Dio mendorong kursi rodaku dengan perlahan kami akan menuju ruangan Om Satyo di rawat. Setelah seharian kemarin terbaring saja di kasur rumah sakit, akhirnya aku bisa beranjak juga dan menemui Om Satyo.Om Satyo nampak lemah, kondisinya tak jauh beda denganku. Ada beberapa luka di kaki dan tangannya. Selebihnya Om Satyo terlihat baik.Di menyambutku dengan senyuman hangat."Hai Aruni, bagaimana kondisimu?" Tanyanya ramah, seperti biasanya."Baik Om, bagaimana dengan Om?""Tak jauh beda denganmu. Haha....""Aku sangat khawatir akan kondisi Om! Maafkan aku ya Om, karena aku Om jadi seperti ini." Aku tak bisa menahan tangisku. Masih benar-benar merasa bersalah atas semua yang terjadi padanya."Hei ..., ini bukan salahmu! Semua ini memang ujian Allah. Sudah jangan kau seperti itu!" Kata Om Satyo menenangkanku.Ya, memang semua ini ujian dari Allah padaku. Bersyukur sama sekali tak ada korban jiwa saat itu. Hanya kerugian materil saja yang harus kutanggung."Bagaimana sekarang kondisi res
Aku cukup terkejut akan kehadiran mereka di sini. Sesuatu yang tidak pernah terpikirkan olehku bahwa mereka mau repot-repot menjengukku."Hai Aruni, bagaimana keadaanmu?" Tanya Ibu Mas Juna menyapaku."Alhamdulillah sudah membaik Bu!""Kami mendengar restoranmu kebakaran. Dan kau dirawat karena kebakaran itu. Makanya kami datang menjenguk." Terang Kak Tari kini."Iya kak, beginilah kondisiku sekarang. Alhamdulillah tak ada sesuatu yang serius."Jawabku."Syukurlah... bagaimana juga kondisi lelaki yang kau selamatkan itu? Kudengar kau masuk lagi kedalam kobaran api untuk menyelamatkan laki-laki lain ya?" Tanya Kak Bulan kini nampak sangat antusias.Laki-laki lain? Apa maksudnya Om Satyo? Tahu dari mana dia berita ini? Apakah orang-orang diluar sana membicarakanku lagi?Aku jadi penasaran apalagi yang beredar di luar sana tentangku sampai-sampai keluarga mantanku ini mau repot-repot datang untuk sekedar menanyakan hal ini."Dia baik, sangat baik. Kami tak kurang satu apa pun!" Jawabku
Hari-hari di rumah sakit adalah hal yang paling membosankan. Apalagi tanpa kehadiran Arsy dan kegiatan lainnya.Dio pun sama sekali tak mengizinkan aku bekerja walau itu hanya memeriksa beberapa file di gawaiku. Ia memintaku hanya fokus pada kesembuhan. Padahal bekerja adalah salah satu cara untuk menambah imunku.Jadilah saat ini aku menonton acara infotainment di televisi. Yang rasanya sudah bertahun-tahun tak pernah kulakukan lagi.Tiba-tiba suara getaran terdengar dari nakas sebelah tempat tidur. Bergegas kuambil gawai tersebut, khawatir ada hal penting. Namun ternyata bukan dari gawaiku suara itu berasal. Melainkan dari gawai milik Dio.Ismi calling.Dengan jelas tertera disana nama itu. Seketika menimbulkan sedikit rasa sakit di hati ini yang entah kenapa.Apa mereka masih berhubungan?Tak lama Dio kembali dari kamar mandi. Aku berpura-pura tak mengetahui apapun, tetap fokus pada acara di televisi.Gawai itu masih terus bergetar tanpa henti. Membuatku sangat kesal, sepenting apa
Aku dan Om Satyo sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Kami dinyatakan sudah sehat. Om Satyo langsung terbang kembali ke kalimantan bersama Istri dan anaknya.Betapa aku sangat merindukan rumah, dan tentu saja pada Arsy. Empat hari tak bertemu dengannya membuatku tak tahan lagi ingin segera bertemu.Ketika sampai di rumah, ternyata ada sebuah pesta penyambutan kecil-kecilan yang dibuat oleh keluarga dan sebagian karyawanku.Balon-balon, kue dan makanan sudah siap tersaji. Melihatku datang, semua pun bergegas mendekati dan satu-persatu memberikanku selamat karena sudah kembali sehat dan selamat. Aku sangat terharu akan semua perhatian mereka padaku. Rasanya bersyukur sekali masih diberi kesempatan hidup setelah apa yang terjadi sebelumnya. Dan juga di beri keluarga dan teman-teman yang tulus menyayangiku.Arsy terus menempel padaku. Ia sama rindunya denganku. Lagi-lagi aku bersyukur masih bisa memeluk gadis kecilku ini."Mama... Asy sayang mamaaa..!" Katanya dengan gaya bayinya yang me
Ternyata rasanya begitu lega, ketika kuputuskan menerima lamaran Dio. Seakan bersamanya semua akan sangat mudah untuk menjalani hidupku kedepannya.Dio, begitu sempurna dan bahkan terlalu baik untukku. Kadang aku bertanya pada diri, apa aku pantas bersanding dengannya?Keluarga Dio menerima kehadiranku dengan baik. Ayah, ibu dan kakaknya, semua sangat terbuka dan menyambut diriku juga Arsy. Seakan kami anggota keluarga mereka sedari dulu.Semua nampak indah dan mudah kini. Andai saja aku tahu akan semenyenangkan ini menerima lamaran Dio, akan kulakukan sedari dulu.Tak menunggu lama, aku dan Dio akan melaksanakan pernikahan pekan depan. Selagi orang tua Dio berada di Indonesia. Dio pun tak ingin menunggu lebih lama lagi katanya.Kami merencanakan mengadakan sebuah pernikahan sederhana. Sesuai keinginanku. Pernikahan yang sakral, syahdu, dan intim. Hanya di hadiri beberapa anggota keluarga dan kerabat saja.Kini aku sibuk mempersiapkan pernikahan. Dekorasi, baju pernihkahan, souvenir d
Bersyukur semua berjalan lancar, tanpa ada gangguan dan hambatan yang berarti. Semua orang nampak menikmati dan puas akan acara pernikahanku ini.Bersyukur juga yang kutakutkan tak terjadi. Mas Juna dan Ismi bahkan tak terlihat batang hidungnya. Suasana rumah kini kembali seperti biasa, semua kerabat sudah kembali kerumah masing-masing.Tinggalah kami keluarga inti yang kini bertambah Dio saja di rumah ini.Tiba-tiba aku merasa canggung dan deg-degan melalui malam ini. Padahal ini bukan yang pertama buatku, tapi rasanya lebih menakutkan dari sebelumnya.Dio menghampiriku yang tengah duduk di pinggiran tempat tidur. Dengan senyuman manisnya, ia menggenggam tanganku yang kurasa sedikit basah karena berkeringat gugup."Kamu, bahagia hari ini?" Tanyanya lembut.Aku hanya mengangguk, mengiyakan."Alhamdulillah semuanya berjalan lancar ya Aruni?"Lagi aku hanya mengangguk sambil menyunggingkan senyuman. Tanpa bisa berkata-kata, tenggorokanku serasa kering."Kamu kenapa Aruni dari tadi ha
Aku tak menyangka, akan mengalami malam yang begitu tak terlupakan tepat di malam pengantinku. Disaat harusnya aku dan Dio mereguk nikmatnya malam pertama.Mas Juna lagi-lagi melakukan kekacauan itu semua dalam kondisi mabuk berat. Dia tak terima aku akhirnya menikah lagi.Karena kejadian malam itu Dio harus mendapatkan 5 jahitan di pelipisnya, juga badannya penuh dengan lebam. Keesokan harinya pun kami masih harus memberikan kesaksian di kantor polisi. Selama beberapa hari ini kami bukannya menikmati suasana sebagai pengantin baru. Melainkan sibuk mengurusi kejadian di malam pengantin tersebut. Tak kuduga, kasus ini berkembang makin besar. Mas Juna ternyata selama ini telah menjadi buronan polisi, karena di duga sebagai pengedar narkoba.2 hari setelah kejadian polisi menggerebek rumah Mas Juna. Dan ditemukan barang bukti sabu-sabu seberat 1 kg. Ibu dan Ismi tak henti menangis tak percaya akan kenyataan itu. Kudengar mereka sempat mengamuk dan menghalangi penggeledahan saat polis
Sudah 3 bulan sejak penangkapan Mas Juna di penjara, ia di vonis bersalah dan mendapat hukuman 20 tahun penjara, cukup ringan di banding tuntutan jaksa yang menuntut hukuman mati atas dirinya. Karena hukuman bagi pengedar narkoba memanglah sangat berat.Tiba-tiba di komplekku ada keributan. Bi Nina menutmruhku dan Dio untuk melihat apa yang terjadi, karena katanya menyangkut dengan keluarga mantanku lagi.Ternyata pihak Bank akan menyegel rumah yang di tempati Ismi dan Ibunya. Mereka sudah menunggak 4 bulan lebih cicilan. Ismi dan ibu di paksa untuk segera meninggalkam rumah.Tentu saja mereka berontak tak terima."Ini rumah anakku, kau tak boleh mengambilnya. Huhu.. huhu.. Juna.. kenapa kau melakukan ini pada Ibu...!" Ratapnya ditengah penggusuran.Ismi pun tak kalah kacau. Ia sampai duduk-dudk dibawah tanah meratapi semuanya.Ibu dibawa Kak Tari untuk tinggal di rumahnya. Tapi ia tidak bisa membawa Ismi serta, karena rumahnya tak akan cukup menampungnya, kilahnya.Dio yang mengetahu