"Bulan depan! Dan niatan saya kesini, juga ingin meminta bantuan Bapak untuk dapat membantuku memberikan informasi pengacara Bapak yang menurut Nissa bisa diandalkan untuk mempercepat jalannya persidangan." Afi berbicara sesuai fakta yang ada, ia memang kesini dengan maksud mencari pekerjaan dan meminta bantuan Rendra untuk itu."Kenapa ingin cepat-cepat? Bukankah kau masih mencintainya?" tanya Rendra penasaran."Terkadang kita harus ikhlas merelakan orang yang kita cintai bahagia dengan pilihannya, cinta mungkin menyakitkan. Tapi akan ada harapan setelah cinta itu hilang dari hadapannya." Rendra tercengang mendengar penuturan Afi yang terkesan sangat memukau.Wanita di depannya ini memang selalu menyihir hatinya yang kosong menjadi banyak warna di sana. Perkataan Afi barusan membuat dirinya benar-benar takjub sekaligus kagum. Selama ini ia mengikhlaskan cinta yang telah hilang dari hidupnya dan ia merasa kembali terluka saat melihat orang yang ia cintai ini terlihat sangat menderita.
Pov AlinAku menatap suamiku yang sedang terlelap tidur. Wajahnya yang sayu dan terlihat lelah membuatku semakin sayang padanya. Keberhasilanku membuat Afi dan Aldo, kedua pasangan bahagia itu berpisah tampaknya sudah tinggal menunggu waktu. Setelah itu, aku akan merasakan indahnya jadi wanita satu-satunya. Dulu aku memang punya sebuah hubungan dengan laki-laki bernama Haris, lelaki yang hanya aku jadikan atm berjalan ku saja. Dia lelaki bo*oh yang mau-maunya aku kadali. Haris sahabat dari Aldo semasa kuliah. Dia sudah lama memendam rasa padaku tapi aku tak menanggapinya. Setelah perjuangannya mendekatiku akhirnya aku terpaksa menerimanya. Aku menerimanya karena dia begitu loyal dan tak segan-segan memberikan apa yang aku minta.Aku mengenal lama sebenarnya dengan Aldo, namun ia tak menyadari kehadiranku. Kami yang berbeda jurusan membuatnya tak begitu mengenalku di kampus.Haris pun tak pernah mengenalkanku dengan Aldo. Haris pencemburu, ia tak akan membiarkan aku didekati lelaki l
Aku mencoba memahami dan memberikan sebuah nasihat agar ia bersabar dan bisa menerima kekurangan menantunya itu. Mami Cahyo terkesima melihat kebaikanku dan sepertinya aku berhasil mengambil hatinya.Suatu hari Mami memintaku menemaninya makan siang, aku menyanggupinya karena memang aku sedang jam makan istirahat siang di kantor. Aku berangkat ke cafe yang Mami sebutkan dan menunggunya di sana. Selang beberapa menit ia datang dengan membawa Afi bersamanya.Tentu aku terkejut melihat Mami tiba-tiba mengajakku bertemu Afi, istri pria idamanku."Sudah menunggu lama, Alin?" ucapnya sambil bercipika cipiki padaku. Kala itu Afi masih bersikap biasa dan tersenyum ramah kepadaku. Aku tak tahu apa tujuan Mami mengajak kita makan siang bersama."Nggak kok, Tan," balasku. Ku persilahkan mereka duduk dan memesan beberapa makanan dan minuman. "Alin, ini kenalkan, Afi, menantu saya." Aku menyalami tangan Afi dengan tersenyum menampakkan rasa antusiasku yang aku paksakan. Malas sebenarnya bertemu d
Pagi ini Afi bangun agak terlambat, ia merasa tak enak badan dan sedikit pusing. Mungkin efek dari stres memikirkan semua masalah belakangan ini ditambah kondisi badannya yang tengah mengandung.Kerap kali ia mengeluarkan isi perutnya jika sedang diisi berakhir dengan kosong tak lagi ada asupan masuk.Afi berjalan menuju dapur dan membuat segelas susu untuknya. Beruntung Rendra mengirimkannya banyak susu untuk stok di rumah sehingga ia tak perlu repot-repot keluar rumah untuk membelinya. Ia tak mau Aldo tahu jika ia tengah hamil.Sembari ia menunggu email dan pekerjaan dari Rendra hari ini, Afi Memilih membersihkan rumah besarnya ini. Entah mengapa Mami tak memperbolehkannya memperkerjakan seorang maid untuk membantunya. Padahal pada Alin, baru sebentar sakit saja sudah begitu panik dan langsung mencarikan pembantu untuk melayaninya.Kadang Afi merasa kalah jika mertua nya sudah ikut campur dalam rumah tangganya ini, bahkan malam hari pun ia disuruh mengalah untuk Alin. Bagaimana rasa
"Aku janji tak meminta hakku sebagai suamimu, aku hanya ingin berbincang denganmu. Tolong bukakan! Atau aku tak akan pergi kemanapun sampai kau membukakan pintu untukku." "Silahkan saja, tunggu saja di situ semaumu, apa peduliku!" Afi melangkah meninggalkan Aldo yang masih berdiri di luar pagar rumahnya. Sebenarnya Aldo punya kunci rumah Afi, tetapi Afi sudah menggantinya dengan yang baru agar Aldo tak lagi bisa lagi keluar masuk ke dalam rumahnya. Kejadian dulu saat Afi pergi dan Aldo mencarinya dan masuk ke dalam rumah di malam hari membuat masalah semakin rumit.Sudah setengah jam lamanya Aldo berada di luar dan dia masih setia berdiri di sana menunggu Afi membukakan gerbang. Ada apa dengan Aldo? Dulu ia yang mengancam akan menceraikan Afi jika tak mengizinkannya menikah lagi, tapi sekarang ia seperti ketakutan jika harus kehilangan Afi. Manusiawi memang, seseorang mengakui keberadaan orang yang menyayanginya jika sudah meninggalkannya.Bagi Afi ini sudah terlambat, hubungannya de
Hati, jika terlalu lama memendam benci akan menjadi penyakit yang namanya iri dan dengki. Berusaha menghindari semampunya, dan tidak melakukan sesuatu yang membuat dirinya sendiri dirugikan. Memaafkan akan lebih meringankan beban daripada membalas perbuatan buruk pada yang menyakiti, justru akan memperkeruh keadaan nantinya.Bukankah Allah Maha Pemaaf? Apalagi kita hanya manusia biasa yang masih banyak dosa dan khilaf. Afi akan mencoba memaafkan semua orang yang menyakitinya, dan membuka sebuah harapan kecil agar dia bisa bahagia dalam hidupnya. Biarkan Tuhan yang akan menilai dan menghakimi, Afi hanya ikhlas tanpa berniat membalas perbuatan mereka.Afi membaringkan tubuhnya di ranjang setelah kegiatannya tadi siang yang menguras emosi jiwanya. Rasa entah bagaimana yang cocok untuk menggambarkan dirinya. Istri pertama yang tersakiti atau istri pertama yang tak pernah beruntung. Ia membuka ponselnya dan melihat apa ada pekerjaan untuknya hari ini. Banyak panggilan telepon dari Nissa da
"Nis, ini terlalu berlebihan. Aku nggak enak menerimanya," tolak Afi."Di enakin aja, ini geratiss tanpa embel-embel lain. Aku juga dukung kok, lagian kan kemarin kamu minta aku supaya mencarikan tempat tinggal untukmu? Kalau begitu, ini kesempatan bagus loh. Jarang jarang kakakku mau baik sama cewek, biasanya dia tuh lempeng banget kalau sama cewek yang dia nggak suka apalagi cewek yang suka sekali berusaha tanpa malu mendekatinya," beber Nissa."Aku tak ingin mendekatinya, aku cuma bekerja dengannya. Aku karyawan dan dia bosku. Jangan ngadi-adi deh," cibir Afi.Nissa berusaha menjelaskan secara detail maksudnya dan Afi akhirnya menerima kunci yang Rendra berikan.Tidak ada cobaan yang Allah beri di luar batas kemampuannya. Afi sangat bersyukur mempunyai sahabat sebaik Nissa yang mau menemaninya di saat terpuruk seperti ini. "Fi, kapan niatan mau pindah?""Mungkin besok aku akan bereskan barang-barangku. Kenapa?" tanya Afi penasaran."Nggak, aku mau bantuin kamu buat angkat-angkat b
"Yank, mau kemana?" tanya Alin yang tampak curiga karena pagi hari ini suaminya sudah tampak rapi."Mau ke kantor, kemana lagi?" jawab Aldo santai."Sepagi ini?" Biasanya Aldo berangkat kerja jam setengah delapan lebih dan ini baru jam setengah tujuh tapi dia sudah sangat siap untuk berangkat kerja."Iya," imbuh Aldo singkat. Alin tampak curiga jika suaminya ini bukan hendak bekerja melainkan menemui calon mantan istrinya."Masa? Kok aku merasa aneh, nggak biasanya kamu ke kantor jam segini. Emang ada acara apa?" cerca Alin tak percaya."Jangan berpikiran yang tidak-tidak. Kamu jaga kesehatanmu saja, jangan sampai telat makan." Aldo mencium pucuk kepala Alin dan berlalu meninggalkan Alin yang masih menatapnya curiga.Selama pengadilan belum memutuskan Alin dan Aldo bercerai, ia tak mau lengah membiarkan mereka bertemu dan menjalin kasih kembali. Rasa curiganya membuatnya ingin mengetahui kemana suaminya pergi. Lantas ia mengikutinya dari jauh dan ternyata dugaanku benar. Aldo pergi ke
Rendra mencium perut besar Afi, sekarang usia kandungannya memasuki sembilan bulan."Kamu pasti lelah bnget ya, Fi! Ibu jadi ikut merasakan kehamilan kamu. Kamu harus berhati-hati, usia kehamilan sudah tinggal menunggu hari. Kalau ada sedikit rasa tak nyaman, bilang sama Rendra. Biar dia siap siaga membawa ke rumah sakit," ucap Bunda khawatir melihat perut Afi yang terlihat begah."Nggak usah Bunda bilang, Rendra selalu siap siaga 24 jam. Cuma Afi yang dibilangin suka ngeyel mau ngelakuin pekerjaan rumah, besok kita cek up ke dokter lagi. Biar tahu kondisimu setiap hari," ucap Rendra tegas."Nissa kan ada, ngapain ke dokter," sanggah Afi."Ya Mungkin Kak Rendra mau cari dokter ahli yang lain, dia nggak yakin kayaknya sama keahlian adiknya ini," sahut Nissa yang baru datang dari luar bersama Vino.Ditatapnya aneh lelaki yang bersama Nissa, membuat Vino merasa canggung."Nis, udah acara pestanya?" tanya Afi."Nggak jadi, udah nggak mood pergi ke sana. Vin, lo pulang aja gih! Kakak gue s
Sejak kehamilannya, Rendra menjadi sedikit cerewet. Afi yang hanya ingin sekedar membantu Bunda nilam memasak, ia pun melarangnya. "Bang, Afi bosan! Boleh ya, ikut Bunda bikin cake! Pengen buat yang spesial buat Abang!" ucap Afi merengek pada Rendra yang sedang sibuk memeriksa berkasnya di ruang keluarga. Biasanya ia akan bekerja di ruang kerja khusus miliknya. Namun sekarang ia menjadi overprotektif dengan Afi mengingat istrinya sedang mengandung dua buah hati sekaligus."Nggak usah bikin cake spesial. Kamu aja udah spesial untuk Abang, sini! Duduk dekat Abang," ucap Rendra sambil menepuk sofa di sebelahnya.Afi melengos dan memilih mengalah dan duduk di samping suaminya."Abang ini, nggak di mana-mana fokus kerja terus! Begitu dibilang sayang! Huft!" Afi kesal karena dari tadi suaminya tak melihatnya dan masih sibuk dengan laptop dan kertas yang ada di depannya. Rendra melirik Afi yang membuang mukanya jengkel, dan Rendra memilih menyingkirkan semua pekerjaannya dan mencium pipi is
Afi menatap Rendra dengan binar bahagia, begitu juga Rendra. Afi diperiksa dokter Elsa lewat monitoring USG di perutnya. Tampak jelas di sana gumpalan yang masih sangat kecil."Wah, janinnya ada dua. Kemungkinan kembar, Bu!" Rendra yang di samping Afi mendampingi dan melihat gambar anaknya tersenyum bahagia. Dia mencium kening Afi tanpa malu di depan dokter Elsa."Bang!" Afi melirik Dokter Elsa yang tampak senang dengan perlakuan Rendra padanya yang sangat manis.Setelah USG kelihatan, dokter menganalisis umur dan juga jadwal persalinan untuk Afi."Kandungan Bu Nafisah memasuki minggu ke enam. Dan kondisi kehamilan sangat rentan untuk banyak beraktivitas berat. Sebaiknya, Ibu istirahat dan mengurangi aktivitas agar tak terlalu lelah. Apa Ibu mengalami gejala ngidam?" tanya Dokter Elsa."Nggak Dok, sepertinya suami saya yang nyidam. Dia kalau pagi suka pusing, dan sekarang lebih menyukai di dekat saya. Seperti ini!" Afi menunjuk suaminya, dan Rendra mendelik kesal."Hahaha, kalian lu
"Fi, Abang lapar! Kita cari makanan yuk!" ucap Rendra saat sedang berbaring di kasur dengan Afi."Malam-malam pengen makan? Abang nggak salah? Apa Afi masak lagi aja di dapur?" Afi memandang jam di dinding, padahal sekarang pukul sepuluh malam. Tetapi suaminya ingin makan di luar. "Nggak usah masak, Abang pengennya makan di luar bareng kamu." Pernikahan Afi dan Rendra sudah berjalan hampir lima bulan, dan akhir-akhir ini Rendra memang kelihatan aneh. Dia yang biasanya dingin, berubah sangat manja dan suka sekali mencium rambut Afi yang baru saja keramas."Besok saja ya, Bang!" bujuk Afi.Dengan wajah kecewanya, Rendra menekuk wajahnya dan berbalik memunggungi Afi. Afi yang melihat tingkah lucu suaminya, mencubit pipinya pelan."Abang kayak wanita lagi datang bulan, suka ngambek. Dan keinginan Abang yang aneh seperti wanita ngidam. Apa mungkin Abang ngidam?" ucap Afi terkikik geli.Rendra kembali berbalik badan menghadap Afi. "Kamu terakhir datang bulan kapan?" tanya Rendra serius.
Pipi Afi merona karena malu, ia menghabiskan malam ini dengan pesta dansa yang amat membuat malam begitu indah."Dan kamu, harus membayar mahal nanti malam dengan ku, Sayang!" Rendra membisikan kalimat yang membuat Afi begitu merinding. Rendra, lelaki normal yang sedang di mabuk asmara. Gelora cintanya pada Afi, membuat ia semangat sekali untuk menggoda Afi dan membuatnya salah tingkah.Afi kaget ketika melihat Nissa dan juga Yuna dengan seorang lelaki dan mereka juga ikut berdansa. "Mereka memaksa minta ikut, katanya ingin menikmati suasana Bali yang indah. Namun, jangan khawatir. Mereka tak akan menginap di resort ini, mereka akan menginap di hotel keluarga Dirgantara. Jadi, kita nggak ada yang bisa ganggu!" goda Rendra membuat pipi Afi kembali bersemu merah. Ternyata ia tahu, jika dirinya kaget melihat kehadiran Nissa dan Yuna.*Malam ini, dansa dan pesta kembang api digelar. Di luar resort, semua tamu menikmati indahnya bintang dan juga kembang api yang meriah. Banyak kekaguman
Malam ini Rendra mengajak Afi berbulan madu ke Bali. Rendra menutup mata istrinya dengan kain penutup agar ia sukses dalam memberikan kejutan. Afi dan Rendra sampai di Bali, tepatnya resort Stary angel milik istrinya."Apa sih, Bang? Afi penasaran banget!"Rendra mengajak Afi berjalan dan berhenti tepat di depan Resort. Semua orang yang diperintahkan Rendra sudah siap dengan tugas masing-masing. Mereka sampai di resort malam hari, membuat suasana begitu sangat romantis.Rendra memberikan aba-aba pada semua orang dan ia membuka penutup mata Afi perlahan."Sudah boleh buka mata?" tanya Afi. "Sudah! Dan lihatlah, Sayang!" Afi membuka matanya dan terkejut dengan surprise yang di buat suaminya. Karpet permadani merah dan juga bunga mawar putih kesukaannya, berjejer rapi di setiap pinggir jalan menuju pintu masuk resort. Beberapa orang yang tampak berseragam melebarkan senyum dan menunduk hormat."Suka?" tanya Rendra."Suka banget! Makasih, Bang!" jawab Afi tersenyum riang."Ini belum seb
"Kenapa melihat Abang seperti itu? Abang memang tampan," ucapnya percaya diri."Tampan tapi mes*um!" ucapku asal. Kami keluar kamar hotel dan mengetuk pintu kamar Nissa. Ia juga telah siap dari tadi. "Cie, pengantin baru. Seger amat! Habis berapa ronde tadi malam?" goda Nissa membuatku sedikit malu."Dek, kamu jadi ikut pulang nggak! Cepat! Abang tunggu di bawah," ucap Bang Rendra dingin."Yuna mana, Niss?" tanyaku karena tak melihat Yuna."Dia di jemput sama cowoknya tadi," ucapnya."Kamu nggak dijemput cowokmu?" ledekku membuat ia mencebikkan bibirnya."Ya iya, yang sudah laku. Sombong amat!" sahutnya dengan nada kesal.Aku, Nissa, dan Bang Rendra pulang ke rumah Bunda. Kami akan berkumpul bersama keluarga besar."Di sana nanti ada Haris juga, Bang?" tanyaku melirik Nissa. Ia tampak tak suka ketika aku menyebut nama Haris. Aku tahu, Nissa masih marah dengan Haris dan Nissa bukan wanita yang mudah memaafkan sepertiku."Mungkin. Tapi kalau dia sadar diri, seharusnya nggak usah datan
Pov Afi"Pagi, Sayang!" ucap lelaki di sampingku yang sah bergelar menjadi suami. Rendra mencium pipiku dan mengusap rambutku perlahan. Aku yang baru tidur diperlakukan suamiku dengan hangat membuat hatiku berbunga-bunga."Bang! Jam berapa ini? Aku kesiangan ya?" ucapku mengucek mataku mengedarkan pandangan ke dinding. Jam menunjukkan pukul setengah lima pagi."Nggak, Sayang! Tapi kalau kamu mau nambah lagi, kita kesiangan!" godanya. Senyum genitnya membuatku mencubit lengannya. Suamiku hanya terkekeh pelan. Senyum yang jarang ia tampakkan pada semua orang, kini bahkan sangat mudah aku dapatkan.Aku melemaskan ototku, semalam bahkan Bang Rendra sangat membuatku kelelahan. "Mandi dulu, Sayang! Atau mau Abang mandikan?" ucap Bang Rendra menaik turunkan alisnya. Genit! Aku hendak berdiri dan pergi ke kamar mandi tapi Bang Rendra malah mengangkat tubuhku hingga aku kaget."Bang! Aku bisa mandi sendiri!" ucapku meminta turun. Namun, bang Rendra hanya tersenyum dan meletakkanku di bathub ya
Sholat jamaah selesai, Afi mendekati Rendra dan meminta salim padanya lalu mencium punggung tangan suaminya . Rendra sangat senang dengan status barunya kini sebagai suami. Rendra mencium pucuk kepala Afi sambil melafadzkan doa."Allohuma innii as aluka khayraha wa khayra wa jabaltahaa 'alaihi wa a'uudzibika min syarriha wa min syarri maa jabaltahaa 'alaihi.Ya Allah, limpahkanlah keberkahan dalam rumah tangga kami. Turunkanlah rasa cinta di hati kami berdua. Cinta yang senantiasa menambah kecintaan kami kepada-Mu.""Aamiin." Setelah melafalkan doa dan mencium kening Afi, Rendra kini duduk bersila menghadap sang istri. Dipandanginya wajah cantik nan sholeh yang kini sudah sah menjadi istrinya ini. Afi yang merasa malu dipandang suaminya, memilih melepas mukena dan melipatnya."Udah Bang, lihatinya!" ucap Afi salah tingkah. Ia hendak berdiri untuk menaruh mukena yang tadi ia pakai ke dalam lemari. Rendra masih menatap Afi, membuat Afi memilih tiduran di ranjangnya.Rendra berdiri dan