Bab 9

Mimpi masa kecilku akhirnya terwujud.

Mengenakan gaun pengantin yang kubuat sendiri, dan aku menikah dengan pria yang paling kucintai.

Saat kami berdua mengucap sumpah untuk setia seumur hidup, tak pernah meninggalkan satu sama lain.

Tiba-tiba, Samuel menerobos masuk.

"Aku nggak setuju!"

Om Jaya bereaksi paling cepat, langsung memerintahkan pengawal untuk menahannya.

"Cepat bawa dia pergi! Jangan bikin malu di sini!"

"Samuel! Kalau kau terus mengacau, angkat kakimu dari Keluarga Gusmawan!"

Dulu, setiap kali Om Jaya mengatakan itu, Samuel pasti langsung diam.

Tapi kali ini, dengan wajah memerah, dia malah membantah,

"Pergi ya pergi! Tapi yang bisa jadi suami Mitha hanyalah aku!"

"Mitha! Dengarkan aku! Di kehidupan sebelumnya, aku yang menikah denganmu!"

"Kita telah hidup bersama selama puluhan tahun, itulah kehidupan kita yang sebenarnya!"

Jika aku masih seperti dulu, mungkin aku akan langsung mempercayainya… lalu menikah dengannya.

Tapi aku telah terlahir kembali.

Rasa sakit selama puluhan tahun itu, aku tahu jauh lebih baik darinya.

Aku tak mengerti, mengapa di kehidupan ini Samuel tiba-tiba begitu terobsesi menikah denganku.

Tapi semua itu tak lagi penting.

Aku menatapnya dengan dingin, membiarkan para pengawal menahannya di lantai.

Di hadapannya, aku dan Jeffrey bertukar cincin, mengikrarkan janji seumur hidup.

Sementara itu, Samuel yang terus meronta akhirnya membuat lukanya kembali terbuka hingga akhirnya pingsan.

Saat aku dan Jeffrey kembali dari bulan madu,

Sebuah kabar mengejutkan menungguku.

Samuel telah meninggalkan Keluarga Gusmawan dan mendirikan perusahaan sendiri.

Katanya, dia akan mengalahkan Jeffrey dan merebutku kembali.

Mendengar itu, aku hampir tertawa sampai tak bisa berdiri tegak.

Samuel hanyalah tuan muda yang manja, tak punya bakat bisnis sedikit pun.

Di kehidupan sebelumnya, kalau bukan aku yang membantunya mengelola perusahaan, Keluarga Gusmawan mungkin sudah bangkrut sejak lama.

Tapi dia malah merasa hebat, menganggap semua itu adalah jasanya sendiri.

Kini, tanpa dukungan Keluarga Gusmawan, dia hanyalah harimau kertas.

Tak sampai setengah bulan, perusahaan yang baru ia dirikan langsung bangkrut.

Sejak saat itu, Samuel lenyap dari peredaran di Koppenasta.

Sementara itu, Jeffrey membawa bisnisnya kembali ke dalam negeri, dan tak butuh waktu lama, ia pun menduduki posisi orang terkaya di Koppenasta.

Setelah perayaan berakhir,

Ia mabuk dan bergumam di telingaku, suaranya serak dan lembut.

“Mitha, sebenarnya… kita sudah pernah bertemu sejak lama.”

Aku sedikit terkejut, menunggu kelanjutannya.

“Saat itu, aku baru saja mengikuti kakak ke Keluarga Gusmawan. Banyak anak kecil yang mengejekku, memanggilku anak liar tanpa orang tua.”

“Hanya ada satu gadis kecil yang berdiri di depanku, membela dan mengusir mereka.”

“Dia membagi satu-satunya permen lolipopnya denganku dan menghiburku.”

Aku menahan napas.

“Saat itu, aku berjanji pada diriku sendiri. Kalau sudah besar, aku akan menikahinya dan membelikannya banyak permen lolipop.”

Hati yang selama ini kutahan akhirnya tak bisa dikendalikan lagi. Aku memeluknya erat.

Waktu itu, seorang ibu dan anaknya, Melly, baru saja masuk ke rumah ini.

Ayah yang pilih kasih, tatapan dingin ibu tiri… Seakan ada duri yang menusuk dalam hatiku.

Tak kusangka, dia masih mengingatnya hingga hari ini.

Ia mengecup lembut rambutku, lalu melanjutkan,

“Saat aku tahu kau menyukai Samuel, aku benar-benar takut.”

“Jadi aku sudah menyiapkan segalanya. Jika kau menikah dengannya, aku akan menginvestasikan semua asetku ke Keluarga Gusmawan.”

“Asalkan kau bahagia, itu sudah cukup bagiku.”

Aku tertegun.

Hati yang selama ini kupikir telah mati rasa… kini perlahan terasa penuh kehangatan.

Saat itu, aku baru menyadari.

Bukan aku yang membawa keberuntungan bagi Keluarga Gusmawan.

Justru Jeffrey lah yang menjadi keberuntunganku.

Aku berjinjit, menatapnya dengan penuh perasaan, lalu mengecup bibirnya dengan lembut.

Angin sepoi-sepoi berhembus, membawa pergi bisikan yang penuh kasih.

"Jeffrey, aku mencintaimu."