Oh, kirain ada apa sama kamu. Nanti suruh dia ke kantor kakak aja. Kakak lagi sibuk ini.""Ok, terimakasih, Kakak. Tapi jangan minta dia jadi asisten pribadi Kaka ya, dia nggak mau takut mati muda katanya," ledek Nissa di depan Afi."Nanti Kakak pikirkan, sudah ya, wassalamualaikum.""Waalaikumsalam." Sambungan terputus, Nissa terkikik geli melihat ekspresi malu Afi yang mendengar ucapannya tadi."Nggak juga bilang kayak gitu kali, Nis! Malu kan aku," ucap Afi menutupi kedua mukannya dengan tangannya."Yaelah, kayak sama siapa saja malu. Lalu gimana ceritanya bisa yakin banget minta pisah? Berani banget kamu, Fi. Saya kira kamu nggak sekuat Angel One pasukan pejuang Cinta yang kekuatannya melebihi Saras 008," cibir Nissa di iringi tawa renyahnya."Ceritanya panjang lah. Nggak penting juga di bahas, bikin naik tensi. Yang jelas intinya aku udah nggak kuat, gitu aja. Wanita kalau sudah tertekan, mana bisa diam. Kakakmu juga bilang, kalau aku lelah, lepaskan! Gitu!" imbuh Afi."Ciye … c
"Fi, Kamu di mana? Mas mau nyusul kamu." Sebuah pesan ke nomor Afi, siapa lagi kalau bukan dari nomor Aldo. Afi hanya membuka nya tanpa membalasnya. Malas sudah ia meladeni Aldo yang selalu memintanya untuk mengurungkan niatnya bercerai. Ia tak mau lagi tergoda rayuan suaminya yang plin plan jika di hadapan Alin dan dirinya."Siapa, Fi?" tanya Nissa penasaran karena melihat Afi yang tampak melipat dahinya."Aldo, dia cariin aku katanya mau nyusulin ke sini.""Dia tahu kamu ada di sini?" Afi menggeleng dan kembali menatap ke depan menunggu antrian pendaftaran.Selang berapa lama ia masuk ditemani dengan Nissa. Afi sengaja meminta Nissa menemaninya ke pengadilan sebagai saksi nanti di persidangan. Berkas telah diserahkan, dan kini Afi hanya tinggal menunggu proses persidangan yang akan dilaksanakan bulan depan.Banyak tahap yang harus dilalui oleh Afi, ia harus melalui proses mediasi terlebih dahulu sebelum memulai persidangan ketuk palu. Nissa yang merasa kasihan melihat wajah murung A
Rendra berjalan di depan tanpa rasa dosa sedikitpun. Ia menoleh kebelakang saat Afi sepertinya masih berdiri di sana dengan muka sebalnya."Kamu jadi mau ketemu aku nggak? Aku nggak ada waktu lama ini, sebentar lagi cewekku yang lain akan datang. Aku tak ingin dia melihatmu dan merasa cemburu jika kau berada di dalam ruanganku." Rendra selalu saja membuat Afi merasa kesal, ia suka sekali mengganggu angel di sekolahnya dulu ini.Afi, sang angel sekolah. Entah siapa yang menamainya dan memberinya gelar itu, ia terkenal jiwa sosialnya yang tinggi, ramah, cantik, dan pandai bergaul dengan siapa saja. Bagi siswa di sekolahnya, tidak ada cacat bagi seorang Afi untuk di pandang buruk di mata mereka. Kekurangannya hanya satu, ia lahir tanpa mengetahui siapa ayah dan ibunya. Itu yang membuat Afi kurang percaya diri jika sedang ada acara di sekolah yang harus dihadiri wali murid.Setiap ada pertemuan wali murid, Afi memilih keluar sekolah. Lagi-lagi, Rendra lelaki yang selalu ikut kabur juga da
"Bulan depan! Dan niatan saya kesini, juga ingin meminta bantuan Bapak untuk dapat membantuku memberikan informasi pengacara Bapak yang menurut Nissa bisa diandalkan untuk mempercepat jalannya persidangan." Afi berbicara sesuai fakta yang ada, ia memang kesini dengan maksud mencari pekerjaan dan meminta bantuan Rendra untuk itu."Kenapa ingin cepat-cepat? Bukankah kau masih mencintainya?" tanya Rendra penasaran."Terkadang kita harus ikhlas merelakan orang yang kita cintai bahagia dengan pilihannya, cinta mungkin menyakitkan. Tapi akan ada harapan setelah cinta itu hilang dari hadapannya." Rendra tercengang mendengar penuturan Afi yang terkesan sangat memukau.Wanita di depannya ini memang selalu menyihir hatinya yang kosong menjadi banyak warna di sana. Perkataan Afi barusan membuat dirinya benar-benar takjub sekaligus kagum. Selama ini ia mengikhlaskan cinta yang telah hilang dari hidupnya dan ia merasa kembali terluka saat melihat orang yang ia cintai ini terlihat sangat menderita.
Pov AlinAku menatap suamiku yang sedang terlelap tidur. Wajahnya yang sayu dan terlihat lelah membuatku semakin sayang padanya. Keberhasilanku membuat Afi dan Aldo, kedua pasangan bahagia itu berpisah tampaknya sudah tinggal menunggu waktu. Setelah itu, aku akan merasakan indahnya jadi wanita satu-satunya. Dulu aku memang punya sebuah hubungan dengan laki-laki bernama Haris, lelaki yang hanya aku jadikan atm berjalan ku saja. Dia lelaki bo*oh yang mau-maunya aku kadali. Haris sahabat dari Aldo semasa kuliah. Dia sudah lama memendam rasa padaku tapi aku tak menanggapinya. Setelah perjuangannya mendekatiku akhirnya aku terpaksa menerimanya. Aku menerimanya karena dia begitu loyal dan tak segan-segan memberikan apa yang aku minta.Aku mengenal lama sebenarnya dengan Aldo, namun ia tak menyadari kehadiranku. Kami yang berbeda jurusan membuatnya tak begitu mengenalku di kampus.Haris pun tak pernah mengenalkanku dengan Aldo. Haris pencemburu, ia tak akan membiarkan aku didekati lelaki l
Aku mencoba memahami dan memberikan sebuah nasihat agar ia bersabar dan bisa menerima kekurangan menantunya itu. Mami Cahyo terkesima melihat kebaikanku dan sepertinya aku berhasil mengambil hatinya.Suatu hari Mami memintaku menemaninya makan siang, aku menyanggupinya karena memang aku sedang jam makan istirahat siang di kantor. Aku berangkat ke cafe yang Mami sebutkan dan menunggunya di sana. Selang beberapa menit ia datang dengan membawa Afi bersamanya.Tentu aku terkejut melihat Mami tiba-tiba mengajakku bertemu Afi, istri pria idamanku."Sudah menunggu lama, Alin?" ucapnya sambil bercipika cipiki padaku. Kala itu Afi masih bersikap biasa dan tersenyum ramah kepadaku. Aku tak tahu apa tujuan Mami mengajak kita makan siang bersama."Nggak kok, Tan," balasku. Ku persilahkan mereka duduk dan memesan beberapa makanan dan minuman. "Alin, ini kenalkan, Afi, menantu saya." Aku menyalami tangan Afi dengan tersenyum menampakkan rasa antusiasku yang aku paksakan. Malas sebenarnya bertemu d
Pagi ini Afi bangun agak terlambat, ia merasa tak enak badan dan sedikit pusing. Mungkin efek dari stres memikirkan semua masalah belakangan ini ditambah kondisi badannya yang tengah mengandung.Kerap kali ia mengeluarkan isi perutnya jika sedang diisi berakhir dengan kosong tak lagi ada asupan masuk.Afi berjalan menuju dapur dan membuat segelas susu untuknya. Beruntung Rendra mengirimkannya banyak susu untuk stok di rumah sehingga ia tak perlu repot-repot keluar rumah untuk membelinya. Ia tak mau Aldo tahu jika ia tengah hamil.Sembari ia menunggu email dan pekerjaan dari Rendra hari ini, Afi Memilih membersihkan rumah besarnya ini. Entah mengapa Mami tak memperbolehkannya memperkerjakan seorang maid untuk membantunya. Padahal pada Alin, baru sebentar sakit saja sudah begitu panik dan langsung mencarikan pembantu untuk melayaninya.Kadang Afi merasa kalah jika mertua nya sudah ikut campur dalam rumah tangganya ini, bahkan malam hari pun ia disuruh mengalah untuk Alin. Bagaimana rasa
"Aku janji tak meminta hakku sebagai suamimu, aku hanya ingin berbincang denganmu. Tolong bukakan! Atau aku tak akan pergi kemanapun sampai kau membukakan pintu untukku." "Silahkan saja, tunggu saja di situ semaumu, apa peduliku!" Afi melangkah meninggalkan Aldo yang masih berdiri di luar pagar rumahnya. Sebenarnya Aldo punya kunci rumah Afi, tetapi Afi sudah menggantinya dengan yang baru agar Aldo tak lagi bisa lagi keluar masuk ke dalam rumahnya. Kejadian dulu saat Afi pergi dan Aldo mencarinya dan masuk ke dalam rumah di malam hari membuat masalah semakin rumit.Sudah setengah jam lamanya Aldo berada di luar dan dia masih setia berdiri di sana menunggu Afi membukakan gerbang. Ada apa dengan Aldo? Dulu ia yang mengancam akan menceraikan Afi jika tak mengizinkannya menikah lagi, tapi sekarang ia seperti ketakutan jika harus kehilangan Afi. Manusiawi memang, seseorang mengakui keberadaan orang yang menyayanginya jika sudah meninggalkannya.Bagi Afi ini sudah terlambat, hubungannya de