Ternyata rasanya begitu lega, ketika kuputuskan menerima lamaran Dio. Seakan bersamanya semua akan sangat mudah untuk menjalani hidupku kedepannya.Dio, begitu sempurna dan bahkan terlalu baik untukku. Kadang aku bertanya pada diri, apa aku pantas bersanding dengannya?Keluarga Dio menerima kehadiranku dengan baik. Ayah, ibu dan kakaknya, semua sangat terbuka dan menyambut diriku juga Arsy. Seakan kami anggota keluarga mereka sedari dulu.Semua nampak indah dan mudah kini. Andai saja aku tahu akan semenyenangkan ini menerima lamaran Dio, akan kulakukan sedari dulu.Tak menunggu lama, aku dan Dio akan melaksanakan pernikahan pekan depan. Selagi orang tua Dio berada di Indonesia. Dio pun tak ingin menunggu lebih lama lagi katanya.Kami merencanakan mengadakan sebuah pernikahan sederhana. Sesuai keinginanku. Pernikahan yang sakral, syahdu, dan intim. Hanya di hadiri beberapa anggota keluarga dan kerabat saja.Kini aku sibuk mempersiapkan pernikahan. Dekorasi, baju pernihkahan, souvenir d
Bersyukur semua berjalan lancar, tanpa ada gangguan dan hambatan yang berarti. Semua orang nampak menikmati dan puas akan acara pernikahanku ini.Bersyukur juga yang kutakutkan tak terjadi. Mas Juna dan Ismi bahkan tak terlihat batang hidungnya. Suasana rumah kini kembali seperti biasa, semua kerabat sudah kembali kerumah masing-masing.Tinggalah kami keluarga inti yang kini bertambah Dio saja di rumah ini.Tiba-tiba aku merasa canggung dan deg-degan melalui malam ini. Padahal ini bukan yang pertama buatku, tapi rasanya lebih menakutkan dari sebelumnya.Dio menghampiriku yang tengah duduk di pinggiran tempat tidur. Dengan senyuman manisnya, ia menggenggam tanganku yang kurasa sedikit basah karena berkeringat gugup."Kamu, bahagia hari ini?" Tanyanya lembut.Aku hanya mengangguk, mengiyakan."Alhamdulillah semuanya berjalan lancar ya Aruni?"Lagi aku hanya mengangguk sambil menyunggingkan senyuman. Tanpa bisa berkata-kata, tenggorokanku serasa kering."Kamu kenapa Aruni dari tadi ha
Aku tak menyangka, akan mengalami malam yang begitu tak terlupakan tepat di malam pengantinku. Disaat harusnya aku dan Dio mereguk nikmatnya malam pertama.Mas Juna lagi-lagi melakukan kekacauan itu semua dalam kondisi mabuk berat. Dia tak terima aku akhirnya menikah lagi.Karena kejadian malam itu Dio harus mendapatkan 5 jahitan di pelipisnya, juga badannya penuh dengan lebam. Keesokan harinya pun kami masih harus memberikan kesaksian di kantor polisi. Selama beberapa hari ini kami bukannya menikmati suasana sebagai pengantin baru. Melainkan sibuk mengurusi kejadian di malam pengantin tersebut. Tak kuduga, kasus ini berkembang makin besar. Mas Juna ternyata selama ini telah menjadi buronan polisi, karena di duga sebagai pengedar narkoba.2 hari setelah kejadian polisi menggerebek rumah Mas Juna. Dan ditemukan barang bukti sabu-sabu seberat 1 kg. Ibu dan Ismi tak henti menangis tak percaya akan kenyataan itu. Kudengar mereka sempat mengamuk dan menghalangi penggeledahan saat polis
Sudah 3 bulan sejak penangkapan Mas Juna di penjara, ia di vonis bersalah dan mendapat hukuman 20 tahun penjara, cukup ringan di banding tuntutan jaksa yang menuntut hukuman mati atas dirinya. Karena hukuman bagi pengedar narkoba memanglah sangat berat.Tiba-tiba di komplekku ada keributan. Bi Nina menutmruhku dan Dio untuk melihat apa yang terjadi, karena katanya menyangkut dengan keluarga mantanku lagi.Ternyata pihak Bank akan menyegel rumah yang di tempati Ismi dan Ibunya. Mereka sudah menunggak 4 bulan lebih cicilan. Ismi dan ibu di paksa untuk segera meninggalkam rumah.Tentu saja mereka berontak tak terima."Ini rumah anakku, kau tak boleh mengambilnya. Huhu.. huhu.. Juna.. kenapa kau melakukan ini pada Ibu...!" Ratapnya ditengah penggusuran.Ismi pun tak kalah kacau. Ia sampai duduk-dudk dibawah tanah meratapi semuanya.Ibu dibawa Kak Tari untuk tinggal di rumahnya. Tapi ia tidak bisa membawa Ismi serta, karena rumahnya tak akan cukup menampungnya, kilahnya.Dio yang mengetahu
Kukira dengan menjadi Istri Mas Juna semua akan lebih mudah. Karena selama ini dia begitu bertanggung jawab membiayai hidupku dan anak-anak tanpa pernah mengeluh sekalipun. Mas Juna lelaki baik yang begitu tulus padaku.Makanya saat Ibunya memaksa kami untuk menikah aku menuruti saja dengan senang hati.Namun semua tidak berjalan sesuai yang aku harapkan. Bahkan di minggu-minggu pertama pernikahanku pun dia selalu membanding-bandingkan aku dengan Aruni mantan istrinya dulu.Apalagi di tambah Mas Juna yang harus kena PHK, di bulan pertama kami menikah karena perusahaannya bangkrut. Sehingga sama sekali tak ada pemasukan apa pun saat itu. Sedangkan pengeluaran tetap seperti biasanya.Mas Juna meminta aku berhemat, demi bisa bertahan hidup. Namun apa yang bisa aku kurangi lagi? Semua sudah seperti biasanya. Aku sudah mencoba se-menghemat mungkin. Tak mungkin kan aku menghentikan susu formula anak-anak, bisa-bisa mereka tantrum. Atau mengurangi biaya makan sehari-hari, masa iya anak-anak
Aku tak menyangka di perumahan ini aku bisa bertemu lagi dengan Dio. Lelaki yang selalu aku sesali kenapa tak bisa memilikinya.Dio pernah berniat serius padaku. Namun sayang ketika itu aku sudah bertunangan dengan Mas Gilang. Lalu saat Mas Gilang sudah meninggal, kami pernah cukup intens lagi berhubungan. Dio masih belum menikah. Dio nampak perhatian padaku anak-anakku. Sering dia mengunjungiku dan mengajak anak-anak bermain. Ia dulu juga rutin mengirimkan uang untuk biaya anak-anak yang telah menjadi yatim katanya.Kukira hubungan kami akan berlanjut lagi. Tapi tidak. Ia lalu hilang begitu saja bagai ditelan bumi.Lalu tanpa diduga kami akhirnya bertemu lagi di perumahan sini. Betapa aku senang sekali bisa dekat lagi dengannya. Namun ternyata sebuah kenyataan lainnya menamparku, Dio bersama Aruni. Entah mereka punya hubungan apa. Karena mereka terlihat begitu dekat. Sampai suatu hari, Arsy anak Aruni dan Mas Juna sakit. Semua orang di komplek ini mengajak untuk menjenguknya di rum
Epilog 2Betapa aku kesal pada Ismi. Aku menjadikannya istri dengan harapan bisa menghemat pengeluaran tapi ia malah tidak mengertindan terus menututku untuk memberinya uang. Padahal saat ini tempatku bekerja sebagai marketing di perusahaan otomotif perlahan mulai mengurangi gaji pegawainya karena penjualan yang terus merosot tajam.Ibu memberi saran agar aku menikahinya saja. Maka pengeluaran bulanan akan lebih hemat, dan aku pun akan ada yang mengurusi.Namun apa yang terjadi, setelah menikah dia malah terus mengeluh kekurangan uang. Baru saja sebulan menikah, pengeluaran sudah melebihi 6 juta. Aku tak habis pikir bagaimana cara Ismi mengelola keuangan. Sedangkan anak-anaknya pun belum ada yang sekolah.Gajiku yang hanya 5 juta sebulannya tentu tak akan mencukupi semuanya. Dari mana aku harus menutupi kekurangannya?Terpakasa aku harus pinjam sana sini walau harus menanggung malu. Sungguh rasanya lebih mudah saat kami tidak menikah seperti dulu.Hal ini juga membuatku rindu pada sos
"Kamu tahu ... apa yang menarik dari Bali?" tanya Dio saat kami sedang menatap sunset di pinggir pantai Seminyak, Bali.Langit tampak begitu indah dengan awan kemerahan yang begitu memanjakan mata berpadu dengan suara deburan ombak yang mengalun merdu membuat suasana hati menjadi tenang.Ini pertama kalinya bagiku menginjak tanah Bali. Sedari kecil Bali bagiku adalah tempat wisata yang tak terjangkau. Pun saat aku sudah mulai memiliki bisnis sendiri, rasanya tak ada waktu untuk sekedar berwisata seperti ini.Jadi saat Dio menawarkan untuk berbulan madu ke Eropa, aku menolak mentah-mentah dan memilih ke Bali saja karena belum pernah sama sekali melihat pantai Bali."Ya ... tentu saja semua ini, kan... pantainya, lautnya, sunsetnya dan... ragam budayanya," jawabku sambil menatap Dio yang tampak tampan dengan kemeja pantai berwarna jingga yang dibelinya di pedagang kaki lima sambil merebahkan badan di kursi santai."Bukan ... Bali selalu menarik karena penuh dengan kisah cinta. Coba liha