Meski aku sudah pulang sebelum ashar, menjemput anak-anak ke tempat les mengaji, kemudian masak makan malam dengan mereka, Mas Revan belum juga kunjung pulang.Biasanya, jika di hari biasa dia hanya berkeliaran di kantor, lelaki itu akan pulang jam 04.00 sore. Tapi sampai pukul 07.00 malam dia belum datang juga.Kuambil ponsel lalu kuhubungi kontaknya. Aku ingin tahu apakah dia masih di lokasi proyek atau malah sudah pulang ke rumah pacarnya. Lelaki itu terlalu meremehkanku dan tidak pernah takut dengan semua ultimatum yang kuberikan. Sepertinya aku harus main kasar dan benar-benar memberi dia syok terapi yang akan membuatnya ingat seumur hidup."Kau di mana?""Di lokasi, mencoba menemukan barang yang kau cari!"Seperti biasa ucapannya selalu kasar, tidak pernah ada lembut lembutnya atau minimal intonasi suara biasa saja. "Jadi kalian membongkar dan menghitung ulang!""Iya, dan aku masih bingung karena tidak menemukannya.""Kalau begitu pergilah ke pabrik dan coba kroscek lagi, ap
Aku terbangun di pagi hari, mengerjap karena mendengar kicau burung di luar sana. Biar mentari mulai terlihat dan aku ingin segera bangkit dari posisiku.Tapi sebelum benar-benar bangun aku menyadari ada sebuah tangan melingkari tubuhku, dia memelukku, tanpa sadar ia memelukku. Tubuhnya menempel padaku dan nafasnya di belakang tengkukku terasa begitu hangat. Andai dia hanya mencintaiku dan jujur tentang perasaannya, mungkin pagi ini adalah pagi terindah dalam hidupku, tapi faktanya, hubungan ini seperti keterpaksaan. Dia menjamahku saat ia birahi dan tidak punya pilihan lain selain melampiaskan denganku. Aku seperti cadangan, seperti selir yang hanya dibutuhkan untuk melayani. Aku seperti pembantu yang melakukan semua tugas untuknya, tapi dia tidak pernah berterima kasih padaku. Semua jasaku seolah-olah akan terbayar dengan uang yang ia berikan, tanpa sedikitpun apresiasi dan kasih sayang. Miris sekali hidupku."Mas, ini sudah pagi." Perlahan aku mengguncang tangannya hingga ia s
Aku melanjutkan tugasku untuk memeriksa semua laporan, aku juga menerima laporan kemarin yang sudah direvisi si gundik murahan. Dia mengubah cara dan gaya bahasanya dengan bahasa yang lebih formal serta santun.Bagus, dia harus terbiasa dengan itu.Klik!Aku menekan tombol telpon kantor, dan meminta Sari untuk memanggilkan Ailin."Panggil Ailin.""Iya, Bu. Saya akan memeriksanya, apakah hari ini beliau datang ke kantor.""Suruh dia menghadap diriku karena ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan.""Siap bu."Aku menemukan kejanggalan pada gaji yang ia terima di bulan Juni, dia mendapatkan gaji 3 kali lipat dari gaji pokok utamanya. Aneh sekali padahal saat itu ia tidak sedang mengelola proyek apapun.Sebelum Ailin yang ada di lokasi proyek tiba di kantor dan menemuiku aku telah terlebih dahulu menemui Mas Revan di ruangannya.Kuletakkan bukti transaksi di depannya, dia yang sedang mengerjakan tugas di layar langsung melirikku."Ada apa ?""Kenapa kau membayar wanita ini tiga kali lipa
Pukul tiga sore, aku kembali ke rumah. Dengan diantar oleh sopir aku sampai di rumah dengan selamat.Kubuka kunci pintu lalu masuk dan melepas sepatuku. Anak-anak yang kebetulan sedang menonton di lantai dua, turun dan menyambut kedatanganku dengan riang gembira. "Bunda, bunda sudah pulang."Aku tahu mereka selalu mengharapkan sesuatu jika aku datang dari luar, kuserahkan kepada mereka sekotak donat yang ku beli di jalan tadi. Anak anakku berterima kasih dan membacanya ke atas.Kuganti pakaian lalu pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam, meski ada asisten aku selalu menugaskan diriku untuk menyiapkan makanan bagi anggota keluarga agar mereka selalu ingat ciri khas makanan ibunya. Kuambil bahan makanan dari kulkas memotongnya lalu mulai mengolahnya menjadi makanan yang enak.*Pukul lima sore suamiku pulang, akhir-akhir ini, setelah aku mulai bekerja di kantornya dia jadi pulang lebih lambat karena begitu banyak tugas yang harus dia selesaikan, berikut juga harus memeriksa lapor
Meski wanita itu akan resign tapi aku akan mengejarnya, Aku tidak akan melepaskannya dengan mudah karena sejauh apapun wanita itu bersembunyi dia pasti akan menghubungi suamiku dan Mas Revan pasti akan mendatanginya kemudian mereka akan mengulangi dosa yang sama. Aku tak akan berhenti."Tolong biarkan saja dia pergi, jangan ganggu dia.""Kenapa tidak! Dia yang lebih dulu mengganggu suamiku dan keluargaku. Dengan sombongnya dia bilang kalau kau mencintainya dan dia pasti memenangkan hubungan ini. Dengan serakahnya dia pergi menemui anak-anak dan coba mendekati mereka. Dia wanita lancang yang ingin sekali kutampar. Andai ada orang yang ingin dia mati, akulah yang berada di daftar paling atas.""Ya Allah...""Jadi kau mengajakku duduk baik-baik seperti ini hanya untuk membela pacarmu?" Aku kembali mengulang pertanyaanku, mukena yang kupakai setelah sehabis salat magrib belum kulepas, seharusnya aku tidak perlu marah-marah."Tidak, bukan itu. Aku juga ingin membicarakan tentang keluarga
Rutinitasku selalu sama setiap pagi, bangun pagi dan salat subuh kemudian membersihkan kamarku lalu turun menyiapkan sarapan. Jika sudah selesai memasak maka aku akan membangunkan anak-anak lalu memandikan mereka dan membantu mereka merapikan seragam.Kami akan sarapan bersama lalu berpencar menuju aktivitas masing-masing. Suamiku berangkat dari pagi ke kantornya karena ada rapat internal antara auditor dan akuntan yang lagi lagi membahas tentang proyek dan korupsi, penyelewengan dana yang berhasil kuungkap. Dalam seminggu aku banyak sekali menemukan kejanggalan dan berhasil mengungkap semuanya. Aku berhasil menyingkirkan orang-orang yang tidak jujur dan para pegawai korup. Tapi hanya satu yang belum benar-benar tuntas, perkara si pelacur yang yang terus menempel pada suamiku. "Kau mau berangkat denganku?" Tawar suamiku sebelum pergi aku hanya memandang wajahnya menatap Apakah ia benar-benar tulus atau hanya formalitas saja menawarkan di depan anak-anak. Aku tersenyum lalu mengge
Entah kenapa tidak ada yang berani melawan perkataanku, usai mengancam seperti itu semua orang terdiam dan menundukkan kepalanya.Rapat pun berakhir, suamiku meminta untuk rapat dihentikan agar tidak semakin rusuh dengan pertengkaran dan perdebatan. Setelah orang-orang pergi, ras Mas Revan meminta asisten pribadinya untuk membayar seseorang agar tetap mengawasi mereka. Dia juga meminta agar orang-orang yang protes tadi untuk diawasi transaksi keuanganya, siapa tahu mereka memindahkan uang yang sudah mereka curi ke dalam bentuk aset lain. "Rupanya, kau mulai terpengaruh dengan tindakanku dan melakukan hal yang sama seperti yang kulakukan," ucapku pada suamiku."Ya, aku akan mendukung semua tindakan yang akan melindungi perusahaan," ucapnya yang pada akhirnya mengalah."Lalu kenapa wanita itu masih ada di sini?" tanyaku. Wanita berpakaian celana panjang dengan blazer hitam itu nampak terintimidasi dengan penampilanku yang lebih anggun dan elegan darinya. Aku menggunakan rok span cok
Ayah mertua mengatur perjumpaannya dengan gundik suamiku, dia membuat wanita itu tidak punya pilihan lain selain datang ke rumah mertua dengan sendirinya. Ayah memintaku untuk mengawasi dari ruang sebelah sementara dia sendiri akan bicara kepada wanita yang sangat terobsesi jadi menantu komisaris itu.Tak lama kemudian ailin datang, dia datang dengan gaun merah dan sepatu hak tinggi. Mengucapkan salam dan membungkuk kepada ayah mertua lalu ayah mempersilahkan dia duduk."Apa kau tahu kenapa saya mengundangmu?""Tidak Pak, tapi semoga itu baik.""Oh, tentu, apa yang kulakukan sebagai komisaris selalu atas niat yang baik, tapi tergantung sudut pandang orang yang menilainya," ujar ayah dengan santai. Lelaki bertubuh tinggi dengan garis wajah yang mirip-mirip Mas Revan, serta rambutnya yang keperakan itu, menatap Ailin dengan senyum penuh wibawa, sementara wanita itu sedikit heran dan gugup."Aku tau kau menjalin hubungan dengan anakku.""... tapi aku yakin kau sudah tahu kan kalau dia
"Kau bertemu temanmu yang bernama Rudi itu?""iya," jawabku."kupikir kau akan bertemu dengan orang penting tapi ternyata kau hanya bertemu dengannya..." Mas Revan bersungut dengan cemberut sambil mendesahkan nafas dan menyandarkan punggungnya di kursi."Aku sedang membicarakan masalah bisnis dan restoran yang cukup strategis di dekat lokasi villa yang ada di daerah Timur kota ini. progress untuk bisnisnya cukup bagus hanya butuh sedikit investasi dan modal.""Aku suka kamu berbisnis tapi aku tidak sreg kau berbisnis dengannya.""kenapa?""ga suka aja.""ada alasan untuk segala sesuatu.""aku hanya tak nyaman.""Kau tak nyaman karena kau cemburu ataukah ada ketakutan lain, jika kau merasa bahwa lelaki itu akan menipuku itu tidak akan terjadi karena dia adalah sahabatku sejak lama, dia tidak akan lari kemana-mana karena jika dia melakukan kecurangan, aku pasti akan menghukumnya.""lelaki itu cukup tampan dan aku tidak mau terjadi fitnah dalam keluargaku.""bicara tentang ketampanan da
**di kantor, di jam istirahat."aku izin untuk keluar 1 jam makan siang dengan temanku.""siapa?""temanku., Kami ingin membicarakan bisnis. Apa kau membutuhkan detail setiap orang yang aku temui atau haruskah kau mengirimkan satu asisten bersamaku agar bisa melaporkan segalanya padamu?""kenapa perkataanmu terdengar sentimental?" suamiku mulai memasang wajah gusar dan kesal. "aku hanya khawatir bahwa kau mencurigai beberapa temanku padahal orang-orang yang aku temui adalah orang-orang yang tempo hari selalu bersamaku. mereka adalah teman-teman biasa teman arisan, sosialita dan beberapa teman bisnis.""tidak, jangan khawatir, pergilah.""terima kasih." aku melenggang keluar dari kantornya dengan santainya. Aku sengaja tidak memberitahu bahwa aku akan makan siang dengan sahabatku Rudi, mungkin sikapku terlampau egois ataukah aku memang sengaja untuk menguji sejauh apa dia mencintaiku dan cemburu dengan itu. aku tahu bahwa aku cemburuannya akan menciptakan prahara, tapi selagi aku t
"Eh, suamimu cemburuan juga ya...."sahabatku Rudi yang sudah kuambil kontaknya tiba tiba mengechat dan bicara begitu."hahaha, abaikan saja.'"Naluri laki-laki memang merasa tertantang saat melihat orang lain menunjukkan ketertarikan dan kekagumannya secara langsung pada istri mereka. tapi aku tak menyangka kalau suamimu menunjukkannya dengan gamblang.""sudahlah, kau pun jangan merasa ditantang dengan sikapnya.""Buat apa... kalau aku ingin merebut orang maka aku akan melakukannya dengan cepat. Kau juga salah tahu ga sih.""salahku apa?""kau terlalu cantik di usiamu itu, malah kalau jalan dengan anakmu kau pasti dikira kakaknya.""Hei, aku baru empat puluhan.""Tapi kau berjuang sejak menikah dengan Revan, siapa yang tak tahu reputasi pria itu. kami para sahabatmu merasa geram dengan perlakuan dan perselingkuhan yang berlangsung selama belasan tahun itu. Heran ya, kenapa kamu bisa tahan.""demi keluarga.""demi keluarga apa demi uang?""dua duanya." aku meletakkan emot senyum di be
sekarang kami duduk di sebuah kedai minuman di pinggir pantai sambil tertawa dan bercengkrama bercerita tentang masa lalu di tahun 90-an, aku dan sahabatku itu banyak mengenal masa-masa konyol di saat kami masih SMA dulu. "Aku pernah dengar kalau istriku dan para sahabat-sahabatnya membicarakan tentang pria bernama Rudi. Tak kusangka Kalau hari ini aku bertemu denganmu secara langsung." Mas Revan mengaduk minumannya lalu meresapnya."oh ya? benarkah, kau sering membicarakanku dengan sahabat-sahabat kita?"aku melirik suamiku dan segera menggeleng cepat dan itu membuat mereka berdua, kedua lelaki itu tertawa padaku."kau tampan juga ya Rudi, ngomong-ngomong Apa usaha yang kau jalani...""aku menjalankan bisnis batubara milik keluarga di Kalimantan. by the way, kau juga tampan dan punya Aura seorang pemimpin yang hebat."suamiku hanya tertawa sambil menggelengkan kepalanya lalu berkedip kepada diri ini dan menunjukkan betapa hebatnya dia dapat pujian dari orang-orang di sekitarku.sok
Dua tahun berikutnya saat anak-anak sudah mulai lulus SMA dan Risa duduk di bangku kelas dua. aku dan suamiku menjalani kehidupan yang bahagia tanpa gangguan dari siapapun tidak pernah mendengar lagi kabar tentang Ailin atau perintilan tentang hidupnya.Aku merasakan ketentraman dan kedamaian menikmati peranku sebagai ibu rumah tangga sekaligus orang yang berwenang dalam perusahaan ayah mertua. ayam mertua yang saat ini sudah sepuh mulai sakit-sakitan sehingga aku lebih banyak menghabiskan waktu dengan anak-anak di rumahnya, suami lebih aktif dengan kegiatan bisnisnya Karena sekarang tumpuan harapan dan satu-satunya penggerak roda perusahaan hanya dia, hanya dia yang diambil keputusannya dan menjadi acuan banyak orang untuk bertindak.ayah mertua sudah menyerahkan segalanya kepada kami dan tidak lagi ambil bagian dalam keputusan perusahaan. "mau kuliah di mana setelah lulus?" tanya kakeknya pada Rian anak sulung kami."ingin kuliah bisnis manajemen di Australia kek atau bila memungkin
Mungkin ini bab terakhir saat aku ingin menceritakan hidupku yang penuh kebahagiaan tanpa kehadiran orang ketiga dalam Rumah tanggaku.Setelah beberapa tahun berlalu kami menjalani dengan penuh kebahagiaan dan keharmonisan itu mengalami perubahan drastis dalam kehidupan dan karirnya.Tanpa sengaja aku mendapati kabar itu ketika aku arisan besar-besaran para sosialita di kota ini. Aku tergabung di sana karena mendapatkan undangan dari istri seorang direktur perusahaan minyak, sekaligus kebetulan mengenal istri gubernur. Mereka mereka mengundangku dan menjadikan aku sebagai anggota organisasi mereka di mana aku mengikuti banyak kegiatan dan arisan. "Kau kenal wanita bernama Airin yang dulu bekerja di perusahaan mertuamu?" Tanya Mbak Fika seorang pebisnis batubara."Namanya cukup familiar," jawabku mencoba untuk bersikap normal dan mengabaikan fakta bahwa orang yang sedang ditanyakan adalah mantan kekasih suamiku.""Aku mengagumi bagaimana kau menyikapi wanita itu saat dia masih bersam
Apa semuanya sudah selesai dengan kepergian wanita itu? Aku rasa iya, meski ada masalah lain yang akan kuhadapi tapi tidak akan seberat aku menghadapi orang ketiga dalam rumah tangga. Kuncinya hanya satu jika ingin jadi pemenang pada suami yang suka berselingkuh, lebih banyak bersabar, lebih banyak mengendalikan emosi, tenang dan pertahankan apa yang kita miliki. Niscaya suatu hari suami akan kembali ke rumahnya dan pulang ke pelukan istri dan anak-anaknya.Aku percaya Tuhan sudah berada di pihakku dengan cara membiarkan wanita itu menyerah, lalu pergi dengan membawa amarah dan kekecewaannya.Aku yakin, episode panjang perselingkuhan selama 12 tahun sudah selesai. Ya, berakhir sampai di sini.Kurebahkan tubuhku di tempat tidur lalu kuselimuti diriku sendiri dan suami. Awak dingin dari penyejuk ruangan membuatku harus dekat-dekat dengannya dan dia pun mengembalikan badan untuk memberi tanggapan pada pelukanku."Apa semua konflik ini sudah selesai sekarang?""Aku rasa iya.""Syukurla
Keesokan hari.Setelah jam istirahat kantor aku dan Mas Revan menyebabkan waktu untuk pergi ke kantor di mana Ailin bekerja sebagai manajer utama. Sebenarnya perusahaan itu berbasis di Singapura, tapi karena mereka punya kantor cabang di Indonesia, maka wanita itu ditugaskan juga untuk mencari relasi bisnis dan proyek terbaru. "Kau yakin kita akan bertemu dengannya.""Untuk terakhir kalinya."Aku dan suamiku memasuki lobby utama kemudian pergi ke meja resepsionis dan bertanya di manakah ruangan Manager utama."Apa ibu Ailin ada di sini.""Maaf Bu, Ibu manajer kami tidak ada hari ini. Apa beliau tidak memberitahu Anda sebelum Anda membuat jadwal temu dengannya.""Kami datang tanpa ada jadwal temu.""Beliau ada penerbangan 1 jam lagi ke Singapura jadi mungkin anda tidak bisa bertemu dengannya hari ini.""Apa dia memutuskan kembali ke Singapura?""Ya, tugasnya sudah digantikan oleh manajer baru jadi beliau akan kembali ke kantor pusat.""Oh, baiklah."Kupandangi suamiku yang terlihat m
Menjelang pukul 03.00 sore putuskan untuk langsung saja pulang ke rumah, kukendarai mobilku lalu 10 menit kemudian aku tiba di rumah.Ku masukkan mobil ke garasi kemudian mematikan mesin lalu keluar dari sana dan pergi ke pintu utama. Di ruang keluargaku dapati Suamiku sedang berbaring dan dia masih mengenakan baju setelan jasnya."Apa kau baru tiba?""Dari tadi.""Kenapa tidak ganti baju?""Aku masih lelah... Pusing.""Oh, apa kau sudah makan?""Belum.""Tunggulah sebentar aku akan siapkan makanan."Aku bergegas pergi ke kamar utama untuk ganti baju kemudian cuci tangan dan mukaku lalu turun ke dapur untuk menyiapkan makanan.Saat aku kembali ke dapur lelaki itu bangkit dari posisi berbaring dan menetap diriku dengan tatapan lekat dari kursi tempat duduknya."Ada apa?""Tidak ada sayang, aku hanya ....""Ada apa?""Aku hanya merasa bersalah Dan teringat kembali atas peristiwa yang bertahun-tahun pernah kulakukan pada dirimu.""Sudahlah, jangan buka-buka lama yang akan membuat kita me