Pagi-pagi sekali Abhi sudah bersiap dengan kaos dan jaket hodie nya, serta celana panjang dan sepatu olah raga. Mama Erina yang melihat anaknya seperti itu, jadi bertanya-tanya apa yang akan dilakukan anaknya itu.
"Mau kemana, Bi? " Mama Erina dengan suara khas keibuannya.
"Ma... Hari ini ada lomba di sekolahnya Vano. " kata Abhi sambil memasang tali sepatunya.
Mama Erina mengernyitkan mendengar omongan Abhi.
"Trus, apa hubungannya denganmu? "
"Vano kemarin merengek ke ibunya, kalau dia tidak mau datang ke acara lomba hari ini. Karena dia tidak punya ayah katanya. Vano tidak mau ibunya melawan bapak-bapak. Jadi dia lebih baik bolos. " terang Abhi Sambil berdiri
"Lalu... kenapa kamu berpakaian seperti ini? " Mama Erina sebenarnya sudah mengerti maksud dari cerita Abhi, tapi dia ingin dengar sendiri dari mulut anaknya.
"Terus Vano melihat ke arahku, dan dia meminta aku untuk menemaninya ke sekolah bersama Retha, agar bisa mengikuti lomb
Hari itu, Vano dam Abhi bersenang-senang menikmati permainan. Walau tidak semua lomba bisa mereka menangkan, tapi Vano bahagia. Dia bisa merasakan bagaimana rasanya memiliki seorang ayah. Mereka berdua bekerja sebagai tim yang kompak. Hingga waktu lomba selesai dan sekarang waktunya mereka istirahat.Retha memanggil Vano dan Abhi untuk duduk di tempat yang sudah dipilih Retha agar mereka bisa menikmati waktu istirahat nya."Apa kalian sudah lapar? " tanya Retha sambil menyeka keringat di kening Vano."Aku belum lapar, bu. Mungkin om Abhi yang lapar." Vano yang menjawab."Mas Abhi lapar? " Tanya Retha menoleh ke arah Abhi yang sedang mengipasi wajahnya."Bentar, Reth. panas banget. "Retha menyodorkan botol air mineral pada Abhi, dan langsung di minum Abhi sampai habis. Melihat itu Retha menggeleng kan kepalanya."Haus banget ya, mas? "Abhi mengangguk. "Panas Reth. ""Maaf, ya mas udah ngerepotin mas Abhi. Biasanya jam s
Abhi mengikuti saran dari papanya, dia harus meyakinkan dirinya dan harus membuka diri jika memang ia menyukai Retha. Selama beberapa hari ini Abhi tidak menghubungi Retha atau mengirimkan pesan kepadanya sama sekali. Ia juga mematikan ponselnya agar tidak mendapat kabar dari Retha. Semua orang juga tidak bisa menghubunginya, baik itu Jihan ataupun orang tuanya. Abhi benar-benar menghilang setelah hari itu dan malam itu. Dia memutuskan keluar dari rumah orang tuanya dan menyewa sebuah apartemen selama sebulan.Abhi benar-benar mendalami peran nya saat ini, dia tidak ingin diganggu siapapun untuk mengambil sebuah keputusan penting dalam hidupnya. Dan apa yang sudah dia dapatkan selama beberapa hari setelah tidak berkomunikasi dengan Retha adalah, dia merindukannya. Rindu akan kelembutannya dalam bertutur kata, rindu akan pelayanannya saat menghidangkan makan malam untuknya, rindu dengan kata maafnya yang selalu takut berbuat salah. Satu-satunya yang bisa mengobati kerinduan Ab
Pak Pradipta yang baru ingat kalau anaknya ngekost disana pun langsung menghubungi Jihan agar dia datang ke rumah Retha. Jihan yang tidak tau apapun langsung meluncur ke rumah Retha yang jaraknya hanya beberapa langkah saja dari tempat kostnya untuk mengetahui apa yang terjadi."Assalamu'alaikum " Jihan memberikan salam ketika akan masuk kerumah Retha."Wa'alaikum salam. " balasan semua orang yang ada diruang tamu. Sekarang di ruang tamu sudah ada orang tua Retha, Retha sendiri dan juga pak Pradipta. Danu dan Vano mereka sedang melihat-lihat sekeliling rumah dan tampat usaha milik kakaknya, dia sekarang punya teman ngobrol yaitu Aryo.Jihan benar-benar terkejut, karena Papanya itu sudah akrab dengan keluarga Retha."Papa... papa kok ada disini? " tanya Jihan yang penasaran dengan apa yang terjadi."Sini dong, papa kan juga kangen sama anaknya. " kata pak Pradipta saat Jihan menciun punggung tangannya. Lalu beralih ke kedua tangan orang tua Retha.
Akhir-akhir ini Vio merasa tak nyaman dengan perutnya, dia meminta Danil untuk mengantarkannya ke rumah sakit untuk memeriksakan keadaan kandungannya, karena sejak tau dia hamil Vio tidak pernah memeriksakan kehamilannya itu. Dia hanya tau kalau dia hamil hanya malalui testpack saja.Danil pun dengan terpaksa menuruti keinginan istrinya itu untuk memeriksakan kandungan. Sesampainya dirumah sakit pun mereka tidak langsung masuk ke ruangan dokter, tapi harus menunggu antrian beberapa orang.Tak henti-hentinya Danil mengumpat dalam hatinya, ternyata mengurusi orang hamil itu sangat ribet. Dia jadi teringat pada Retha saat dia hamil dulu. Padahal dulu saat hamil Vano, Retha tidak pernah semanja ini minta di antar ke rumah sakit segala. Dia akan pergi sendiri ke bidan untuk memeriksa keadaan kandungannya. Retha tidak pernah merepotkannya selama ini bahkan sampai melahirka pun, Retha tidak pernah mengeluh padanya sama sekali.Tiba giliran Vio masuk ke ruangan dokter d
"Assalamu'alaikum... "Suara salam itu terdengar dari gadis ceria yang memasuki rumah Retha. Seperti biasa, dia akan meminta jatah makan tiga kali sehari di rumah Retha"Wa'alaikum salam. Jihan, ayo masuk. ""Assalamu'alaikum, pak. " sapa Jihan kepada bapaknya Retha yang tengah menikmati kopi diruang tamu."Wa'alaikum salam nak, Jihan. Masuk sana. " balas Pak Pram dengan senyumannya.Jihan pun masuk, ke ruang makan. Disana sudah tersaji makanan untuk Jihan nikmati."Mbak, bapak sama ibu mbak Jihan apa sudah makan? ""Sudah tadi makan sama Vano. Emangnya kenapa? ""Ya sudah kalau gitu mbak, Aku takut bapak sama ibunya mbak Retha belum makan, dan makan sisaku nanti. ""Jangan mikir gitu Jihan, mbak selalu menyiapkan makanan secukupnya untuk di makan. Jadi tidak ada makanan sisa. Mbak selalu menakar seberapa kebutuhan makan tiap orang. Bukannya perhitungan, tapi untuk membiasakan diri agar makan secukupnya dan tidak berlebi
Di rumah Retha, semua orang sudah berkumpul. Mama Erina yang sejak siang berada di sana pun sangat antusias dengan makan malam kali ini. Ia sudah mengakrabkan diri dengan bu Hasna, ibunya Retha. Pak Pram juga sudah bertemu lagi dengan sahabat lamanya itu. Mereka berbincang di ruang tengah sambil duduk lesehan di lantai beralaskan karpet agar terjalin keakraban kedua keluarga.Ini semua adalah saran Jihan, karena menurut nya kalau duduk di bawah itu suasana kekeluargaan akan Tercipta. Kalau duduk di meja makan, kesannya terlalu resmi. Begitulah saran Jihan dengan semua ide nakal nya. Dia memang mencetuskan ini semua agar telihat suasana akrab dua keluarga seperti orang yang mau lamaran. Dalam hati dia terkikik geli dengan semua pemikirannya yang akan mengerjai kakaknya itu habis - habisan.Retha sengaja duduk di sebelah adiknya dan Vano yang duduk dipangkuan Danu, sedangkan Jihan duduk di sebelah Retha. Semua sudah diatur matang oleh Jihan. Dia benar-benar melakukan pra
Makan malam pun usai, mereka kembali berbincang hangat di ruangan itu. Keakraban semakin terjalin saat dua sahabat lama itu akan berbesanan. Yang akan mempererat hubungan kekeluargaan mereka."Aku nggak nyangka Pram, kita akan jadi besan. " Pak Pradipta tertawa renyah."Kau benar, aku juga tidak menyangka. Persahabatan kita akan berlanjut . " kata pak Pram juga.Para orang tua sedang membicarakan masalah pernikahan kedua anak mereka, menentukan hari dan tempat penyelenggaraan pesta pernikahan Meski status anak mereka janda dan duda , tapi mereka patut merayakannya kerena pernikahan saat ini melibatkan hati dan dua sahabat lama.Mereka akan mengambil kesempatan ini, untuk mengadakan reuni bersama teman-teman lainnya nanti.Abhi sedang berbicara berdua dengan Jihan dia butuh sebuah penjelasan tentang kejadian tadi. Apakah ini ulah Jihan semata atau ada campur tangan pihak lain."Katakan pada, mas. Tentang tadi, mas butuh penjelasan, Jihan. " todong Ab
Abhi sudah masuk kerja seperti biasanya. Namun sikapnya Tidak seperti biasa, dia masuk kerja dengan senyuman penuh yang tersungging di bibirnya. Membuat semua rekan dan karyawannya bertanya-tanya, apa yang sudah terjadi kepada pimpinan mereka. Tidak masuk selama beberapa hari, saat masuk dia memberikan senyuman yang manis sekali kepada semua para karyawannya.Tidak ada yang tau, apa yang membuat Abhi berubah seperti itu. Hanya Abhi sendiri yang tau. Dia bahagia karena akhirnya dia akan memiliki Retha seutuhnya dalam waktu dekat dan yang membuatnya bahagia saat ini adalah dia akan mendapatkan bekal makan siang lagi dari Retha. Setelah semalam Retha berjanji akan mengirimkan bekal makan siang lagi mulai besok sampai hari pernikahan mereka.Di ruang kerja, Abhi duduk di kursi kebesarannya. Ingin fokus, tapi hati dan pikirannya tidak bisa di ajak kompromi. Dia lalu mengambil ponselnya ingin mengirimkan sebuah pesan kepada Retha, tapi dia ragu. Daripada dia penasaran akhirn
Satu minggu telah berlalu sejak kepergian Dila, Agus bahkan sudah mencarinya kemana-mana. Tapi tidak juga ketemu, menyesal, iya. Karena dia tidak bisa menjaga seseorang yang mungkin saja sedang mengandung anaknya. Agus bahkan sudah mencarinya ke rumah orang tua Dila tapi tidak juga ketemu. Ibunya sendiri tidak tau dimana anaknya itu berada.Panggilan telpon masuk membuyarkan lamunan Agus tentang Dila yang sudah menghilang selama beberapa hari. Dia melihat nomor siapa yang sudah menghubungi nya. Dan ternyata yang menghubunginya adalah pihak rumah sakit. Agus langsung mengangkat panggilan telpon itu."Hallo selamat siang. '" Siang Pak, kami dari pihak rumah sakit meminta anda untuk segera ke rumah sakit kami. Untuk mengetahui hasil tes yang anda minta. "Mendengar itu mata agus terbelalak, ia bahkan sudah melupakan tes DNA itu."Baik saya akan segera kesana. ' jawab Agus dengan wajah tegang dan segera menuju rumah sakit.Hari ini dia benar-be
"Dila... " lirih Danil.Dila yang berjalan menunduk tanpa melihat kedepan pun tidak tau kalau ada Danil di depannya.Hingga dia terus berjalan danBruk...Tubuh Dila menabrak tubuh seseorang didepannya."Maaf." ucap Dila, lalu dia mendongakkan kepala dan melihat sosok orang yang ditabraknya. Matanya membulat saat melihat siapa yang sudah dia tabrak."M... mas Danil. Kenapa ada disini? " Dila terkejut dengan adanya Danil di hadapannya."Dila... kamu juga kenapa disini?" tanya Danil pura-pura tidak tau."A.. A.. ku... "Pintu pagar terbuka, dan Abhi keluar."Ada apa Danil? " Abhi memulai sandiwaranya."Tuan Abhi, saya mau menyerahkan berkas ini kepada anda. " ujar Danil dengan menyerahkan sebuah map kepada Abhi."Oh, ya... Terima Danil. Apa kau mau masuk? ""Ti.. tidak usah tuan, saya harus bicara dengan adik saya. "Kening Abhi mengernyit melihat Dila yang tertunduk. "Jadi dia adikmu? "D
Hari ini, Dila kembali menemui Retha di rumahnya. Dia ingin membicarakan masalah tempat tinggalnya. Meski ragu, takut dan malu tapi dia harus melakukannya. Karena bagaimanapun dia membutuhkan tempat tinggal saat ini. Untuknya dan untuk anak didalam kandungnya.Setelah melihat mobil Abhi keluar dari pekarangan rumahnya, Dila segera memanggil Retha yang masih berada di depan rumahnya."Mbak."Retha yang merasa dipanggil pun segera menoleh, dan dilihatnya Dila yang berdiri di depan pagar. Ada rasa iba dihatinya saat melihat keadaan Dila. Andai saja dulu Dila tidak jahat padanya, mungkin saja Retha tidak akan bersikap tega seperti ini."Ada apa? masuklah. " Retha mengatakannya dengan nada dingin. Dia tidak ingin terlalu memberi hati kepada orang-orang yang sudah menyakitinya dulu.Dila masuk dengan wajah tertunduk malu. dan menghampiri Retha. lalu duduk berhadapan dengannya."Ada apa, ?" tanya Retha dengan nada datar."Tentang semalam, ap
"Dila... "Sebuah suara yang sangat Dila kenal itu menyapanya. Dila langsung menoleh ke asal suara."Mbak Maya? " ucap Dila dengan tergagap."Kamu lagi ngapain disini. " tanya Maya yang melihat wajah sendu mantan adik iparnya itu.Dila mencoba tersenyum dengan pVano. "Nggak apa-apa mbak, aku hanya sedang jalan-jalan. " ujar Dila berbohong."Mbak Maya sedang apa di sini? " tanya Dila balik."Aku sedang menemani Arum jalan-jalan dan bermain. " kata Maya sambil menunjuk Arum yang sedang bermain.Dila tersenyum melihat keponakannnya sedang berlarian mengejar gelembung sabun.Tiba-tiba perut Dila berbunyi, dan Tanpa sengaja Maya langsung melihat ke arah perut Dila. Matanya terbelalak saat melihat perut Dila yang membesar."Ya Ampun Dila. Ini Apa? " pekiknya dengan suara lirih."Kamu hamil? " tanya lagi.Dan dijawab Dila dengan anggukan."Apa kamu sudah menikah. " tanya Maya lagi degan berbisik.Dan
Agus berlari mencari Dila, dimana dia di rawat dan mendapat tindakan medis. Hingga seseorang menunjukkan ruang operasi, dan dia segera bergegas kesana. Agus akan merasa bersalah jika sampai teejadi apa-apa pada bayi dalam kandungan Dila. Apalagi jika itu anaknya.Beberapa dokter akan masuk ke ruang operasi bersama dokter yang memeriksa kandungan Dila tadi. Dan dia tampak heran karena ada Agus disana."Dokter, tolong selamatkan Dila dan anaknya. " pinta Agus kepada para dokter."Kami akan berusaha yang terbaik tuan, permisi. " beberapa dokter dan perawat itu segera masuk keruangan operasi dan melakuakan tindakan kepada Dila."Kasihan keadaannya sampai seperti ini. " kata seorang dokter yang menatap kasihan kepada Dila."Dia baru saja periksa di tempatku, dokter. Dan dia tampak bahagia saat mendengar bayinya kembar .Tapi kita bertemu lagi dalam keadaan seperti ini. "Semua orang di sana menghembuskan nafas nya setelah mendengar penuturan salah
"Apa papa dan mama akan tetap sayang sama Vano kalau kalian punya adik bayi? " tanya Vano dengan wajah sendu kepada kedua orang tuanya."Tentu saja sayang, mama akan tetap sayang sama Vano. Vano kan juga anak mama, kenapa Vano tanya seperti itu? ""Nggak apa-apa ma, Vano hanya takut mama sama papa nggak sayang Vano lagi setelah punya adik bayi. "Abhi lalu mengangkat Vano dan mendudukkan dipangkuannya."Apa boleh papa jelasin porsi kasih sayang antara Vano dengan adik bayi? " tanya Abhi hati-hati sebelum bicara. Karena dia tau Vano memiliki sisi sensitif jika membicarakan masalah kasih sayang.Vano mengangguk."Vano... nanti jika perhatian mama kepada adik lebih banyak dibandingkan kepada Vano, Vano tidak boleh merasa kesal atau bilang kalau mama dan papa pilih kasih atau apapun yang Vano pikirkan. ""Kenapa pa? ""Karena adik bayi membutuhkan banyak perhatian dari mama. Adik bayi kan masih kecil, belum bisa apa-apa. Bisanya cu
"Bagaimana keadaan istri saya dokter. " tanya Abhi saat melihat seorang dokter keluar dari ruang tindakan."Maaf tuan, saya tidak bisa memastikan. Tapi jika dilihat dari gejalanya sepertinya istri anda sedang hamil. Sebaiknya anda memeriksakannya langsung ke dokter kandungan untuk memastikan. " dokter memberitahu hasil pemeriksaannya."Apa? Hamil? " Abhi merasakan sangat terkejut mendengar apa yang di katakan dokter barusan.Dokter mengangguk untuk memastikan kabar yang ia sampaikan.Keterkejutan Abhi berubah menjadi senyum bahagia yang terpancar di bibirnya."Dokter apa boleh saya menemui istri saya? ""Silahkan, tuan. Setelah cairan infusnya habis anda bisa membawa istri anda memeriksakan diri ke dokter kandungan. " ujar dokter lali ia pergi meninggalkan Abhi yang akan menemui istrinya.Abhi masuk ke ruangan dengan senyuman penuh dibibirnya. Ia menatap Retha yang masih terbaring dengan penuh haru, Abhi langsung berhambur memeluk ist
Setelah kepergian ketiga orang tidak tau diri itu, Abhi dan semua orang kembali masuk ke dalam rumah. Setelah sebelumnya Danu mengunci pagar. Retha segera ke dapur dan mengambil kan air dingin untuk meredakan amarah suaminya."Minum dulu mas. " Retha menyodorkan minuman itu kepada suaminya."Terima kasih. " Abhi langsung menegak habis minuman yang diberikan istrinya itu."Maafkan aku, aku sangat marah tadi. " ujar Abhi kepada semua orang."Nggak apa-apa mas. Kami mengerti. ""Tentu saja, mas Abhi marah. Kalau rumahnya dibuat seenaknya sendiri sama orang lain, apalagi mereka hanya seorang pembantu yang di tugaskan membantu dan menjaga rumah ini. Eh, malah dibuat kayak rumah sendiri. Emang dasar pembantu nggak ada akhlak. " Jihan masih saja mengomel karena ulah pembantu kakaknya itu."Memangnya sudan berapa lama, mas Abhi nggak mengunjungi rumah ini? " tanya Retha."Ya terakhir kesini, sebelum kenal kamu. Setelah kenal dan deket sama ka
Akhir pekan ini Abhi mengajak keluarga kecilnya untuk pergi ke rumah impianAbhi, termasuk Jihan dan Danu yang ikut serta. Urusan pekerjaan di rumah, Retha serahkan kepada Lusi orang kepercayaannya. Jadi Retha tidak akan di pusingkan dengan pekerjaan jika dia sedang pergi dengan keluarganya.Abhi ingin keluarga kecilnya tau, rumahnya yang dia bangun setahun terakhir ini dan akan menjadi rumah masa depan keluarga mereka kelak. Satu jam perjalanan mereka tempuh, untuk sampai ke rumah impian Abhi. Letaknya memang jauh dari perkotaan karena Abhi menginginkan suasana yang tenang dan nyaman."Nah, Kita sampai. " ucap Abhi saat mobilnya memasuki rumah yang besar dengan halaman yang luas."Waahhhh, gede banget rumahnya pa. " Vano terkagum-kagum melihat penampakan rumah papanya itu.Abhi hanya tersenyum mendengar celetukan Vano. Dia membantu Danu membawa barang bawaan yang mereka bawa. Rencananya mereka akan menginap dua hari disana."Siapa yang jaga rumah d