Rendra berjalan di depan tanpa rasa dosa sedikitpun. Ia menoleh kebelakang saat Afi sepertinya masih berdiri di sana dengan muka sebalnya."Kamu jadi mau ketemu aku nggak? Aku nggak ada waktu lama ini, sebentar lagi cewekku yang lain akan datang. Aku tak ingin dia melihatmu dan merasa cemburu jika kau berada di dalam ruanganku." Rendra selalu saja membuat Afi merasa kesal, ia suka sekali mengganggu angel di sekolahnya dulu ini.Afi, sang angel sekolah. Entah siapa yang menamainya dan memberinya gelar itu, ia terkenal jiwa sosialnya yang tinggi, ramah, cantik, dan pandai bergaul dengan siapa saja. Bagi siswa di sekolahnya, tidak ada cacat bagi seorang Afi untuk di pandang buruk di mata mereka. Kekurangannya hanya satu, ia lahir tanpa mengetahui siapa ayah dan ibunya. Itu yang membuat Afi kurang percaya diri jika sedang ada acara di sekolah yang harus dihadiri wali murid.Setiap ada pertemuan wali murid, Afi memilih keluar sekolah. Lagi-lagi, Rendra lelaki yang selalu ikut kabur juga da
"Bulan depan! Dan niatan saya kesini, juga ingin meminta bantuan Bapak untuk dapat membantuku memberikan informasi pengacara Bapak yang menurut Nissa bisa diandalkan untuk mempercepat jalannya persidangan." Afi berbicara sesuai fakta yang ada, ia memang kesini dengan maksud mencari pekerjaan dan meminta bantuan Rendra untuk itu."Kenapa ingin cepat-cepat? Bukankah kau masih mencintainya?" tanya Rendra penasaran."Terkadang kita harus ikhlas merelakan orang yang kita cintai bahagia dengan pilihannya, cinta mungkin menyakitkan. Tapi akan ada harapan setelah cinta itu hilang dari hadapannya." Rendra tercengang mendengar penuturan Afi yang terkesan sangat memukau.Wanita di depannya ini memang selalu menyihir hatinya yang kosong menjadi banyak warna di sana. Perkataan Afi barusan membuat dirinya benar-benar takjub sekaligus kagum. Selama ini ia mengikhlaskan cinta yang telah hilang dari hidupnya dan ia merasa kembali terluka saat melihat orang yang ia cintai ini terlihat sangat menderita.
Pov AlinAku menatap suamiku yang sedang terlelap tidur. Wajahnya yang sayu dan terlihat lelah membuatku semakin sayang padanya. Keberhasilanku membuat Afi dan Aldo, kedua pasangan bahagia itu berpisah tampaknya sudah tinggal menunggu waktu. Setelah itu, aku akan merasakan indahnya jadi wanita satu-satunya. Dulu aku memang punya sebuah hubungan dengan laki-laki bernama Haris, lelaki yang hanya aku jadikan atm berjalan ku saja. Dia lelaki bo*oh yang mau-maunya aku kadali. Haris sahabat dari Aldo semasa kuliah. Dia sudah lama memendam rasa padaku tapi aku tak menanggapinya. Setelah perjuangannya mendekatiku akhirnya aku terpaksa menerimanya. Aku menerimanya karena dia begitu loyal dan tak segan-segan memberikan apa yang aku minta.Aku mengenal lama sebenarnya dengan Aldo, namun ia tak menyadari kehadiranku. Kami yang berbeda jurusan membuatnya tak begitu mengenalku di kampus.Haris pun tak pernah mengenalkanku dengan Aldo. Haris pencemburu, ia tak akan membiarkan aku didekati lelaki l
Aku mencoba memahami dan memberikan sebuah nasihat agar ia bersabar dan bisa menerima kekurangan menantunya itu. Mami Cahyo terkesima melihat kebaikanku dan sepertinya aku berhasil mengambil hatinya.Suatu hari Mami memintaku menemaninya makan siang, aku menyanggupinya karena memang aku sedang jam makan istirahat siang di kantor. Aku berangkat ke cafe yang Mami sebutkan dan menunggunya di sana. Selang beberapa menit ia datang dengan membawa Afi bersamanya.Tentu aku terkejut melihat Mami tiba-tiba mengajakku bertemu Afi, istri pria idamanku."Sudah menunggu lama, Alin?" ucapnya sambil bercipika cipiki padaku. Kala itu Afi masih bersikap biasa dan tersenyum ramah kepadaku. Aku tak tahu apa tujuan Mami mengajak kita makan siang bersama."Nggak kok, Tan," balasku. Ku persilahkan mereka duduk dan memesan beberapa makanan dan minuman. "Alin, ini kenalkan, Afi, menantu saya." Aku menyalami tangan Afi dengan tersenyum menampakkan rasa antusiasku yang aku paksakan. Malas sebenarnya bertemu d
Pagi ini Afi bangun agak terlambat, ia merasa tak enak badan dan sedikit pusing. Mungkin efek dari stres memikirkan semua masalah belakangan ini ditambah kondisi badannya yang tengah mengandung.Kerap kali ia mengeluarkan isi perutnya jika sedang diisi berakhir dengan kosong tak lagi ada asupan masuk.Afi berjalan menuju dapur dan membuat segelas susu untuknya. Beruntung Rendra mengirimkannya banyak susu untuk stok di rumah sehingga ia tak perlu repot-repot keluar rumah untuk membelinya. Ia tak mau Aldo tahu jika ia tengah hamil.Sembari ia menunggu email dan pekerjaan dari Rendra hari ini, Afi Memilih membersihkan rumah besarnya ini. Entah mengapa Mami tak memperbolehkannya memperkerjakan seorang maid untuk membantunya. Padahal pada Alin, baru sebentar sakit saja sudah begitu panik dan langsung mencarikan pembantu untuk melayaninya.Kadang Afi merasa kalah jika mertua nya sudah ikut campur dalam rumah tangganya ini, bahkan malam hari pun ia disuruh mengalah untuk Alin. Bagaimana rasa
"Aku janji tak meminta hakku sebagai suamimu, aku hanya ingin berbincang denganmu. Tolong bukakan! Atau aku tak akan pergi kemanapun sampai kau membukakan pintu untukku." "Silahkan saja, tunggu saja di situ semaumu, apa peduliku!" Afi melangkah meninggalkan Aldo yang masih berdiri di luar pagar rumahnya. Sebenarnya Aldo punya kunci rumah Afi, tetapi Afi sudah menggantinya dengan yang baru agar Aldo tak lagi bisa lagi keluar masuk ke dalam rumahnya. Kejadian dulu saat Afi pergi dan Aldo mencarinya dan masuk ke dalam rumah di malam hari membuat masalah semakin rumit.Sudah setengah jam lamanya Aldo berada di luar dan dia masih setia berdiri di sana menunggu Afi membukakan gerbang. Ada apa dengan Aldo? Dulu ia yang mengancam akan menceraikan Afi jika tak mengizinkannya menikah lagi, tapi sekarang ia seperti ketakutan jika harus kehilangan Afi. Manusiawi memang, seseorang mengakui keberadaan orang yang menyayanginya jika sudah meninggalkannya.Bagi Afi ini sudah terlambat, hubungannya de
Hati, jika terlalu lama memendam benci akan menjadi penyakit yang namanya iri dan dengki. Berusaha menghindari semampunya, dan tidak melakukan sesuatu yang membuat dirinya sendiri dirugikan. Memaafkan akan lebih meringankan beban daripada membalas perbuatan buruk pada yang menyakiti, justru akan memperkeruh keadaan nantinya.Bukankah Allah Maha Pemaaf? Apalagi kita hanya manusia biasa yang masih banyak dosa dan khilaf. Afi akan mencoba memaafkan semua orang yang menyakitinya, dan membuka sebuah harapan kecil agar dia bisa bahagia dalam hidupnya. Biarkan Tuhan yang akan menilai dan menghakimi, Afi hanya ikhlas tanpa berniat membalas perbuatan mereka.Afi membaringkan tubuhnya di ranjang setelah kegiatannya tadi siang yang menguras emosi jiwanya. Rasa entah bagaimana yang cocok untuk menggambarkan dirinya. Istri pertama yang tersakiti atau istri pertama yang tak pernah beruntung. Ia membuka ponselnya dan melihat apa ada pekerjaan untuknya hari ini. Banyak panggilan telepon dari Nissa da
"Nis, ini terlalu berlebihan. Aku nggak enak menerimanya," tolak Afi."Di enakin aja, ini geratiss tanpa embel-embel lain. Aku juga dukung kok, lagian kan kemarin kamu minta aku supaya mencarikan tempat tinggal untukmu? Kalau begitu, ini kesempatan bagus loh. Jarang jarang kakakku mau baik sama cewek, biasanya dia tuh lempeng banget kalau sama cewek yang dia nggak suka apalagi cewek yang suka sekali berusaha tanpa malu mendekatinya," beber Nissa."Aku tak ingin mendekatinya, aku cuma bekerja dengannya. Aku karyawan dan dia bosku. Jangan ngadi-adi deh," cibir Afi.Nissa berusaha menjelaskan secara detail maksudnya dan Afi akhirnya menerima kunci yang Rendra berikan.Tidak ada cobaan yang Allah beri di luar batas kemampuannya. Afi sangat bersyukur mempunyai sahabat sebaik Nissa yang mau menemaninya di saat terpuruk seperti ini. "Fi, kapan niatan mau pindah?""Mungkin besok aku akan bereskan barang-barangku. Kenapa?" tanya Afi penasaran."Nggak, aku mau bantuin kamu buat angkat-angkat b