*Flashback on.Semua sudah jelas kini. Bukti yang kumiliki sudah cukup untuk menggugat cerai Mas Juna.Tak memberi Nafkah dan perselingkuhan. Itu yang akan menjadi alasanku untuk menggugatnya.Pada saat di rumah sakit kemarin, setelah selesai operasi aku mendapat pesan dari detektif sewaanku.Sebuah percakapan antara suamiku dan wanita itu.08132xx [Mas, aku kehabisan uang, Geo dan Gia minta susu terus, sedangkan persediaan di rumah sudah habis.]08576xxx [Nanti kutransfer.]08576xxx [Aku sudah mengirimkan uangnya!]08132xxx [Mas, maaf, bisa tolong ke rumah? Aku kelelahan hari ini. Gani seharian rewel, Gio dan Gia pun tak bisa berhenti mengacak-acak rumah.]08576xxx [Baiklah, nanti aku akan mampir sebentar.]08132xxx [Gia panas, dia tak mau makan sama sekali. Tidurnya pun tak nyenyak]08576xxx [Besok kita bawa Gia ke rumah sakit.]08132xxx [Mas, jadi bawa Gia ke rumah sakit? Gia panasnya semakin tinggi. Aku khawatir Mas.]08132xxx [Mas, kapan akan datang? Gia menggigil dan mengigau teru
"Ismi ... dia hanya sebatang kara di sini. Ia pernah berniat bunuh diri, karena tidak kuat menjalani kehidupan setelah suaminya meninggal. Dan aku berjanji akan menjaga dirinya dan anak-anaknya sebagai bentuk tanggung jawabku." lanjut Mas Juna lagi."Aku juga mencoba mencari pekerjaan lagi. Namun memang tak semudah itu. Apalagi aku dipecat secara tak terhormat sebelumnya yang mungkin menyebabkan semakin sulit untukku mendapat pekerjaan.""Makanya aku memilih mengojeg. Semua penghasilanku untuk membiayai Ismi dan anak-anaknya karena Ismi tak mungkin bekerja sedang ia harus menjaga tiga anaknya," terangnya lagi.Sungguh ..., aku tak bisa berkata apa-apa lagi saat mendengar semua yang Mas Juna tuturkan. Rasanya tak percaya akan semua yang dikatakannya. Rasanya tak masuk akal.Lalu aku mencoba mengingat tentang kejadian yang ia maksud, jika benar apa yang dikatakannya, kapan kiranya itu terjadi.Apa sebulan sebelum ia dipecat itu kejadiannya? Ketika kudapati Ia begitu kusut, dan tidur m
POV Arjuna.Pagi itu karena sedikit terlambat, aku menambah kecepatan motor agar dapat sampai tepat waktu ke bank tempatku bekerja. Pekerjaanku sebagai teller tidak menolerir keterlambatan sedikit pun. Aku harus sudah sampai di kantor maksimal 30 menit sebelum jam operasional bank buka untuk mempersiapkan semuanya terlebih dahulu.Kulajukan motorku dengan kencang, membelah jalanan yang entah kenapa sedikit lebih ramai hari itu. Hingga saat aku berada di sebuah persimpangan jalan, tiba-tiba saja aku kehilangan kendali, tak dapat kuhentikan motor ini saat lampu merah menyala. Lalu di simpang jalan kulihat ada sebuah motor lain yang melaju dari arah berlawanan hingga tabarakan pun tak dapat dihindari. Tabrakan itu adalah tabrakan yang biasa aaja sebenarnya, tidak terlalu keras sekali, bahkan aku pun masih bisa menahan diri hingga tak terpental jatuh dari motor. Hanya saja, motor yang menabrakku itu jatuh dan terpental jauh sekali. Bahkan pengemudinya sampai menabrak trotoar dan juga ke
Jujur aku trauma sebenarnya atas semua yang terjadi padaku. Rasanya berat sekali keluar rumah untuk bekerja. Aku takut hal-hal buruk akan terjadi lagi. Aku terlalu takut bertemu orang-orang, seolah mereka akan memaki lalu mengataiku pembunuh dan pencuri.Sungguh kadang aku berpikir, alangkah lebih baiknya jikalau aku di penjara saja kala itu. Karena aku sudah menjadi seorang pembunuh dan pencuri. Tapi sayangnya semua telah terlambat. Bapak pun memutuskan menjual mobil kesayangannya. Aku merasa senang karena tak perlu pusing lagi memikirkannya.Sekarang aku hanya ingin beristirahat menikmati kembali hidup. Toh Aruni masih punya tabungan untuk kami bertahan hidup.Saat uang tabungan menipis Aruni memilih bekerja, agar kami bisa bertahan hidup. Syukurlah, aku memang tak salah pilih istri. Ia istri yang kuat dan hebat. Ia dengan suka rela bekerja membantu kesusahan suaminya.Biarlah suamimu ini menikmati masa-masa terbebas dari beban setelah semua yang terjadi secara bertubi-tubi.Sudah d
Aruni hamil, aku begitu bahagia akan hal itu. Kami sudah menunggu selama 16 bulan. Aruni pun sampai dibilang mandul oleh Ibuku dan kakak-kakakku, sampai-sampai aku sempat terpengaruh berpikir Aruni mandul juga.Tapi kehamilan Aruni mematahkan semuanya.Ia menangis semalaman. Pastinya menangis bahagia. Seperti aku yang sangat berbahagia hingga tak dapat kuungkapkan dengan kata-kata.Aku langsung memberi tahu semua keluarga terkait kehamilan Aruni. Aku ingin mengatakan kepada semua orang bahwa istriku tidak mandul.Ibu pun sama senangnya denganku. Kini Ia akan mendapat seorang cucu dari anak lelaki kesayangannya.Ibu datang dan membawa makanan bergizi untuk Aruni. Ibu pun memasakan kami sarapan, karena Aruni tak bisa memasak pagi itu.Ah ..., semua begitu terasa indah, Aruni hamil dan Ibu jadi begitu sayang terhadap Aruni. Padahal selama ini Ibu selalu memandang rendah Aruni. Ia selalu berpikir jika aku salah memilih istri, karena Aruni pendidikan dan ekonominya tidak selevel denganku.
Setelah memastikan Mas Juna akan segera pergi. Aku segera berlalu meninggalkan calon mantan suamiku itu, dan menuju anakku yang sedang menangis.Kulihat dia disana menggeliat hebat. Menangis dengan kencang, mengeluarkan semua tenaganya.Langsung kususi bayi yang baru berusia beberapa hari itu, dan ia pun seketika berhenti menangis kemudian tertidur."Dia gak mau pake ASI perah Runi." Terang Bi Susi,Ia nampak merasa bersalah, mugkin karena khawatir urusanku belum selsai dengan Mas Juna, dan tangis anakku telah mengganggunya."Iya Bi, gak apa-apa kok, dia mungkin memang ingin sama mamanya." Jawabku menenangkannya, "lagian urusan Runi udah selsai kok!" Lanjutku lagi."Udah selsai? Terus gimana sama suami mu itu? Kenapa dia pergi begitu saja kemarin ketika kamu melahirkan?" Bi Susi nampak sangat penasaran."Dia pergi, mencari uang untuk biaya operasi katanya. Haha... "Kataku entah kenapa tiba-tiba merasa lucu karena mengingat apa yang telah diperbuat padaku."Memang kalian tidak ada bia
"Ngapain kamu disini Aruni?" Tanyanya seketika.Sambil memperhatikan penampilanku yang nampak tak biasa. Karena saat ini aku memakai pakaian formil. Semenjak menjadi owner dan direktur di kateringnya juara, aku memang dituntut untuk lebih memperhatikan penampilan, apalagi jika akan bertemu klien ataupun customer"Aku dengar ada masalah terjadi disini. Jadi aku bersegara datang untuk menyelsaikannya." Jawabku, mencoba profesional."Oh, jadi kau bekerja di katering ini? Tapi aku tidak butuh denganmu Aruni, walaupun aku kaka Iparmu, tapi kau tidak akan bisa membujukku!" Katanya lagi.Nampaknya aku bukan orang yang diharapakannya datang kemari, untuk menyelsaikan masalahnya."Memangnya apa yang terjadi, mungkin aku bisa membantumu, Kak?" Tanyaku, mencoba seramah mungkin."Hah, aku tidak membutuhkanmu Aruni, cepat panggilkan bosmu sekarang juga. Kalian hanya terus membuang-buang waktuku!"Nampaknya, ini tak akan selsai jika aku belum membuka siapa diriku. Padahal aku berharap tak pernah
[Apa yang sudah kau lakukan Aruni?][Kamu sengaja kan menyebarkan video itu agar merusak nama baikku?][Hapus segera video itu Aruniii!!!!]Pesan beruntun masuk ke gawaiku dari Kak Bulan.Aku sama sekali tak mengerti apa yang tengah dibicarakannya.Selepas kejadian kemarin aku langsung pulang dan hanya mengursi bayiku.Tak kupikirkan lagi masalah karyawanku dengan Kak Bulan itu, toh aku tahu, semua hanya gertakan biasa dari Kak Bulan.Lagi pula banyak dari karyawanku mengatakam bahwa sebenarnya yang menabrak terlebih dahulu adalah Kak Bulan.Jika memang Kak Bulan akan melaporkan kasus ini, aku sama sekali tak khawatir. Aku punya banyak saksi.Kutekan tombol telpon agar dapat berbicara langsung dengan Kak Bulan."Aruni, hapus cepat video itu!!!" Teriak Kak Bulan seketika, padahal aku bahkan belum mengucapkan salam."Video apa Kak?""Jangan pura-pura bodoh kamu! Kamu pasti sengaja menyebarkannya, supaya tidak perlu membayar ganti rugi kepadaku kan?" Katanya lagi penuh emosi."Aku tak t