Share

2. Pria Asing

Author: Husna idris
last update Last Updated: 2024-01-17 20:43:20

"Halo sayang!" Sapa Alex pada Rumi. Rumi tersentak kaget, mendengar sapaan Alex padanya, dia menatap Alex tajam. Dia teringat apa yang telah di lakukan Alex padanya.

Rumi spontan mendorong kuat Alex agar menjauh darinya. Hingga Alex terkejut, dan menatap tajam ke arahnya.

"Pergi kamu!" Usir Rumi merasa takut sekaligus jijik pada Alex.

Rumi tidak memperdulikan tatapan bingung yang layangkan Alex padanya. Rumi segera berjalan menjauh dari Alex, namun

baru beberapa langkah, Rumi terhalang oleh Siska yang kini ada di hadapannya, belum juga Siska membuka mulutnya.

"Pergi kamu!" Usir Rumi, sambil mendorong tubuh Siska kuat-kuat, hingga Siska terjatuh, bersamaan dengan makanan yang Siska bawa, hingga tumpah mengenai tubuh Siska.

Rumi menatap Siska, yang sekarang belepotan makanan, dengan tatapan tidak bisa di artikan.

"Sayang, apa yang kamu lakukan! Lihat Siska jadi kotor!" Ucap Alex, sambil menolong Siska untuk bangun.

Namun Rumi tidak perduli dengan apa yang di katakan dan di lakukan Alex, dia malah berjalan meninggalkan Alex dan Siska begitu saja. Rumi dengan jantung yang berdetak tidak karuan segera masuk ke dalam lift, yang kebetulan terbuka.

Begitu masuk ke dalam lift, Rumi terduduk lesu, kemudian dia mulai menangis meluapkan perasaan yang sedang dia rasakan saat ini, Rumi menangis terisak-isak, karena begitu sedih dengan nasibnya, sampai tidak sadar jika di dalam lift itu, dia ternyata tidak sendirian.

"Kamu baik-baik, saja?" Tanya seorang pria.

Rumi mengangkat wajahnya, menatap ke arah pria itu.

"Katakan padaku? Jam, hari dan tanggal berapa sekarang?" Tanya Rumi pada pria itu.

Rumi melihat pria itu, tidak langsung menjawabnya, dia menatap bingung ke arah Rumi, sebentar.

"Jam 10 pagi, hari Senin, tanggal 9 Agustus 2020," jawab pria itu kemudian.

Rumi terpaku mendengar jawaban pria itu, bagaimana dia bisa ada di sini, batin Rumi.

"Bangunlah!" Ucap pria itu.

Rumi menatap pria itu sekali lagi, lalu menurutinya. Hingga mereka kini berdiri saling berhadap-hadapan, sampai pintu lift terbuka, mengejutkan keduanya.

Rumi yang terburu-buru ingin keluar dari lift, melangkah tanpa hati-hati, hingga kakinya tersandung kakinya yang lain, hingga akhirnya tubuhnya oleng.

"Aaaa!" Teriak Rumi, dengan tangan mencoba menggapai baju yang di pakai oleh pria yang ada di dekatnya, menyebabkan keduanya terjatuh saling menindih.

"Auw!" Keluh pria itu pelan, sambil melihat tangannya yang terluka, karena tertimpa tubuh Rumi.

Rumi menatap pria itu meringis kesakitan, Rumi pun segera melihat tangan pria itu, dengan penuh rasa bersalah.

"Maaf!" Ucap Rumi, sedih.

"Antar aku ke dokter! Sepertinya tanganku patah!" Bentak pria itu, sambil menahan rasa sakit.

Rumi tanpa buang waktu, langsung mengantar pria itu ke dokter, bahkan Rumi mengantar pria itu, sampai ke apartemennya, setelah dari dokter.

"Aku harus pulang!" Ucap Rumi.

"Tidak bisa! Kamu harus tetap di sini, merawat aku sampai sembuh! Lihat tanganku, aku sekarang tidak bisa melakukan apapun!" Omel pria itu.

"Tapi ini sudah sore, aku harus pulang!" Ucap Rumi.

"Menginap saja di sini!" Jawab Pria itu.

Rumi menatap tajam pria itu, bagaimana mungkin dia bisa tinggal begitu saja di apartemen dengan seorang pria yang baru dia kenal, batin Rumi.

"Tidak bisa! Aku harus pulang!"

"Jika begitu, aku akan memanggil polisi untuk menangkap kamu!"

Rumi menatap tajam, pria itu lagi. Siapa pria ini? Kenapa tatapannya begitu dingin, dan wajahnya terlihat sangat kaku, suaranya pun sangat tegas, cukup menakutkan.

"Jangan coba berani pergi, sebelum kamu bertanggung jawab! Aku bisa pastikan, jika itu kamu lakukan, hidup kamu tidak akan pernah tenang!" Ancam pria itu.

Rumi merasa, pria ini berbahaya, lebih baik dia menurut saja, paling juga hanya beberapa hari. Aku akan menenangkan diri di sini, sambil merawat pria ini, Pikir Rumi.

Rumi tanpa membantah lagi, memilih untuk merawat pria itu, pada hari itu.

Malam harinya Rumi baru diam-diam pulang, dia merasa tidak aman juga berdua saja dengan seorang pria di dalam sebuah apartemen, walaupun sekarang dia itu sedang terluka.

Rumi perlahan membuka pintu rumahnya, dia berharap tidak bertemu siapapun di dalam. Namun apa yang harapkan, tidak terjadi. Rumi melihat Alex dan Siska sedang bicara.

"Kakak! Akhirnya datang juga!" Sambut Siska dengan ramahnya.

Rumi membiarkan dirinya di peluk oleh Siska. Kemudian mata Rumi mengarah pada Alex yang juga berdiri menyambut kedatangan dengan senyum lebar.

"Kamu buat aku khawatir sayang, di rapat pun kamu tidak hadir tadi, ada apa?" Tanya Alex dengan ekspresi dan nada penuh rasa khawatir.

"Ke rumah teman,"

"Teman?" Tanya Alex dan Siska bersamaan.

"Iya teman, kalian pikir aku tidak punya teman," ucap Rumi, merasa tersentil, karena memang dia selama hidupnya tidak mempunyai teman, dia sibuk dengan hidupnya sendiri.

Siska tersenyum mendengar itu "aku senang ternyata kakak punya teman, tapi kalau main jangan lupa waktu, kasihan ka Alex menunggu dari tadi," ucap Siska.

"Maaf," ucap Rumi pada Alex, karena tidak mau berlama berada di antara Alex dan Siska, Rumi berjalan cepat menuju kamarnya.

"Maaf aku lelah, aku mau istirahat!" Pamit Rumi.

Sikap Rumi tentu terlihat aneh di mata Alex dan Siska, mereka mengerutkan kening, berpikir tentang penyebab Rumi bertingkah aneh.

"Aku merasa kakak mu Rumi bersikap aneh, semenjak di kantor tadi pagi!"

"Mungkin dia sedang banyak pikiran! Nanti juga di cerita padaku, kamu jangan khawatir!" Jawab Siska.

Rumi begitu masuk ke dalam kamar langsung mengunci rapat-rapat pintu kamarnya, dia tidak mau sampai Alex atau Siska masuk ke dalam kamarnya, di saat dia tidur.

Rumi segera naik ke atas tempat tidur, dia menatap sebuah kalender duduk, di meja kecil di sebelah tempat tidurnya. Kalender itu menunjukkan tahun 2020. Apa yang di katakan pria itu ternyata benar.

Rumi melihat ada sebuah tanggal yang dia beri tanda hati, 12 Agustus 2020. Rumi mencoba mengingat apa yang terjadi di tanggal ini, Rumi menepuk dahinya sendiri melupakan hari pernikahannya dengan Alex

"Berarti tiga hari lagi, aku akan menikah dengan Alex," ucap Rumi.

"Tidak! Aku tidak akan pernah mau menikah dengan pria bejat seperti nya! Tapi bagaimana aku membatalkannya?" Dahi Rumi berkerut memikirkan hal ini.

Merasa kepala pusing, Rumi memutuskan untuk tidur saja, dan memikirkan tentang hal ini esok hari.

Keesokan harinya, Rumi bangun pagi seperti biasanya dia bersiap akan pergi ke kantor. Rumi menuruni tangga satu persatu dengan langkah perlahan, memandang rumah besarnya yang terasa amat kosong, baru saja Rumi sampai di ujung tangga, Rumi melihat Siska berjalan ke arahnya dengan cepat.

"Kakak mau kemana?" Tanya Siska.

"Ke kantor!" Jawab Rumi dengan rasa enggan.

Siska tersenyum mendengar ucapan Rumi, dia menggandeng tangan Rumi dengan cepat lalu berkata "Kakak pasti lupa! Hari ini kita akan pergi ke butik, untuk mencoba gaun pengantin kakak!" Ucap Siska.

"Benarkah?" Tanya Rumi pura-pura lupa.

"Kakak terlalu sibuk di kantor! Segala nya kakak lupa, untung ada aku yang selalu mengingatkan!" Ucap Siska sambil tersenyum lalu memeluk Rumi erat.

Rumi memilih diam, menanggapi sikap Siska, mulut Siska memang manis, sampai waktu itu Rumi tidak pernah menyangka jika ternyata Siska mempunyai hati yang busuk.

Related chapters

  • Aku Rela Menukar Pecundang dengan CEO   3. Membeli Gaun pengantin

    Rumi melirik Siska yang sedang menyantap sarapannya, wajah Siska terlihat bahagia, tidak terlihat jika dia tidak menyukai pernikahan ini, atau terlihat sedih jika Alex menikahinya."Pandai sekali dia menyimpan perasaan nya!" Batin Rumi, melirik sinis ke arah Siska.Belum juga sarapan mereka habis. Bel pintu berbunyi, Rumi pura-pura tidak mendengar karena dia tahu yang datang itu pasti Alex yang akan mengantar mereka pergi ke butik. Rumi ingat ketika itu, dalam posisi yang sama, dia begitu mendengar bunyi bel langsung berdiri dan menyambut Alex dengan gembira."Kakak! Itu ka Alex!" Seru Siska memberitahunya."Iya," jawab Rumi, sambil sedikit senyum, lalu menoleh ke arah Alex yang sudah berdiri di depan pintu, namun kemudian meneruskan sarapannya.Siska melihat ke arahnya, lalu berkata "Kaka tidak menyambutnya?"Rumi hanya tersenyum sinis menanggapi ucapan Siska, "jangan harap mereka akan melihat aku memeluk dan mencium tangan Alex lagi mulai sekarang," batin Rumi."Halo, sayang!" Ucap

    Last Updated : 2024-01-18
  • Aku Rela Menukar Pecundang dengan CEO   4. Bertemu lagi

    Rumi menatap ke arah Alex, menggeleng pelan, mengatakan jika dia pun tidak tahu apa yang sedang terjadi."tidak ada!" ucap Rumi, "Tidak ada, apa maksud kamu? Siapa pria ini?" Tanya Alex lagi dengan lebih tinggi dari sebelumnya, selain ekspresi marah yang di tunjukkan Alex, Rumi pun melihat ada ekspresi bingung di sana."Tidak tahu!" Jawab Rumi jujur, karena dia memang tidak tahu siapa pria yang sedang menarik tangannya. "Kamu!" Bentak Alex marah. Merasa Rumi sedang mempermainkannya."Lepaskan dia, bodoh! Dia calon istriku!" Ucap Alex pada pria itu, sambil menarik tangan Rumi yang berada dalam genggaman pria itu.Namun pria itu, ternyata menggenggam Rumi dengan kuat, hingga tidak mudah Alex lepaskan. Alex menatap pria itu dengan wajah penuh amarah, pria ini ternyata tidak main-main, batin Alex, mengetahui begitu kuatnya pria itu menggenggam tangan Rumi.Namun pria itu malah tersenyum sinis "Sudah ku bilang batalkan pernikahan kalian! Sekarang dia calon istriku!" Ulang pria itu lagi.

    Last Updated : 2024-01-18
  • Aku Rela Menukar Pecundang dengan CEO   5. Batal Menikah

    Rumi menatap pria itu sekali lagi, dengan tatapan minta tolong. Bahkan sampai meneteskan air matanya. Rumi terkejut saat Alex memanggil namanya, dia menatap ke arah pria itu lagi."Rumi!" teriak Alex lagi.Rumi menoleh ke arah Alex yang sedang berjalan mendekat, Rumi mengeratkan pegangan tangannya pada pria itu, melihat pria itu hanya diam, Rumi segera bersembunyi di belakang punggung pria itu, dia benar-benar tidak mau melihat Alex lagi."Kamu!" Ucap Alex, saat mengenal siapa pria yang berdiri di depannya. Pria itu tersenyum pada Alex "Akhirnya kita bertemu lagi! Seperti kataku, saat kita bertemu lagi, aku pasti akan membawanya pergi!" Ucap pria itu.Alex, langsung menggeram marah, mendengar itu. Dia langsung mendekati pria itu, lalu menarik kerah baju pria itu dengan kuat."Coba saja jika bisa!" Tantang Alex.Rumi memberanikan diri memperlihatkan wajahnya dari balik punggung pria itu, membuat Alex menatap ke arah nya dengan tajam. Bagaimana mungkin Rumi bisa lari dari pernikahan dan

    Last Updated : 2024-01-18
  • Aku Rela Menukar Pecundang dengan CEO   6. Semalam bersama Pria Arogan

    Rumi tidak percaya sekarang dia berada dalam sebuah rumah yang sangat besar, dan juga mewah, walaupun rumah miliknya juga besar tapi tidak sebanding dengan rumah ini.Rumi menatap ke arah Biantoro yang sekarang sedang duduk santai sambil memainkan handphonenya. Dia terlihat sangat santai sekali, padahal masalah yang di hadapi mereka tidak kecil walau di bilang tidak terlalu besar juga, sekarang ini mereka sedang di kurung dalam sebuah kamar hanya berdua, hanya karena ini malam adalah malam pengantin mereka, walaupun sebenarnya bukan seperti itu."Hmmm!" Rumi berusaha menarik perhatian Biantoro, Rumi ingin mengganti pakaian, karena rasanya dia sudah tidak nyaman terus dalam balutan kebaya pengantin, dia ingin mandi namun ingat dia tidak membawa baju."Apa?" Tanya Biantoro tanpa menoleh ke arah Rumi, di masih fokus pada handphonenya."Aku mau mandi, apa kamu punya pakaian yang bisa aku pakai?" Tanya Rumi."Ambil saja dari lemariku, pilih sendiri, pakaian wanita aku tidak punya." Jawab

    Last Updated : 2024-01-30
  • Aku Rela Menukar Pecundang dengan CEO   7. Kepergok nenek

    Biantoro langsung mengangkat Rumi, lalu membaringkan Rumi di atas tempat tidurnya, dan menutup tubuh Rumi rapat-rapat dengan selimut nya, tapi Rumi terlihat masih menggigil kedinginan juga.Biantoro akhirnya menghubungi pelayan untuk membawakan dirinya minuman hangat, untuk Rumi dan juga sarapan pagi ke kamar. Biantoro mengusap tangan Rumi dengan telapak tangannya biar Rumi merasa hangat.Bibir Rumi terlihat sangat pucat, mungkin ini karena dia kedinginan sepanjang malam, batin Biantoro. Biantoro jadi merasa sedikit bersalah melihat Rumi seperti sekarang, namun rasa itu segera dia tepis, ketika suara pintu kamarnya di ketuk dari luar."Masuk!" "Ini sarapan dan minuman hangatnya," ucap pelayan sambil melihat ke arah Rumi yang masih tertidur dengan bibir pucat."Pasti dia tidak tidur semalaman, habis di gempur oleh Tuan muda," batin pelayan itu, tersenyum dalam hati, ingat saat dia dulu menjadi pengantin baru. Diapun sampai sakit esok harinya."Pergilah!" Ucap Biantoro pada pelayannya,

    Last Updated : 2024-01-31
  • Aku Rela Menukar Pecundang dengan CEO   8. Di paksa Menikah.

    Rumi menatap Biantoro, ada sesuatu yang ingin dia tanyakan. Namun entah mengapa rasanya sulit sekali membuka mulutnya, melihat wajah Biantoro yang dingin."Dengar. Seminggu lagi, kita akan mengadakan pesta pernikahan, nenek yang akan mempersiapkannya.""Bagaimana kita mengadakan pesta pernikahan, menikah saja belum." Protes Rumi."Kita ke KUA besok, kita menikah di sana secara diam-diam." Jawab Biantoro."Apa aku bisa menolak?" Tanya Rumi pelan.Biantoro mengangkat wajahnya, lalu menatap Rumi dengan dingin dan tatapan yang menusuk."Dengar kamu yang minta agar aku membawamu. Sekarang kamu harus menjalani konsekuensinya ikut dengan ku, dengan menikah denganku!" Ucap Biantoro dengan tegas."Ta_tapi!" "Tidak ada tapi-tapian. Lagi pula kita menikah hanya akan menikah kontrak saja!" Lanjut Biantoro."Menikah kontrak?""Iya, kita akan menikah hanya dalam jangka setahun saja, aku hanya ingin membuat nenek bahagia, dia sedang sakit!" Rumi terdiam mendengar itu, apa tidak masalah jika dia

    Last Updated : 2024-01-31
  • Aku Rela Menukar Pecundang dengan CEO   9. Kontrak Pernikahan

    "Kita, akan kehilangan warisan ayah, jika kakak belum menikah juga, saat itu," lanjut Siska.Rumi terdiam, lalu dia tersenyum dalam hati, sepertinya dia tidak perlu khawatir tentang hal itu, toh sekarang dia sudah menikah. Jadi dia tidak akan kehilangan warisan.Rumi berlagak tidak memperdulikan ucapan Siska barusan, dengan mengambil sesuatu yang dia perlukan dari dalam laci mejanya yang terkunci, setelah itu Rumi keluar lagi dari sana, meninggalkan Siska."Kakak mau kemana? Aku harus apa sekarang?" Teriak Siska, dengan wajah bingung."Tinggal saja di rumah itu, toh uang saku kamu tetap utuh selamanya," jawab Rumi."Tapi kakak, aku takut sendirian di rumah itu." melas Siska. Tingkah Siska ini benar-benar membuat Rumi muak."Minta saja Alex menemanimu, bukankah kamu suka padanya." Sarkas Rumi. Siska seketika mematung mendengar itu."Apa maksud kakak! Aku menyukai ka Alex karena dia baik, kakak jangan salah paham!" Protes Siska."Rumi!" Suara Alex terdengar jelas di telinga Rumi. Satu p

    Last Updated : 2024-02-01
  • Aku Rela Menukar Pecundang dengan CEO   10. Menyebar undangan

    Hari ini Rumi berniat memberikan undangan pada Siska, undangan pesta pernikahan nya dengan Biantoro. Biantoro mengantarnya Samapi rumah, namun dia tidak ikut masuk, karena dia harus segera pergi ke kantor untuk rapat.Biantoro kesal, karena neneknya menyuruhnya untuk mengosongkan waktu sekitar seminggu setelah pernikahan, karena dia sudah memesan tempat untuk nya dan Rumi berbulan madu katanya. Rencana neneknya itu, berimbas pada Biantoro yang harus sibuk, dengan menyelesaikan pekerjaan yang sudah dia jadwalkan minggu depan, di kerjakan Minggu ini juga.Rumi yang kini berdiri di depan pintu rumahnya, menatap rumah tersebut untuk beberapa saat. Rumah yang selalu menjadi tempat dia kembali dari manapun dia berada, rumah yang banyak mengandung kenangan manis yang sekarang telah hilang berganti kenangan buruk yang di sebabkan oleh perbuatan Siska dan Alex. Rumah ini merupakan peninggalan ayahnya, yang ingin dia rawat selamanya, namun sekarang sepertinya keinginan itu sirna, karena bayang

    Last Updated : 2024-02-02

Latest chapter

  • Aku Rela Menukar Pecundang dengan CEO   bab 67

    "Cium lah aku," bisik Rumi sekali lagi pada Biantoro, membuat Biantoro terpaku di tempatnya. Dia menatap tak percaya pada Rumi, apa dia harus mencium Rumi sekarang. Ha, ha, ha Suara tawa Alex menggelegar seketika. "Kamu benar-benar tidak mengenal Tuan Biantoro ini, Rumi. Dia tidak akan bisa melakukan itu, dia itu memang hebat dalam bisnis, tapi dalam masalah wanita dia nol. Dia tidak akan pernah berminat melakukan itu," cerocos Alex. "Berdekatan dengan wanita saja dia pasti gemetar," ledek Alex Rumi menatap tajam Biantoro, benarkah seperti itu. Rumi mengerutkan keningnya, merasa tidak percaya, selama tinggal bersama Biantoro terlihat biasa padanya, bahkan dia tidak canggung memerankan suami dan istri yang mesra di hadapan orang. "Apa kamu mau seumur hidup tidak pernah merasakan sentuhan-sentuhan yang menggairahkan dari seorang pria," ucap Alex lagi, Alex seperti ingin membuat Rumi berpikir seribu kali menjadikan Biantoro kembali sebagai penolongnya. Biantoro hanya diam menatap R

  • Aku Rela Menukar Pecundang dengan CEO   bab 66

    Biantoro menatap tajam Rumi, yang tersenyum padanya. Dia mengutuk senyum Rumi yang ditunjukkan padanya. "Kenapa juga Rumi harus tersenyum padanya, apa dia ingin meledeknya menunjukkan jika dia bahagia," "Aku pergi sekarang!" ucap Biantoro marah. "Tidak! Apa kamu ingin menunjukkan pada Rumi, jika kamu sedih dengan pernikahan ini!" seru Anggi cepat. Biantoro terdiam sesaat, kemudian melihat ke arah Rumi yang masih melihat ke arahnya dengan pandangan yang berbeda. Biantoro merasa pandangan Rumi padanya saat ini, terasa tidak asing, Rumi pernah menatapnya dengan pandangan seperti ini. "Sepertinya di altar sudah banyak yang menunggu kita," bisik Alex pada Rumi, mengalihkan pandangan Rumi dari Biantoro, hingga akhirnya mereka sampai di altar pernikahan menghadap seseorang yang akan menikahkan mereka. Rumi menjadi ragu, apakah dia bisa menghindari pernikahan ini dan mempermalukan Alex. Alex melihat kegelisahan Rumi, dia merasa ada yang tidak beres dengan Rumi. "Aku harap, kamu ja

  • Aku Rela Menukar Pecundang dengan CEO   bab 65.

    Rumi menghentikan tangisnya dan segera menghapus air matanya, apa yang baru saja dia dengar dari mulut Biantoro membuatnya sungguh terhenyak dan bersyukur. Walaupun sebenarnya dia pun sudah memeriksakan diri ke dokter, dan memang Alex berbohong padanya. Alex memang pecundang, Rumi bertekad akan membuat Alex menerima balasannya. Alex di kehidupan yang dulu dengan tega membunuhnya dan di kehidupan sekarang Alex menipunya, Alex harus benar-benar di beri pelajaran. Rumi mengendarai mobilnya untuk segera menemui Alex yang sekarang sudah berada di sebuah tempat, dimana mereka berjanji akan bertemu tadi. "Kamu sangat cantik dengan gaun pengantin ini," puji Alex begitu melihat Rumi keluar sambil mengenakan baju pengantin nya. Rumi tersenyum malu mendengar hal itu, Alex sekarang memang sedikit berubah dia agak lebih lembut dari sebelumnya. Alex sekarang lebih perhatian, bahkan sedikit menurut. Namun sayang hal itu sudah tidak bisa menyentuh hati Rumi lagi. Rumi menatap Alex yang juga

  • Aku Rela Menukar Pecundang dengan CEO   Bab 64

    Anggi termenung di dalam mobil, sudah tiga hari ini dia tidak bertemu Biantoro, rasa rindu mulai menyerang padahal sudah bertekad ingin menyerah, Anggi turun dari mobilnya dia meminta Ridwan untuk membawa Biantoro bersamanya agar mereka bisa bertemu. Anggi tersenyum lalu saat bertemu Biantoro, dia langsung duduk di samping Biantoro dan merapatkan diri, dia tidak bisa menyembunyikan rasa rindunya. Sedangkan Biantoro terlihat acuh tak acuh dengan tingkah Anggi padanya, Biantoro tidak mau repot menghindar atau pun melayani tingkah Anggi, dia hanya berpegang teguh pada janji Anggi bahwa tidak akan terjadi apapun pada mereka. "Aku rindu padamu," bisik Anggi, Anggi ingin merubah strategi dalam mendekati Biantoro, ingin akan lebih agresif kali ini. "Apa kita bisa pergi sekarang?" Biantoro bangkit dari duduknya. "Tentu saja!" jawab Anggi sambil menggandeng tangan Biantoro. Biantoro segera melepaskan tangan Anggi dan berjalan mendahuluinya. Namun baru beberapa langkah Biantoro menghe

  • Aku Rela Menukar Pecundang dengan CEO   bab 63

    "Katakan padaku ada hubungan apa diantara kita?" tanya Rumi lagi dengan paksa. Biantoro mengalihkan pandangan nya dari Rumi, dia sendiri blum yakin dengan perasaannya pada Rumi, dia hanya merasa tidak ingin Rumi dimiliki oleh orang lain, karena Biantoro tidak akan pernah mengijinkan apapun yang pernah menjadi miliknya dimiliki orang lain, Biantoro lebih suka jika merusak barangnya jika itu terjadi. "Turun!" ucap Biantoro. Rumi menatap Biantoro tajam, dia sudah tidak sanggup melayani tingkah Biantoro yang begitu sewenang-wenang padanya, Biantoro seenaknya memaksa dirinya bekerja dengannya padahal saat itu dia sedang dalam masalah dan ingin menenangkan diri. Dan beberapa hari ini, Biantoro seenaknya selalu memaksanya naik ke dalam mobilnya lalu seenaknya nya juga menyuruhnya turun. "Tidak mau!" teriak Rumi dengan keras, sudah saatnya dia melawan Biantoro. Ancaman Alex saja sudah membuatnya stress, ditambah harus melayani tingkah Biantoro yang aneh dan menyebalkan, tidak ini haru

  • Aku Rela Menukar Pecundang dengan CEO   Bab 62.

    "Jika dia yang kamu maksud, lebih baik menyerah," ucap Rumi pelan pada Anggi. "Benarkah?" tanya Anggi dengan kecewa. Rumi mengangguk pelan, menjawab pertanyaan Anggi. "Dia sepertinya tidak akan pernah jatuh cinta pada wanita manapun," ucap Rumi lagi. Biantoro merasa sudah tidak nyaman lagi mendengar pembicaraan antara Rumi dan Anggi, segera bangkit dari duduknya. "Ikut aku!" ajak Biantoro menarik tangan Rumi dengan kuat dan menyeretnya keluar dari tempat itu. Meninggalkan Anggi dan Ridwan dalam kebingungan. "Masuk!" ucap Biantoro begitu membuka pintu mobilnya. Rumi menatap Biantoro sesaat lalu dengan wajah cemberut masuk ke dalam mobil Biantoro. "Turun!" ucap Biantoro begitu mobilnya berhenti, Rumi menatap penuh pertanyaan bukankah ini rumahnya. "Mobilku?" tanya Rumi. Biantoro terdiam sesaat, entah mengapa tadi dia menarik Rumi menjauh dari Anggi, ketika sayup-sayup mendengar cerita diantara kedua nya tentang dirinya, dia tidak ingin Rumi salah paham tentang hubungan ny

  • Aku Rela Menukar Pecundang dengan CEO   Bab 61.

    Bugh Sebuah pukulan mengenai mulut Alex begitu dia menutup mulutnya, membuat Alex mengerang kesakitan. "Brengsek!" maki Alex saat tahu Biantoro yang melakukan nya. Biantoro menatap Alex dengan garang, berani sekali Alex menyebarkan kebohongan seperti itu, mana mungkin Rumi menikah dengannya. Biantoro benar-benar tidak percaya itu. "Kamu yang brengsek! Mulut mu itu memang harus diberi pelajaran!" geram Biantoro. Pertikaian antara Alex dan Biantoro seketika mengalihkan semua perhatian orang yang ada di sana, mereka yang tahu siapa Alex dan Biantoro seketika terdiam tidak berani ikut campur. "Tidak akan pernah ku biarkan Rumi menikah denganmu!" Alex tertawa kecil merespon ucapan Biantoro. "Rumi sudah sepenuhnya milikku," bisik Alex pelan di depan wajah Biantoro, Biantoro pun segera mendorong kuat tubuh Alex memahami arti perkataan Alex barusan. Biantoro menatap Alex tajam, Biantoro pun segera pergi dari tempat itu, dia harus menemui Rumi untuk memastikan kebenaran nya, dia

  • Aku Rela Menukar Pecundang dengan CEO   Bab 60.

    Tahu siapa yang di tabrak olehnya, Rumi segera memeluknya, membuat wajah orang g yang dipeluknya memerah. "Bawa aku pergi dari rumah ini," bisik Rumi. Mendengar itu, tanpa banyak bicara lagi, Biantoro segera membopong Rumi di pundaknya, membuat Rumi terkejut. Memangnya dia meminta Bianto membopongnya seperti ini, dia bukan beras. "Turunkan aku!" tariak Rumi. "Kita belum sampai, mobilku di ujung sana!" jawab Biantoro. Rumi mengerutkan keningnya, kenapa Biantoro memarkirkan mobilnya agak jauh dari rumahnya. "Turunkan aku!" ucap Rumi, menyadari dia masih berada di atas pundak Biantoro. "Belum sampai!" balas Biantoro. "Iya, tapi tidak harus seperti ini juga," protes Rumi. "Kamu yang meminta aku membawamu bukan?" tanya Biantoro sambil tersenyum. "Ini menculik bukan membawa," protes Rumi lagi dengan kesal. "Biar cepat!" jawab Biantoro asal. Rumi mendengus kesal saat Biantoro menurunkan dirinya di depan pintu mobilnya, dengan seenaknya Biantoro mendorong masuk Rumi ke dala

  • Aku Rela Menukar Pecundang dengan CEO   bab 59.

    Kembalinya Alex ke kota ini membuat Rumi gelisah, semalaman dia tidak bisa memejamkan matanya sekalipun, hingga pagi ini Rumi merasa enggan untuk pergi ke kantor. Rumi menatap taman kecil milik nya yang ada di belakang rumah. Sambil menyeruput teh hangat Rumi menikmati harum bungan yang sedang bermekaran di depan matanya. Handphone pun sengaja tidak dia hidupkan, Rumi benar-benar tidak ingin di ganggu hari ini. Rumi harus berpikir tenang untuk bisa menghadapi Alex, entah apa yang di inginkan Alex darinya, uang? Rasanya bukan itu, karena Alex saat ini sudah mempunyai pekerjaan dengan penghasilan yang tinggi. Rumi yang ingin menyendiri orang lain yang pusing dan ketar ketir, bagaimana tidak pusing dan ketar ketir, Rumi seperti tiba-tiba menghilang seharian ini, handphone nya mati, didatangi rumahnya tidak ada yang menjawab, semua yang mengenal Rumi sudah Biantoro hubungi, namun tidak ada satu orang pun yang tahu dimana keberadaan Rumi. "Sial! Dimana dia?" omel Biantoro dengan mara

DMCA.com Protection Status