Share

3. Mencari Jejak

Author: Shinta wira
last update Last Updated: 2022-11-26 11:44:02

Malam ini aku menunggu Mas Juna terlelap terlebih dahulu, tentu saja aku aku melakukannya agar mendapat kesempatan untuk bisa mencari jejak akan kebusukan apa yang telah ia lakukan di belakangku sebenarnya.

Setelah memastikan Mas Juna tertidur, pelan-pelan kuambil gawai dari genggamannya. Beruntung, gawainya masih dalam keadaan nyala dan tak terkunci, karena Mas Juna tertidur saat sedang bermain game.

Gegas saja aku mengecek aplikasi berwarna hijau bergambar telepon. Mencari apakah ada hal yang mencurigakan di dalamnya.

Namun, sangat aneh, di aplikasi tersebut sama sekali tak ada riwayat percakapan tersimpan. Hanya ada satu percakapan denganku dan percakapan dari grup yang itu pun isinya kosong semua, rupanya ia rutin menghapus semua percakapan di ponselnya tersebut.

Tak habis akal aku pub mencoba mencari lagi di aplikasi yang lain, kubuka aplikasi bergambar biru di mana orang-orang selalu berbagi kabar berita. Kubuka bagian pesan, hanya ada beberapa percakapan dari beberapa bulan yang lalu. Nampaknya aplikasi ini sudah sangat jarang dibuka olehnya.

Masih penasaran aku lanjut lagi membuka beberapa aplikasi lainnya, dari mulai aplikasi untuk berbagi gambar, aplikasi berbagi video yang sekarang sedang digandrungi, sampai kotak pesan masuk dan keluarnya pun kuperiksa.

Dan hasilnya nihil, sama sekali tak kutemukan satu pun hal yang mencurigakan. Kecuali bagian di mana ia menghapus semua riwayat percakapan di aplikasi berwarna hijau bergambar telepon itu dan juga ada beberapa panggilan masuk dari satu nomor yang tak diberi nama oleh Mas Juna dan nomor asing ini cukup sering menelepon, dalam sebulan ini sudah 12 kali dengan durasi 2 sampai 5 menit.

Hah ..., cukup pintar nampaknya Mas Juna menyembunyikan jejaknya. Apa ia tahu bahwa aku akan menyelidikinya sehingga ia menghapus semua hal yang mencurigakan di gawainya?

Tak mendapat hasil yang cukup berarti, kembali kusimpan gawai suamiku di samping tempat tidur. Lalu kupandangi wajah lelaki yang baru sekitar 14 bulan menjadi suamiku itu. Wajahnya ganteng dan menarik tentu saja, itulah salah satu alasan kenapa bisa ia bekerja sebagai teller di bank.

Dan apakah karena kegantengannya ini juga yang menjadi perusak rumah tanggaku? Padahal jelas Mas Juna yang begitu gigih ingin menjadikanku sebagai istri sebelumnya.

Mas Juna adalah kakak kelasku waktu SMA. Memang ia selalu menggangguku sejak SMA. Kadang ia menarik rambutku yang dikuncir ekor kuda, kadang ia juga mengacak-acak isi tasku, pernah juga ia menghalangi jalanku ketika aku lewat di depannya sampai aku jatuh bersujud di depannya dan juga teman-temannya. Lalu ia berlalu begitu saja seolah tak bersalah.

Aku benar-benar membencinya kala itu.

Ada yang bilang Mas Juna menyukaiku, makanya ia selalu menggangguku. Mencari perhatianku. Waktu itu aku tak percaya, karena Mas Juna selalu saja membuat aku ingin menangis karena ulahnya. Toh buktinya, sampai ia lulus SMA Ia hanya terus mengangguku.

Anehnya memang hanya aku saja yang diganggunya. Tak pernah kudengar ia mengganggu siswa lainnya.

Lalu siapa sangka, setelah aku lulus dan bekerja Mas Juna mencariku lagi. Dengan seragam Bank, dan motor gedenya Ia datang ketempatku bekerja. Mau menjemputku katanya. Padahal aku sama sekali tak meminta dijemput.

Mas Juna selalu memaksa agar aku ikut dengannya dan mengantar aku sampai depan rumah. Sesekali ia mengajak untuk sekedar makan bakso di dekat rumah.

Tak lama ia bilang ingin menikah denganku. Sungguh aku sangat bingung dibuatnya, jika memang dia menyukaiku kenapa dari dulu sikapnya selalu seenaknya padaku. Tentu saja aku menolaknya. Tapi ia sangat gigih, sampai datang langsung memintaku pada Bapak.

"Aku akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkanmu l, Aruni!" ucapnya kala itu menunjukan kesungguhannya.

Sungguh betapa aku ingin menolaknya, karena sama sekali tak ada perasaan untuknya. Yang ada hanyalah segala rasa sakit hati yang dibuatnya semenjak SMA.

Pun saat setelah bekerja, ia tetap menjadi seorang yang seenaknya padaku seolah memilikiku. Sekehendak hatinya datang menjemputku kapan pun ia mau. Padahal tak ada ikatan apa pun di antara kami saat itu.

Pernah suatu waktu aku sudah janji dengan teman-teman untuk menengok salah satu teman yang sakit. Tiba-tiba Mas Juna datang tanpa pemberitahuan untuk menjemputku.

"Mas, maaf, aku mau menjenguk temanku yang sakit. Aku gak bisa pulang sama Mas Juna." Kataku lembut agar ia tak merasa tersinggung. Namun, apa yang terjadi, ia tetap memaksaku untuk ikut dengannya.

"Temanmu itu sudah banyak kan yang menjenguk, kalo kamu gak jenguk juga gak apa-apa!Aku jarang-jarang datang menjemputmu. Hargai aku dong, pulang kerja capek dan masih menjemputmu pula!" ujarnya kala itu.

"Tapi Mas, aku sudah janji. Mas juga tanpa pemberitahuan datang kesini. Jadi aku mohon sekali ini saja, aku ingin ikut dengan teman-temanku!"

"Kan bisa besok lagi menjenguknya, sedang aku datang menjemputmu tidak setiap hari. Sudah, pokoknya cepat naik!" Ia menarik lenganku kasar. Dan menyuruhku naik ke motor gedenya. Sepanjang jalan aku hanya bisa menitikan air mata atas perbuatannya.

Lalu akhirnya aku pun harus luluh menerima pinangannya. Karena kegigihannya itu Bapak meyakinkanku bahwa Mas Juna adalah lelaki yang baik untukku. Bapak bilang Mas Juna kerjanya sudah mapan ia akan mengubah hidupku yang selalu berada dalam kekurangan ini.

Tidak seperti Kakaku yang menikah dengan temannya yang hanya sebagai pedagang keliling. Hidupnya tak banyak berubah memang bersama suaminya. Tapi aku lihat Kak Dini, kakakku, begitu bahagia.

Akhirnya demi membuat Bapak tenang melepas anak bungsunya, berbekal istikharoh, aku mantap menerima pinangan Mas Juna. Mungkin dengan begini Bapak bisa lebih tenang menjalani hari-hari tuanya.

Aku hanyalah berasal dari sebuah keluarga sederhana. Aku memiliki seorang kakak Perempuan yang juga baru saja melangsungkan pernikahan.

Bapakku hanya seorang mantan guru honorer. Gajinya tidak seberapa. Hanya cukup untuk biaya makan sehari-hari.

Sedang ibuku seorang ibu rumah tangga biasa. Dulu untuk membantu Bapak mencari tambahan ibu berjualan kue-kue basah, atau masakan jadi dan ibu menjajakan dagangannnya berkeliling dari rumah ke rumah.

Namun, Ibu meninggal 3 tahun lalu karena penyakit kanker payudara yang dideritanya.

Bapak pernah bercerita bahwa Ibu adalah orang yang luar biasa, karena Ia berani meninggalkan kemewahan keluarganya untuk memperjuangkan cintanya kepada Bapak, ia pun rela tinggal di gubuk kecil di kampung kami ini dan menjadi seorang istri dari guru honor biasa

Kata Bapak lagi orang tua Ibu, atau Kakek dan Nenekku adalah seorang juragan kaya di pulau seberang sana. Hartanya banyak sampai tak terhitung. Tapi ibu memilih tetap bersama Bapak hidup dalam kekurangan tapi bahagia karena tinggal bersama yang dicintai.

Betapa indah kisah cinta Ibu dan Bapak, memang hanya kasih sayang yang terpancar di mata mereka setiap harinya. Tak pernah aku mendengar Ibu mengeluhkan kehidupan yang keras pada Bapak. Ia hanya terus memotivasi kami agar menjadi orang yang baik.

Sebenarnya aku ingin menikah dengan lelaki yang benar-benar aku cintai. Namun memang tak ada satu pun pria yang benar-benar menarik hatiku. Dan lelaki yang dekat denganku hanyalah Mas Juna.

Orang bilang, alah cinta karena biasa. Nanti kalo sudah menikah pasti aku akan dapat mencintai Mas Juna. Setidaknya harapan itu yang membuatku tidak merasa seperti perempuan matre yang menerima Mas Juna hanya karena pertimbangan pekerjaannya yang sudah mapan saja.

Awal menikah, Mas Juna amat manis. Ia benar-benar menunjukan bahwa Ia amat mencintaiku.

"Aku memang suka sama kamu dari sejak SMA Dek, " katanya suatu sore saat kami bersantai berdua.

"Masa sih, Mas? Tapi kok Mas jahat banget sama aku waktu SMA?" tanyaku meminta penjelasan akan sikapnya dahulu.

Ia menggaruk kepalanya tak gatal. Salah tingkah.

"Haha ... Mas jahat ya waktu itu? Mas hanya bingung, Dek, harus gimana nahan perasaan deg-degan tiap liat kamu," ucapnya malu-malu.

Ia makin mengeratkan pelukannya dan mencium pucuk kening kepalaku.

Rasanya nyaman.

Perlahan tapi pasti aku pn mulai jatuh cinta dan menyayangi Mas Juna seiring dengan sikap manisnya setiap hari padaku. Walau kadang dia masih suka mengatur-ngaturku seenaknya.

"Kenapa Mas Juna suka sama aku?" Tanyaku lagi penasaran, apa yang membuatnya menyukai seorang Aruni dari SMA sampai kini.

"Haha ... gatau, Dek. Mas juga gak ngerti kenapa bisa suka sama kamu. Padahal kamu tuh gak cantik. Kecil mungil kayak cacing, tapi kok Mas gak bisa lupa sama kamu. Kepikiran terus!" jawabnya, sambil mentertawakanku. Aku tak terima disebut seperti cacing, kucubit perutnya, dan ia tertawa kegelian.

"Masa aku kayak cacing toh Mas, tega bener ngatain istrinya kayak cacing." Aku masih menyerangnya dengan cubitan-cubitan.

Lalu Ia menahan tanganku untuk menghentikan seranganku. Ia kini memelukku dengan kuncian. "Aruni sayang, kamu itu satu-satunya wanita yang pernah ada di hatiku, cinta pertamaku, kamu itu lucu, gemesin, cantik kalo gak lagi cemberut. Makanya jangan cemberut terus yaaa...." kini Ia mencubit pipiku sampai aku kesakitan dibuatnya.

Kuakui memang Mas Juna suami yang baik. Ia cukup perhatian padaku. Sering mengajakku untuk sekedar berjalan-jalan keluar rumah dan sering membawakan makanan saat pulang kerja.

Ia juga anak yang baik, terbukti betapa ia begitu dekat dan sayang kepada kedua orang tuanya.

Semuanya nyaris sempurna, aku bahagia menjadi istrinya. Sampai akhirnya aku sadar aku telah dicuranginya.

Kasus penggelapan uang itu menjadi pembuka semuanya. Uang bulanan yang hanya secukupnya yang aku terima, uang tabungannya yang mungkin tak pernah ada, dan juga uang 50 juta yang ia ambil dari tempatnya bekerja.

Entah siapa yang menikmati semua uang itu. Aku berharap suatu saat semuanya akan terbuka bagaimanapun caranya.

****

Related chapters

  • Aku Tak Ingin Suamiku Tahu Aku Kaya   4. Terpaksa Bekerja

    Sudah lebih dari sebulan Mas Juna menganggur. Ini akhir bulan, biasanya Mas Juna sudah gajian dan memberikan uang untuk jatah bulananku yang hanya dua juta rupiah untuk semuanya itu.Ah ... mengingat itu aku merasa bodoh sendiri karena menerima begitu saja diberi uang dua juta dan mau saja menomboki dengan tabungan sendiri."Aruni, aku lapar! Tolong bikinkan mie rebus ya!" pintanya, sambil sedikit pun tak memalingkan matanya dari gawai di genggamannya itu.Aku hanya bisa menarik nafas panjang melihat tingkahnya itu. Jam saat ini masih menunjukan pukul 10 pagi. Sedang jam delapan tadi baru saja Mas Juna menghabiskan sarapan nasi gorengnya dan sekarang ia sudah minta makan lagi.Tidak bekerjanya Mas Juna malah membuat pengeluaran membengkak karena sebentar-sebentar ia teriak lapar dan meminta ini dan itu. Belum lagi kuota internetnya yang juga ikut membengkak saja.Uang tabunganku yang tersisa yang awalnya kukira cukup untuk dua bulan kedepan malah hanya cukup satu bulan saja.Kulihat

    Last Updated : 2022-11-26
  • Aku Tak Ingin Suamiku Tahu Aku Kaya   5. Sakit Hati

    Hari ini Minggu pagi, aku mendapat giliran libur bekerja. Dan aku berencana untuk menengok Bapakku dirumah.Setelah mendapatkan izin dari Mas Juna aku pun bergegas pergi. Tentu saja sendirian. Dari semenjak menikah, Mas Juna tak pernah mau jika kuajak menjenguk Bapak. Apalagi dengan kondisinya sekarang yang menanggur, membuat dia bahkan tak mau bertemu siapa pun.Setelah menempuh hampir 20 menit perjalanan aku pun sampai di rumah tua tempat aku dibesar kan. Rumah yang selalu membuatku nyaman dan selalu kurindukan.Kulihat Kak Dini sedang menata dagangannya di roda untuk suaminya berjualan, disebelahnya Mas Andi sedang bersiap untuk berangkat menjajakan dagangannya.Ya suami kak Dini berjualan perabotan rumah tangga, ia berkeliling dari kampung ke kampung dengan sepeda motor yang telah dimodif agar bisa membawa roda berisi dagangannya. Penghasilannya tak menentu memang, tapi tak pernah kulihat mereka kekurangan untuk makan sehari-hari."Assalamualaikum," sapaku sambil langsung memeluk

    Last Updated : 2022-11-26
  • Aku Tak Ingin Suamiku Tahu Aku Kaya   6. Durian Runtuh

    Hari ini aku tak begitu semangat berangkat kerja. Kejadian kemarin masih terasa sakit di hati.Rasanya sia-sia saja aku bekerja, karena bahkan suamiku tak menganggapnya, padahal jelas lebih dari dua bulan ini Ia makan dari hasil jerih payahku.Bukannya aku perhitungan, tapi rasanya sakit ketika Ia bahkan tak membela aku saat jelas-jelas aku di cap miskin, penbawa sial juga mandul oleh keluarganya.Aku memang bukan dari keluarga berada seperti mereka. Tapi aku punya harga diri yang harus dijaga. Rasanya ingin sekali aku melabrak mereka saat itu juga. Sayangnya aku bukan tipe orang yang bisa berkonfrontasi langsung. Tak akan sanggup jika aku harus berteriak atu pun mencak-mencak di hadapan mereka. Terlebih mereka adalah keluarga suamiku yang mau tak mau harus kuhormati.***Saat sedang asyik memasak, tiba-tiba Kak Dini menghubungiku. Ia menyuruhku untuk segera pulang kerumah Bapak. Sekarang juga katanya. Setelah meminta izin pada Andin untuk bekerja setengah hari saja, aku langsung ber

    Last Updated : 2022-12-14
  • Aku Tak Ingin Suamiku Tahu Aku Kaya   7. Tak Ingin Suamiku Tahu

    Seperti kejatuhan durian runtuh, tentu saja itulah kondisi kami saat ini. Baru saja kemarin Kak Dini mengabarkan terkait warisan itu, awalnya kami pikir jumlahnya tak akan seberapa. Tapi ternyata kami salah.Sungguh aku tak percaya atas semua ini. Ternyata benar kata Bapak bahwa ayahnya mama atau kakekku adalah orang yang sangat kaya. Tapi aku tak pernah berani membayangkannya sama sekali.Setelah Om Satyo dan pengacaranya pulang, Bapak mengatakan bahwa uang dan rumah itu sepenuhnya hak kami. Ia tak ingin ikut campur. Bapak hanya ingin menikmati masa tuanya untuk beribadah.Aku dan kak Dini pun sepakat akan segera mendaftarkan bapak berangkat ke tanah suci dan merenovasi rumah. Itulah yang pertama kami sepakati. Selanjutnya kami masih bingung.Dan kini, aku pun bingung, apa yang akan aku katakan pada suamiku tentang warisan yang aku dapatkan ini? Akankah aku jujur padanya? Kira-kira apa responnya saat mengetahui bahwa istrinya kini menjadi miliyarder?.....Karena tak membawa jatah la

    Last Updated : 2022-12-14
  • Aku Tak Ingin Suamiku Tahu Aku Kaya   8. Peluang

    Aku dan Kak Dini sudah sepakat akan adil membagi uang warisan yang kami dapatkan. Kami memutuskan untuk membeli rumah baru untuk Bapak, membiayainya umrah, dan juga membeli sepeda motor baru untuknya.Kami tidak jadi merenovasi rumah dan memilih untuk menjualnya lalu membeli rumah baru di kota untuk Bapak. Htung-hitung sebagai bentuk investasi kami. Juga untuk menghindari menjadi perbincangan warga sekampung tentang kami yang mendadak menjadi kaya. Aku sangat setuju ide ini, karena dengan begitu Mas Juna dan keluarganya pun tidak akan mengetahui bahwa istrinya kini mendadak kaya. Ya, karena kampung kami yang hanya bersebelahan saja, maka biasanya kabar akan sangat cepat menyebar dari satu kampung ke kampung lainnya. Tekadku sudah bulat untuk merahasiakan hal ini dari Mas Juna, Karena aku ingin melihat apakah ia akan berubah kembali menjadi seperti yang dulu lagi meski hanya memberikan sedikit bagian saja untukku, aku tak apa. Yang penting ia telah berusaha dan tak hanya diam ongkang

    Last Updated : 2022-12-14
  • Aku Tak Ingin Suamiku Tahu Aku Kaya   9. Akuisisi Bisnis

    Sepulang dari Rumah Sakit aku tak mungkin langsung pulang ke rumah. Karena yang Mas Juna tahu aku masih bekerja seperti biasa. Aku terus memikirkan tentang bisnis ketering Andin yang akan dijualnya. Sempat terbersit, apa aku saja yang mengambil alih bisnisnya tersebut, apa lagi sedikit banyak aku tahu soal seluk beluk bisnis kateringnya tersebut. Namun, aku masih ragu akan kemampuan diriku sendiri. Bisakah aku menjalankannya, karena berbisnis bukanlah hal main-main. Dan aku tak ingin mepertaruhkan nasib para karyawan katering itu nantinya.Aku teringat, Oom Satyo pernah mengatakan bahwa Ia terbuka jika ingin menghubunginya. Terpikir olehku untuk berkonsultasi dengan beliau karena beliau sudah ahli di dunia bisnis."Ide yang bagus jika kamu mau mengakuisisi katering tersebut, apalagi kamu bilang prospeknya cukup besar, kan? Mereka punya 5 pabrik yang bekerja sama. Itu sudah sangat luar biasa sekali!" ucap Om Satyo antusias saat aku menceritakan tentang ideku."Pesan Oom kamu harus ban

    Last Updated : 2022-12-14
  • Aku Tak Ingin Suamiku Tahu Aku Kaya   10. Ibu-Ibu Kepo

    Setelah mengetahui kebohongan Mas Juna kemarin, Aku memilih untuk tidak berangkat kerja hari ini. Ingin mengetahui adakah gelagat mencurigakan dari Mas Juna yang selama ini aku lewatkan.Berbagai asumsi ada di benakku, pertama ia pergi ke rumah sakit bersama seorang perempuan yang kudengar suaranya di telepon kemarin yang mungkin saja perempuan itu adalah selingkuhannya yang selama ini aku cari.Dan asumsi kedua ia sedang memeriksakan kesehatannya sendiri. Ya ... bagaimana jika selama ini Mas Juna menyembunyikan padaku bahwa dirinya sedang sakit. Bagaimana jika uang-uang yang dia pakai kemarin untuk membiayai pengobatannya sendiri?****"Kamu gak kerja hari ini?" tanya Mas Juna, mungkin Ia merasa aneh jam sembilan pagi ini aku masih di rumah, malah sibuk menyetrika baju."Enggak, aku hari ini libur dulu," jawabku mencoba bertingkah seperti biasa saja."Jangan terlalu sering gak masuk kerja. Nanti gajimu di potong!" ucapnya lagi.Dia belum tahu saja bahwa sekarang aku bisa libur kapan

    Last Updated : 2022-12-15
  • Aku Tak Ingin Suamiku Tahu Aku Kaya   11. Sensitif

    Saat sampai rumah, sayup-sayup kudengar Mas Juna sedang menerima telepon di kamar. Rupanya dia tidak tahu kedatanganku."Sekarang gimana kondisinya?""Mungkin dia hanya kaget aja.""Kamu gimana bisa tidur?""Ya nantilah aku kesana.""Baiklah, sudah dulu ya."Dengan siapa Mas Juna bicara? Kenapa terdengar sangat lembut gaya bicaranya? Rasanya sudah lama sekali aku tak mendengar Mas Juna berbicara selembut itu padaku. Tiba-tiba saja aku merasa ada sedikit yang sakit di hati ini.****Hari ini aku memasak makanan kesukaan Mas Juna. Semur jengkol, ayam goreng, tahu, tempe, sambal, dan lalapan. "Wah ... menu spesial nih!"seru Mas juna antusias saat ku panggil untuk makan, "Jadi laper ....""Makanlah mas, sudah matang juga semua." Ia pun duduk menunggu aku yang mengambilkan nasi untuknya.Kulihat Ia begitu lahap makannya, sampai menambah beberapa kali. Seusai makan, saat sedang mencuci piring aku merasa ada yang memelukku dari belakang. Mas Juna menempelkan kepalanya di kepalaku."Makasih

    Last Updated : 2022-12-15

Latest chapter

  • Aku Tak Ingin Suamiku Tahu Aku Kaya   97. Epilog 2

    Setelah 10 hari dirawat di rumah sakit, akhirnya Dio diperbolehkan pulang. Tapi dengan catatan ia masih harus beristirahat dan tidak boleh banyak beraktivitas.Ayah dan Ibunya Dio telah menunggu kepulangan kami di rumah. Mereka sengaja menunggu Dio benar-benar pulih dulu baru datang ke Indonesia untuk menjenguk anaknya yang pernah hampir kehilangan nyawa itu.Saat pertama bertemu, Ayah dan Ibu seketika menghambur memeluk Dio juga aku diiringi dengan tangisan. Mereka begitu bersyukur karena kami masih diberi keselamatan dan umur yang panjang."Erlang itu memang keterlaluan! Sudah kubilang berkali-kali, membalas dendam hanya akan membuat kehancuran saja. Dan sekarang dia menanggung semuanya, kan?" ujar Ibunya Dio yang juga dengan penuh penyesalan. Ibunya Dio adalah adik dari Om Erlang yang juga merupakan kakak langsung dari Tante Astri. Menurut Ibu, ia juga begitu terluka akan kepergian adiknya. Bahkan Ibu sampai harus mengkonsumsi obat penenang selama satu tahun karena belum bisa mene

  • Aku Tak Ingin Suamiku Tahu Aku Kaya   96. Epilog 1

    "Bagaimana kabar Dio?" tanyaku entah untuk yang ke berapa kalinya pada Fania sepupu Dio yang sedang menemaniku di rumah sakit.Sudah dua hari ini aku dan Dio mendapatkan perawatan setelah kejadian penyanderaan malam itu. Beruntung aku hanya kelelahan dan dehidrasi saja. Juga mendapatkan perawatan atas luka bakar yang diberikan Om Erlang di pahaku. Sedangkan Dio pagi tadi harus menjalani opersi besar karena livernya terluka akibat serangan yang ia terima saat menolongku."Dio masih belum sadar, tapi kata dokter kondisinya sudah stabil sekarang." Kabar dari Fania cukup membuat aku lega, sungguh yang aku takutkan saat ini adalah kehilangan Dio setelah semua yang terjadi pada kami."Tenang, Dio pasti akan baik-baik saja. Operasinya sudah berhasil. Dan Dio pasti akan pulih dengan cepat, Aruni." Sepertinya Fania melihat kegelisahanku. Sambil menggenggam tanganku, wanita yang memang selalu ceria di setiap suasana itu berusaha menenangkanku."Terima kasih, Fania. Terima kasih atas semua dukun

  • Aku Tak Ingin Suamiku Tahu Aku Kaya   95. Mata dibayar Mata

    "Kamu tahu Aruni, sekian tahun aku memikirkan bagaimana cara terbaik untuk membalaskan dendamku ini. Sekian lama aku mencari siapa orang yang disayangi oleh Satyo, hingga akhirnya aku tahu tentangmu. Keponakan Satyo yang baru saja berkembang. Yang dijaga dan selalu diawasi Satyo. Aku mencari tahu tentangmu. Mencari cara bagaimana bisa mendekatimu. Sampai aku harus mendatangi mantan suamimu. Tapi semuanya nihil tidak berhasil!" lanjut Om Erlang lagi dengan menggebu-gebu. "Tapi ternyata takdir baik berpihak padaku. Tiba-tiba saja kudengar kamu menikah dengan Dio, keponakanku sendiri. Kamu seolah datang dan menyerahkan dirimu sendiri ke tanganku Aruni," Om Erlang kini membelai rambutku dengan lembut. Tapi seketika menimbulkan perasaan takut yang amat sangat pada diriku."Terima kasih Aruni! Terima kasih karena kau telah datang sendiri padaku!" ucap Om Erlang lagi dengan amat puas.Saat ini aku hanya bisa menangis. Puluhan rasa menjadi satu. Takut, bingung, sedih, marah kecewa semuanya k

  • Aku Tak Ingin Suamiku Tahu Aku Kaya   94. Rencana Rahasia

    Entah sudah berapa jam aku menunggu di dalam ruangan gelap dan pengap ini. Galang meninggalkanku begitu saja setelah ia mendapat telepon yang entah dari siapa tadi saat matahari masih cukup terang hingga kini sudah gelap gulita.Badanku kini terasa makin lemah aku teringat sejak pagi tadi belum mengkonsumsi apa pun karena memang tak nafsu. Belum lagi aku juga terus berusaha untuk melepaskan ikatan di badanku meski sama sekali tak ada perubahan apa pun.Sungguh rasanya aku hampir putus asa, sepertinya sebentar lagi aku akan menghadapi ajal dengan cara yang mengenaskan begini.Saat sedang meratapi nasib, tiba-tiba terdengar sebuah mobil mendekat. Aku terus berusaha untuk tetap waspada. Entah kali ini apa yang akan terjadi padaku.Tak lama pintu pun terbuka, kulihat Om Erlang yang kupastikan otak dari semua ini datang menghampiri.Dengan begitu tenang, seolah tak terjadi apa pun, lelaki itu tersenyum manis padaku. "Aruni ... bagaimana rasanya berada di sini dengan keadaan terikat begini

  • Aku Tak Ingin Suamiku Tahu Aku Kaya   93. Menyendiri

    Sepulang dari pemakaman aku meminta waktu untuk beristirahat tanpa ingin diganggu siapa pun. Aku bahkan sudah meminta cuti untuk dua hari ke depan dari kantor karena rasanya saat ini aku tak bisa berpikir dengan baik.Dio menatapku penuh khawatir karena aku begitu murung dan lesu."Apa kamu sakit, Aruni? Kamu begitu lesu sejak kita pulang dari pemakaman tadi." Lelaki itu memegang keningku. Membandingkan suhu tubuhku dengannya. "Kamu gak demam, sepertinya kamu hanya kelelahan, Sayang! Kalau begitu istirahat, ya! Jangan terlalu banyak pikiran!" Dio mengusap kepalaku dan mengecupnya lembut. Lalu dengan penuh hati-hati lelaki yang belum setengah tahun menjadi suamiku itu menutupi tubuhku dengan selimut. Memastikan aku beristirahat dengan nyaman di kasur. Tak lama ia pun pamit pergi untuk kembali bekerja dan membiarkanku sendirian seperti yang aku minta sebelumnya.Dio memang baik, tapi bagiku saat ini kebaikannya hanya topeng untuk menutupi sesuatu yang besar yang sudah ia rencanakan yan

  • Aku Tak Ingin Suamiku Tahu Aku Kaya   92. Merasa Bersalah

    "Aruni ..." Suara Galang yang menyebut namaku menggoyahkan pertahananku. Entah mengapa dia bisa terlihat begitu mengintimidasi. Padahal aku tidak mengenalnya sama sekali. Jantungku makin berdebar kencang. Bahkan kurasa kakiku pun melemah saking ketakutannya. Sebisa mungkin aku menguatkan diri untuk menghadapi Galang, anak dari Om Erlang itu. Meski takut, aku ingin tahu apa yang akan dia lakukan kepadaku.Namun, tiba-tiba saja sebuah tangan memegang pundak belakangku, membuatku refleks melihat siapa itu. Ternyata Dio kini sudah ada tepat disampingku. Sebuah rasa lega seketika memenuhi jantungku. Aku sangat bersyukur Dio datang di saat yang tepat."Ayo, kita pulang. Aku sudah pamit pada Om Erlang dan lainnya tadi!" ucap Dio dengan amat tegas sambil menatap tajam Galang yang kini berdiri angkuh di hadapan kami dengan senyuman yang sekan merendahkan.Tanpa mengalihkan pandangannya sedikit pun dari Galang, Dio menarik lenganku dan dengan cepat membawaku pergi meninggalkan lelaki demgan t

  • Aku Tak Ingin Suamiku Tahu Aku Kaya   91. Keluarga Airlangga

    "Halo Aruni, perkenalkan saya Erlangga Putra Airlangga!" Suara bariton Om Erlang cukup membuatku terkesima saat pertama mendengarnya. Postur tubuhnya yang besar dan kekar sangat menampakkan sifat dominannya. Sekali lihat siapapun akan tahu bahwa dia adalah orang yang penuh kuasa.Om Erlang secara khusus menyambut kedatanganku dengan Dio. Ia menyunggingkan senyum yang tampak ramah saat menatapku. Meski jujur saja, senyumnya itu terlihat aneh terlukis di wajah sangarnya."Halo, Om... perkenalkan saya Aruni!" ucapku perlahan setelah Dio memberi isyarat agar aku membalas jabatan tangan dari Om Erlang."Kamu cantik sekali, Aruni!" puji Om Erlang yang masih tampak tersenyum menatapku."Terima kasih, Om!" Aku membalasnya dengan sebuah senyuman. Tapi entah mengapa aku merasa bahwa ucapannya bukanlah sebuah pujian."Maaf, ya, karena kami baru bisa menyambutmu menjadi keluarga sekarang, Aruni! Lagi pula Dio juga nih, menikah tanpa memberitahukan keluarga besar. Padahal kan seharusnya kamu mengu

  • Aku Tak Ingin Suamiku Tahu Aku Kaya   90. Ingkar Janji

    "Sebenarnya acara apa itu, Dio?" tanyaku pada lelaki yang baru saja sampai dari tempat kerjanya saat ia juga ternyata menyampaikan undangan yang sama dari Om Erlang pada kami berdua.Aku benar-benar merasa curiga dengan undangan ini. Bukankah kemarin mereka masih mengibarkan bendera perang padaku, menuntut agar aku untuk meminta maaf atas kesalahan anaknya itu."Undangan biasa, kok, Sayang! Keluargaku kan memang suka mengadakan acara seperti ini. Sekalian katanya mereka ingin kenal denganmu!" terang Dio."Kamu yakin, Dio? Bukannya mereka kemarin masih menyindir-nyindir aku untuk meminta maaf pada Galuh, sekarang malah Galuh sendiri yang datang menemuiku untuk datang ke rumahnya. Seakan tak ada yang terjadi antara aku dan dia.""Mmmh... ya... pada dasarnya memang ini acara yang sering keluargaku adakan. Tapi.. acara besok memang sangat dadakan sekali. Bahkan semuanya baru dikabarkan sore tadi." Kini raut wajah Dio berubah serius. Ia pun mengernyitkan keningnya seakan berpikir keras."S

  • Aku Tak Ingin Suamiku Tahu Aku Kaya   89. Undangan Makan Malam

    "Bagaimana kondisi Arjuna? Apa saja yang kamu bicarakan dengannya tadi, Sayang?" tanya Dio yang kini sedang fokus dibelakang kemudinya. Setelah mendengar apa yang dibicarakan Mas Juna tadi, aku tak banyak bicara. Kepalaku sakit bukan main. Rasanya terlalu banyak yang harus aku pikirkan. Rahasia Dio dan sepupunya Galuh, masalah dengan keluarga Galuh, tekanan dari Ibunya Mas Juna yang masih menyalahkanku atas kondisi anaknya saat ini, lalu kini ditambah lagi tentang apa yang dikatakan Mas Juna tentang Om Satyo dan lelaki bernama Hendro itu. Arghh.. semuanya benar-benar memusingkan.Aku tak segera menjawab pertanyaan Dio, rasanya malas untuk membuka mulut ini dan mengatakan sesuatu. Tiba-tiba saja pikiranku tersentak saat Dio menggenggam tanganku dengan sebelah tangannya, sementara sebelahnya lagi menggenggam setir. "Are you okay, Honey? Dari tadi kamu ngelamun. Mikirin apa, sih?" tanya Dio sambil sesekali menatapku penuh khawatir."I'm okey, Dio! Sorry, aku lagi ga enak badan kayakn

DMCA.com Protection Status