Ternyata yang membuat dan menyebarkan video viral Kak Bulan adalah salah satu tamu undangan lain yang tak sengaja merekamnya dan merasa geram akan kelakuan Kak Bulan.Aku mencoba menghubungi orang tersebut dan memintanya untuk menghapus video yang telah disebarkannya. Karena walaupun Kak Bulan memang bersalah, tapi membuatnya dipermalukan oleh banyak orang seperti itu tidaklah membuatku nyaman.Namun sayang, orang tersebut tak mau mengahapusnya. Ia ingin memberikan pelajaran pada Kak Bulan katanya.Kak Bulan terus saja merong-rongku untuk melakukan klarifikasi atas dirinya. Ia mengancam akan melaporkan perbuatanku yang pernah berduan dengan orang lain pada Mas Juna jika tidak melakukannya.Dengan senang hati aku mempersilahkan ia melakukannya. Karena tak ada yang perlu aku khawatirkan terkait hal itu tentunya. Aku tidam melakukan kecurangan seperti yang dipikirkannya.Tanpa diduga, Mas Juna datang malam ini ke rumah. Setelah aku mengusirnya beberapa hari lalu. Aku tak tahu dan tak ped
Nampaknya ada yang merasa senang karena mendapatkan banyak dukungan dari status yang sudah dibagikannya. Banyak orang memberi dukungan pada Mas Juna, dan menghujatku.Mereka sedang mengajakku bermain. Rasanya akan seru jika ikut dalam permainan yang di buat oleh suamiku dan saudaranya itu. Kita lihat saja siapa yang akan menang nantinya.Aku pun mencoba membagikan sebuah foto bersama Om Satyo. Kutulis keterangan di foto tersebut "Alhamdulillah, terimakasih ya Allah telah mempertemukan aku dengannya." Tak lupa kusisipkan juga sebuah lambang hati berwarna merah agar lebih menarik.Tak disangka status fotoku langsung mendapat banyak respon.Nampaknya status yang baru saja dibagikan oleh kakak ipar dan suamiku sebelumnya begitu berpengaruh hingga membuat status yang kubuat kini menjadi perhatian banyak orang.Beberapa ada yang berkomentar menanyakan siapa orang yang sedang bersamaku itu. Ada juga yang langsung menandai suamiku dan kakak iparku.Haha... Lucu memang banyak orang-orang yan
"Perkenalkan aku Ismi."Wanita itu tersenyum dengan lembut sembari berdiri menyalamiku. Anak laki-laki di gendongannya yang kutebak bernama Gani tertidur lelap.Kusambut uluran tangannya. Kupersilahkan wanita itu untuk duduk kembali."Ya, Ismi, ada keperluan apa, ya?" tanyaku sedatar mungkin. Padahal ada gejolak yang entah apa di hatiku mengetahui perempuan yang selama ini diperhatikan lebih oleh suamiku ada di sini. Tepat di hadapanku.Ismi seperti yang kulihat di foto, ia anggun, keibuan, suaranya lembut saat tadi memperkenalkan diri dan terlihat menarik."A-aku yang selama ini ..." dia tampak ragu-ragu berpikir apa yang akan diucapkannya."Mas Juna menyuruhmu datang?" selaku karena ia tak kunjung mengatakan apa pun."Tidak, aku berinisiatif datang sendiri, Mbak," Jawabnya, masih terlihat sekali ia begitu menahan diri karena gugup.Suasana terasa amat sangat canggung sekali saat ini di antara kami. Lagi pula tak kusangka dia akan berani menampakkan batang hidungnya di hadapanku."Ak
Aku tak tahu apa yang lebih menyakitkan dari sebuah kenyataan suami yang selingkuh dan berhenti memberi nafkah.Atau suami yang tak jujur dan demi bertanggung jawab pada orang lain dia berhenti memberi nafkah.Bagiku, keduanya akan sangat menyakitkan. Dan kenyataan bahwa Mas Juna pergi saat aku melahirkan, itu adalah yang paling membuat aku bulat memutuskan untuk berpisah darinya.Beberapa bilang seharusnya aku memberikan kesempatan kedua. Namun bagiku aku sudah memberikan banyak kesempatan padanya.Biarlah aku dibilang egois, atau tak berperasaan karena meninggalkan suami 'sebaik' Mas Juna.Tapi bagiku berpisah darinya adalah solusi terbaik bagi kami.Dia bisa fokus bertanggung jawab pada Ismi, dan aku tak perlu lagi berharap banyak pada dia yang disebut suami.***Proses perceraianku dan Mas Juna berjalan lancar. Mas Juna pun alhamdulillah begitu kooperatif menjalani semuanya.Hari ini hari pembacaan ikrar talak padaku. Entah kenapa aku ingin membawa Arsy. Aku ingin Arsy ikut menyak
Kadang memang hidup yang kita idam-idamkan, tidak selalu semanis saat menjalaninya.Dulu aku sering bermimpi menjadi orang kaya raya. Bersama Kak Dini aku mengkhayalkan nikmatnya bisa makan ayam goreng setiap hari, tinggal di rumah tingkat yang megah, dan Juga bahagianya memakai baju bagus setiap saat.Khayalan anak kecilku, alhamdulillah bisa aku wujudkan kini.Walau banyak orang yang bilang aku hanya memanfaatkan warisan hingga mencapai posisiku saat ini.Tapi bagiku tak masalah, toh memang tak sepenuhnya pendapat mereka salah. Hanya saja mereka tak tahu perjuanganku untuk bisa memutar uang tersebut agar bisa menghidupi banyak keluarga, kemudian melipat gandakan jumlahnya kini.Yah, melihat bisnisku yang makin berkembang kini membuatku sangat bersyukur. Padahal sungguh tak mudah untuk sampai diposisi ini. Jatuh bangun, berdarah-darah aku lewati. Banyak masalah datang silih berganti. Setiap malam bahkan aku tak dapat tidur nyenyak sebelum yakin besok semua akan berjalan baik-baik saj
Aku baru saja selesai mengikuti sebuah pertemuan persatuan pengusaha muda di kotaku.Acara ini penting mengingat aku bisa menjalin banyak relasi nantinya. Banyak juga hal baru yang bisa kupelajari terkait pengembangan bisnis. Dan yang paling aku suka adalah gerakan sosialnya yang begitu cepat, setiap kali ada yang kesusahan semua langsung bergerak.Saat berada di mobil dalam perjalanan kembali ke kanror, kulihat sebuah pesan masuk di gawaiku dari seseorang yang sudah sangat lama tak lagi berkirim pesan dengannya.Mantan ibu mertuaku.[Aruni, sudah dapat undangannya? Ibu harap kau menyempatkan untuk bisa hadir.]Ternyata Mantan Ibu mertuaku yang mengirimkan undangan tersebut.[Iya Bu, insyaAllah.]Kukira cukup hanya membalasnya seperti itu saja.[Jangan lupa ya untuk datang, jangan lupa bawa Arsy!]Pesannya lagi, namun aku tak membalasnya kini. Tak perlulah berbasa basi apapun lagi, aku tak mau banyak terlibat dengan mereka lagi kini.***Waktu sudah menunjukan jam pulang kerja. Akupun
Setibanya di rumah, Arsy menyambutku dengan penuh kehangatan. Rasanya semua penatku hilang seketika melihat senyumannya.Setelah mandi membersihkan badan. Akupun menidurkan Arsy. Aku sangat suka melihat wajah Arsy ketika terlelap. Rasanya penuh kedamaian dan tanpa beban."Aku berharap hidupmu akan lebih mudah dari Mama Arsy." Kataku perlahan sambil mengusap kepalanya.Setelah memastikan Arsy benar-benar sudah terlelap aku pun memeriksa gawaiku.Ternyata ada beberapa pesan masuk. Salah satunya dari Ibu Mas Juna lagi.Astagaaa... mimpi apa aku sampai sampai seharian ini terus diiberondong oleh mereka.Kubuka pesannya.[Aruni sudah tidur?][Belum Bu.][Aruni maaf Ibu mengganggu. Ibu butuh sedikit bantuanmu.][Apa Bu?][Bolehkah Ibu meminjam uang?][Untuk apa Bu?][Ini, biaya perniakahan Juna dan Ismi masih kurang.][Memang bikin acara besar ya Bu?][Engga sih, sederhana saja. Tapi masih kurang.][Memangnya butuh berapa Bu?][10 juta Aruni.]Aku menghela napas panjang. Kebingungan. Harusk
[Hei dasar janda gatel! Jangan kau cari-cari perhatian sama suami orang ya!!!!]Sebuah pesan masuk di gawaiku. Lagi, entah untuk keberapa kalinya aku mendapatkan perlakuan yang sama seperti ini.Kadang jika sedang santai aku anggap saja hal -hal seperti ini lucu-lucuan. Hiburan saat penat.Karena biasanya setelah pesan ini terkirim, tak berapa lama seorang ibu-ibu akan meneleponku lalu marah-marah tak jelas.Kesal? Yup, tapi kuanggap saja mereka radio rusak, yang sedang ngomel-ngomel mencari kambing hitam untuk disalahkan karena perlakuan kurang ajar suaminya.Karena, toh sekalipun tak pernah aku melakukan apa yang mereka tuduhkan.Tebar pesona?Cari perhatian?Kegatelan?Aku hanya bersikap seperti biasanya. Bahkan mencoba sebisa mungkin membatasi interaksi dengan lawan jenis. Sebagai seorang janda tentunya aku tahu diri.Lagi pula tak pernah sekalipun berpikir untuk mencari perhatian laki-laki lain saat ini, entah itu single atau duda, apalagi lelaki beristri.Bagiku kini hanya ingin