan anak-anaknya."Duh, Papa Zaka ke mana sih? Susah nih PR-nya!" rengek Kinan keluar dari kamar sambil membawa buku.Tara menoleh lalu menghampiri Kinan di ruang TV. "Mana sini, coba Mama lihat!" tawar Tara yang sudah duduk di samping Kinan. Anak SD itu memberikan buku paket sekolah serta satu buku tulis pada Tara."Susah, Ma. Pasti cuma Papa Zaka doang yang jago hitungan begitu," puji Kinan dengan wajah cemberut. Tara masih membo

  • Aku dan Teman Suamiku   50. Cinta anak-anak untuk Zaka

    Setelah bujuk rayu penuh air mata, akhirnya Tara mau ikut menemani anak-anaknya bermain di area Ancol, tepatnya di Dufan. Sebelumnya mereka sudah terlebih dahulu mampir di pantai, mengambil beberapa foto di sana. Tentu saja hal itu membuat Zaka semakin bersemangat. Tak lepas matanya memandang Tara, dalam hati ia berdoa, semoga Allah segera membukakan pintu hati Tara, agar mau menerima cinta tulusnya.Fia dan Zaka mengantre membeli tiket. Sedangkan yang lainnya tengah duduk di kursi tunggu yang tersedia tidak jauh dari loket pembelian tiket. Setelah mendapatkan tiket terusan tersebut, Zaka menggiring anak-anak masuk ke dalam area Dufan. Yusuf, Fia, dan Kinan begitu antusias. Mereka berlarian ke sana-kemari, sambil memilih permainan apa yang akan mereka coba terlebih dahulu. Mulai dari wahana 'Gajah Bledug, Kereta Misteri, Alap-alap, New Ontang-anting, Kolibri, Istana Boneka, Kora-kora, Arung Jeram, dan yang terakhir Niagara-gara.Anak-anak begitu senang saat

  • Aku dan Teman Suamiku   49. Akankah Tara Membuka Hatinya

    Fia sudah lebih dahulu sampai di rumah. Anak gadis Tara itu sudah tumbuh menjadi gadis cantik dan lincah. Fia sudah duduk di bangku kelas satu SMA. Sedangkan Yusuf duduk di kelas satu SMP, dan Kinan atau Kinasih duduk di kelas enam SD."Yusuf ke mana, Ma?" tanya Fia saat tak melihat Yusuf di kamarnya."Lagi sholat sama Papa Zaka di masjid," sahut Kinan yang baru saja selesai sholat magrib di kamarnya.Mulut Fia membulat, membentuk huruf O, diikuti anggukan."Eh, itu dia pulang." Tunjuk Kinan saat pintu terbuka."Assalamualaykum," ucap Zaka dqn Yusuf bersamaan."Wa'alaykumussalam," jawab Kinan dan Fia juga. Sedangkan Tara yang sedang menata meja makan, menyahut dengan sangat pelan."Fia sudah pulang?" tanya Zaka pada Fia."Sudah, Pa. Baru aja. Papa bawa apa?" tanya Fia menatap antusias dua bungkusan yamg ada di tangan Papa Zaka."Sate dan es buah," jawab Zaka sambil mengangkat dua bungkusan itu bergantian."Y

  • Aku dan Teman Suamiku   48. Zaka belum menyerah

    Sore hari, awan tampak beriak menghias langit nan biru. Satu dua kicau burung masih terdengar sahdu mengisi ruang sore sehingga tak terlalu sepi. Yah, Tara kesepian, benar-benar kesepian semenjak suaminya Erik meninggal dunia tiga tahun lalu. Tak ada lagi tawa dan haru yang mengisi hatinya. Walaupun ada anak-anak yang selalu membuat suasana rumah selalu ramai, tapi tidak dengan hatinya yang selalu merasa sepi."Assalamua'laykum," seru seorang lelaki dewasa tepat di depan wajahnya. Tara terlonjak kaget, bahkan kursi yang ia duduki berdecit karena beban tubuh Tara yang bergeser di sana."Wa'alaykumussalam," jawabnya tak acuh sambil membuang pandangan. Benar-benar mantan paling menyebalkan."Sore-sore ga boleh bengong, Ra. Ntar cepat tua," ledek Zaka pada Tara yang selalu berwajah masam di depannya."Duduk, Mas. Ada perlu apa?"Zaka mendudukan bokongnya di kursi kayu, persis di seberang Tara. "Mm... anak-anak ke mana?" tanya Zaka sambil tersenyu

  • Aku dan Teman Suamiku   47. Zaka Kembali

    Sudah dua tahun sejak kepergian Erik, Tara masih saja diliputi kesedihan mendalam. Ia yang biasanya ceria, berubah menjadi lebih banyak diam. Namun ia berusaha tegar di depan ketiga anaknya. Setiap pekan, Tara pasti berziarah ke makam Erik bersama ketiga anaknya.Semua keluarga Erik bahkan sangat terpukul, terutama Pak Aditya dan Bu Erika. Mereka tidak menyangka kalau ternyata Erik memiliki penyakit jantung. Yah sejak kepergian Erik, Tara dan anak-anaknya kembali ke rumah Pak Aditya. Mereka tidak mau Tara dan anak-anak merasa kesepian. Jika di rumah Pak Aditya, ada Arle dan istrinya Laras, serta anak kembar mereka."Hari ini kamu masak apa, Ras?" tanya Tara ketika menghampiri Laras yang tengah asik di depan kompor."Eh, Mbak. Ini saya masak sayur opor tahu dan telur, pesanan Mas Arle," sahut Laras sambil tersenyum."Oh, si kembar ke mana?" tanyanya lagi."Itu ada sama Yusuf di depan, lagi diajarin main sepeda.""Yusuf pinter bang

  • Aku dan Teman Suamiku   46. Sepuluh Tahun Berlalu

    Sepuluh tahun kemudianDi sebuah panti asuhan, tampak sepuluh anak berusia lima sampai sepuluh tahun, berlarian di dalam pekarangan. Mereka tertawa bersama, saat memainkan permainan petak umpet. Seorang wanita dewasa,berkerudung dengan senyum penuh cinta, memperhatikan anak-anak tersebut. Wanita itu duduk sambil menggendong bayi merah yang baru saja diletakkan seseorang di pelataran panti asuhan miliknya, dini hari. Ponselnya berdering dua kali, ia menoleh ke meja di sampingnya, tempat ponsel itu tergeletak.[Hallo Assalamualaikum.][Wa'alaykumusslam.]Suara jawaban di sana membuat wanita dewasa itu sedikit tercekat. Suara yang sepertinya tidak asing baginya.[Betul ini panti asuhan Cinta Ibu?][Iya betul sekali, Pak. Ada yang bisa saya bantu.][Ini saya dan istri saya mau mengadopsi bayi baru lahir kalau ada laki-laki.][Oh, begitu. Baiknya bapak datang langsung ke tempat saya, Pak.][Baik, Bu. Rencananya saya besok pag

DMCA.com Protection Status