Temani aku, jika aku butuh kamu. Dan malam ini, aku sangat menginginkan dirimu. Aku tunggu di hotel Daffa, nggak pakai lama, jika kau menolak akan aku pastikan besok suamimu itu akan meninggalkanmu." Haris sepertinya sengaja membuat Alin marah dengan keinginannya itu, ia ingin melihat seberapa besar cintanya pada Aldo. Sepertinya, rencana Haris kali ini tak akan sejahat sebelumnya yang akan meniduri wanita terkasihnya itu. Haris hanya ingin Alin merasakan, sakitnya ditinggal pergi orang yang disayangi.Alin mondar mandir di depan pintu rumah ini, ia tak punya cara lain untuk menutup mulut Haris kecuali menuruti keinginannya. Ia pun menengok kembali Aldo yang terlelap tidur dan memastikan ia tak akan bangun.Setelah yakin bahwa Aldo telah sangat terlelap, Alin keluar menuju rumahnya untuk mengambil mobil miliknya. Alin tak ingin memakai mobil Afi karena takut suaminya akan tahu jika ia tengah pergi.Mobil melaju dengan kecepatan sedang menuju hotel yang Haris sebutkan. Alin mengemudik
Alin membuka matanya dan mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Ia bangun dan melihat dirinya tanpa sehelai baju pun dan tampak bajunya berceceran di lantai. Alin mengingat kejadian semalam dan ia pun menangis histeris seorang diri. Haris benar-benar telah membuatnya menjadi wanita jal**ng. Ia melihat jam di tangannya dan sekarang pukul tujuh pagi.Alin terperanjat kaget dan langsung memunguti pakaiannya di lantai untuk ia kenakan kembali. Ia akan bergegas pulang agar Aldo tak mencurigainya jika tak ada dirumah saat mencarinya. Tapi sepertinya, ini sudah sangat terlambat. Aldo pasti sudah pergi ke kantor, ia akan mengecek ponselnya siapa tahu Aldo menghubunginya tadi.Alin kecewa karena tak ada pesan atau panggilan dari suaminya itu. Alin terlalu pede jika ia bakal di cari dan dikhawatirkan oleh Aldo. Setelah pakaian kembali melekat di tubuhnya, ia langsung bergegas keluar hotel menuju rumahnya.Sebelum pulang ia mampir dulu ke sebuah butik untuk membeli pakaian untuk ia ganti.
Mereka menanyakan pada karyawan Aldo apakah suaminya sudah ada di kantor. Ternyata suaminya sedang ada rapat di luar dan akan kembali setengah jam lagi. Mami dan Alin akhirnya memilih menunggu di ruangan milik Aldo.Mami yang sudah tampak gusar membuat Alin mau tak mau menanyakan masalah mertuanya. Sebenarnya ia malas menanyakan masalah mertuanya, karena hanya akan membuatnya sakit kepala."Kenapa Mami ingin sekali menemui mas Aldo? Apakah ada hal yang terjadi ada hubungannya dengan Mas Aldo?" tanya Alin pura-pura peduli."Iya, dan Mami harus bertemu Aldo kali ini juga. Mami harap kamu tak keberatan jika harus menemani Mami lama di sini," pinta Mami."Tentu, Alin tak keberatan kok. Alin kan menantu satu-satunya kesayangan Mami." Alin sengaja ingin membuat mertuanya semakin yakin jika ia wanita yang baik dan pengertian. Setengah jam sudah berlalu, tampak pintu terbuka dan Aldo masuk bersamaan dengan Haris. Wajah Alin berubah ketika tahu orang yang paling ia benci lagi-lagi ada di had
"Pak, kalau kasih tugas jangan banyak begini dong! Sudah dua hari ini saya kurang tidur akibat lembur," tulis Afi ketika mengirim pesan pada Rendra."Siapa suruh lembur? Aku minta kamu kerjakan siang atau pagi, bukan malam! Atau gaji kamu mau saya potong karena melawan perintahku?" Sialnya, ternyata pesan yang Afi kirim membuatnya ketahuan jika ia mengerjakan nya malam-malam.Mau bagaimana lagi, jika pagi dan siang badan Afi sangat lemah dan mengantuk. Sejak tahu kehamilannya ini, Afi jadi tak bisa tidur malam, ia merasa gelisah jika malam datang. Afi terpaksa tidur di pagi hari hingga siang, karena jika dipaksakan untuk beraktivitas maka bisa dipastikan pusing kepala menyerangnya. Susu yang biasa ia minum tak membantu banyak untuk bisa strong seperti biasanya."Pak, aku nggak bisa bekerja di pagi hari sampai siang. Entah mengapa, kepalaku sakit jika di paksakan!" jawab Afi. Memang itu benar adanya, Afi tak ingin berbohong dan menutupi apapun yang terjadi. Karena sekecil apapun kebo
Rendra sengaja tak memberi tahu Afi perihal sidangnya kali ini, ia hanya tahu dari pengacaranya bahwa pengadilan Agama mengirimkan surat panggilan ke rumah Aldo agar datang ke ruang sidang nanti. Sidang pertama akan di lakukan dua hari lagi dan Rendra tahu jika Aldo sedang tak berada di rumahnya. Pengacara yang Rendra bayar bukanlah pengacara sembarangan, ia bahkan bisa saja mengambil harta Aldo yang ia ambil dari Afi namun ia tak akan melakukannya. Ia tak ingin menjadi orang jahat yang akan membuat Afi begitu sedih jika tahu dia yang membuat Aldo kehilangan segalanya.Rendra akan mengikuti alur yang dibuat oleh keluarga Aldo itu. Walaupun Aldo dan Rendra pernah satu SMA, tapi Aldo tak begitu mengenalnya. Karena Aldo bukanlah pria sepopuler dirinya, tak sulit baginya jika ingin menjatuhkan Aldo saat ini. Tapi tak ia lakukan, baginya kebahagiaan Afi lebih utama daripada yang lain.Mobil telah sampai di rumah sakit tempat Nissa bekerja, tapi sepertinya Nissa hari ini piket pagi. Jadi d
Rendra melihat adegan yang membuat darahnya mendidih, wanita setengah siluman itu sudah berani merendahkan Afi di depan umum. Dan bodohnya, Afi diam saja tak melawan. Itulah yang membuat Rendra tak habis pikir, sifat mengalah nya sudah sampai di luar batas. Jika saja Afi sudah resmi menjadi janda, sudah dipastikan ia akan maju paling depan untuk membelanya. Statusnya yang masih belum sah menjanda, menjadi rintangan yang harus dihindari agar tak dijadikan alasan Alin sehingga Afi bercerai dari suaminya. Ia lebih suka memilih cara halus untuk membuat pelajaran pada wanita licik itu. Mungkin benar, kekuatan cinta bisa membuat orang menjadi gila. Tapi tidak berlaku baginya, cara cerdas untuk mengatasi wanita parasit seperti Alin adalah menghilangkan tempat ia berpijak.Rendra mengambil telepon di sakunya hendak menelpon seseorang yang jelas bisa membantunya saat ini."Hallo, Ris!" ucap Rendra tegas."Assalamualaikum dulu, Bro! Lupa ya?" celetuk Haris."Waalaikum salam! Saya lagi serius i
"Kamu ini bawel banget! Bosnya siapa disini? Masih sakit juga mikirin pekerjaan. Sembuh dulu! Baru bekerja." Rendra heran dengan wanita disampingnya ini, sempat-sempatnya memikirkan pekerjaan di saat kondisi tubuhnya sedang begitu lemah."Bagaimana kandunganmu tadi?" tanya Rendra.Afi bingung mau jawab apa, ia tak ingin berbohong tapi ia tak mungkin mengatakan jika kandungannya lemah. Bisa-bisa Rendra marah jika tahu ia tak baik-baik saja."Sudah kuduga!" ucap Rendra karena melihat Afi diam tak merespon."Kamu harus dengar perintah saya kali ini. Minum obat dan susumu, setiap hari aku suruh Nissa untuk mengontrol kesehatanmu," gertak Rendra. Sesekali ia harus tegas agar Afi tak mengabaikan kesehatannya."Bang, kasihan Nissa! Dia sudah lelah bekerja, di tambah harus ke apartemenku.""Kalau begitu, bagaimana kalau aku yang merawatmu. Mau?" Afi menggelengkan kepalanya karena tawaran Rendra yang aneh itu."Menurutlah! Aku lakukan ini semua untukmu. Kamu terlalu lemah dalam memutuskan sesu
Ini hari kedua Alin di tinggal Aldo ke Palembang, entah urusan apa yang membuat mereka terlalu lama berada di sana. Setiap hari Aldo menelpon untuk memastikan Alin sedang di kantor, karena jika tidak maka semua akan berantakan. Terlebih, Aldo sudah menandatangani proyek baru bersama Haris, sahabat kuliahnya.Badan Alin merasa sangat lelah hari ini, kemarin ia baru saja memeriksakan kandungannya ke rumah sakit. Perut yang sudah mulai terlihat membesar membuat Alin kadang merasa begah saat terlalu lama duduk di kursi kerja Aldo.Sebuah ketukan pintu terdengar dan Alin mempersilahkan masuk. Haris yang masuk membuat Alin harus menghirup oksigen lebih banyak lagi."Ka_Kamu?" ucap Afi gugup. Kedatangan Haris tiba-tiba saat suaminya tak ada sungguh sangat membuat suasana terkesan horor bagi Alin."Kenapa? Takut? Aku tak akan memaksamu berbuat mesum. Aku hanya ingin mengantarkan berkas yang kemarin Aldo minta untuk ditandatangani," ujar Haris santai. Ia sedang menjalankan misi yang Rendra tug
Rendra mencium perut besar Afi, sekarang usia kandungannya memasuki sembilan bulan."Kamu pasti lelah bnget ya, Fi! Ibu jadi ikut merasakan kehamilan kamu. Kamu harus berhati-hati, usia kehamilan sudah tinggal menunggu hari. Kalau ada sedikit rasa tak nyaman, bilang sama Rendra. Biar dia siap siaga membawa ke rumah sakit," ucap Bunda khawatir melihat perut Afi yang terlihat begah."Nggak usah Bunda bilang, Rendra selalu siap siaga 24 jam. Cuma Afi yang dibilangin suka ngeyel mau ngelakuin pekerjaan rumah, besok kita cek up ke dokter lagi. Biar tahu kondisimu setiap hari," ucap Rendra tegas."Nissa kan ada, ngapain ke dokter," sanggah Afi."Ya Mungkin Kak Rendra mau cari dokter ahli yang lain, dia nggak yakin kayaknya sama keahlian adiknya ini," sahut Nissa yang baru datang dari luar bersama Vino.Ditatapnya aneh lelaki yang bersama Nissa, membuat Vino merasa canggung."Nis, udah acara pestanya?" tanya Afi."Nggak jadi, udah nggak mood pergi ke sana. Vin, lo pulang aja gih! Kakak gue s
Sejak kehamilannya, Rendra menjadi sedikit cerewet. Afi yang hanya ingin sekedar membantu Bunda nilam memasak, ia pun melarangnya. "Bang, Afi bosan! Boleh ya, ikut Bunda bikin cake! Pengen buat yang spesial buat Abang!" ucap Afi merengek pada Rendra yang sedang sibuk memeriksa berkasnya di ruang keluarga. Biasanya ia akan bekerja di ruang kerja khusus miliknya. Namun sekarang ia menjadi overprotektif dengan Afi mengingat istrinya sedang mengandung dua buah hati sekaligus."Nggak usah bikin cake spesial. Kamu aja udah spesial untuk Abang, sini! Duduk dekat Abang," ucap Rendra sambil menepuk sofa di sebelahnya.Afi melengos dan memilih mengalah dan duduk di samping suaminya."Abang ini, nggak di mana-mana fokus kerja terus! Begitu dibilang sayang! Huft!" Afi kesal karena dari tadi suaminya tak melihatnya dan masih sibuk dengan laptop dan kertas yang ada di depannya. Rendra melirik Afi yang membuang mukanya jengkel, dan Rendra memilih menyingkirkan semua pekerjaannya dan mencium pipi is
Afi menatap Rendra dengan binar bahagia, begitu juga Rendra. Afi diperiksa dokter Elsa lewat monitoring USG di perutnya. Tampak jelas di sana gumpalan yang masih sangat kecil."Wah, janinnya ada dua. Kemungkinan kembar, Bu!" Rendra yang di samping Afi mendampingi dan melihat gambar anaknya tersenyum bahagia. Dia mencium kening Afi tanpa malu di depan dokter Elsa."Bang!" Afi melirik Dokter Elsa yang tampak senang dengan perlakuan Rendra padanya yang sangat manis.Setelah USG kelihatan, dokter menganalisis umur dan juga jadwal persalinan untuk Afi."Kandungan Bu Nafisah memasuki minggu ke enam. Dan kondisi kehamilan sangat rentan untuk banyak beraktivitas berat. Sebaiknya, Ibu istirahat dan mengurangi aktivitas agar tak terlalu lelah. Apa Ibu mengalami gejala ngidam?" tanya Dokter Elsa."Nggak Dok, sepertinya suami saya yang nyidam. Dia kalau pagi suka pusing, dan sekarang lebih menyukai di dekat saya. Seperti ini!" Afi menunjuk suaminya, dan Rendra mendelik kesal."Hahaha, kalian lu
"Fi, Abang lapar! Kita cari makanan yuk!" ucap Rendra saat sedang berbaring di kasur dengan Afi."Malam-malam pengen makan? Abang nggak salah? Apa Afi masak lagi aja di dapur?" Afi memandang jam di dinding, padahal sekarang pukul sepuluh malam. Tetapi suaminya ingin makan di luar. "Nggak usah masak, Abang pengennya makan di luar bareng kamu." Pernikahan Afi dan Rendra sudah berjalan hampir lima bulan, dan akhir-akhir ini Rendra memang kelihatan aneh. Dia yang biasanya dingin, berubah sangat manja dan suka sekali mencium rambut Afi yang baru saja keramas."Besok saja ya, Bang!" bujuk Afi.Dengan wajah kecewanya, Rendra menekuk wajahnya dan berbalik memunggungi Afi. Afi yang melihat tingkah lucu suaminya, mencubit pipinya pelan."Abang kayak wanita lagi datang bulan, suka ngambek. Dan keinginan Abang yang aneh seperti wanita ngidam. Apa mungkin Abang ngidam?" ucap Afi terkikik geli.Rendra kembali berbalik badan menghadap Afi. "Kamu terakhir datang bulan kapan?" tanya Rendra serius.
Pipi Afi merona karena malu, ia menghabiskan malam ini dengan pesta dansa yang amat membuat malam begitu indah."Dan kamu, harus membayar mahal nanti malam dengan ku, Sayang!" Rendra membisikan kalimat yang membuat Afi begitu merinding. Rendra, lelaki normal yang sedang di mabuk asmara. Gelora cintanya pada Afi, membuat ia semangat sekali untuk menggoda Afi dan membuatnya salah tingkah.Afi kaget ketika melihat Nissa dan juga Yuna dengan seorang lelaki dan mereka juga ikut berdansa. "Mereka memaksa minta ikut, katanya ingin menikmati suasana Bali yang indah. Namun, jangan khawatir. Mereka tak akan menginap di resort ini, mereka akan menginap di hotel keluarga Dirgantara. Jadi, kita nggak ada yang bisa ganggu!" goda Rendra membuat pipi Afi kembali bersemu merah. Ternyata ia tahu, jika dirinya kaget melihat kehadiran Nissa dan Yuna.*Malam ini, dansa dan pesta kembang api digelar. Di luar resort, semua tamu menikmati indahnya bintang dan juga kembang api yang meriah. Banyak kekaguman
Malam ini Rendra mengajak Afi berbulan madu ke Bali. Rendra menutup mata istrinya dengan kain penutup agar ia sukses dalam memberikan kejutan. Afi dan Rendra sampai di Bali, tepatnya resort Stary angel milik istrinya."Apa sih, Bang? Afi penasaran banget!"Rendra mengajak Afi berjalan dan berhenti tepat di depan Resort. Semua orang yang diperintahkan Rendra sudah siap dengan tugas masing-masing. Mereka sampai di resort malam hari, membuat suasana begitu sangat romantis.Rendra memberikan aba-aba pada semua orang dan ia membuka penutup mata Afi perlahan."Sudah boleh buka mata?" tanya Afi. "Sudah! Dan lihatlah, Sayang!" Afi membuka matanya dan terkejut dengan surprise yang di buat suaminya. Karpet permadani merah dan juga bunga mawar putih kesukaannya, berjejer rapi di setiap pinggir jalan menuju pintu masuk resort. Beberapa orang yang tampak berseragam melebarkan senyum dan menunduk hormat."Suka?" tanya Rendra."Suka banget! Makasih, Bang!" jawab Afi tersenyum riang."Ini belum seb
"Kenapa melihat Abang seperti itu? Abang memang tampan," ucapnya percaya diri."Tampan tapi mes*um!" ucapku asal. Kami keluar kamar hotel dan mengetuk pintu kamar Nissa. Ia juga telah siap dari tadi. "Cie, pengantin baru. Seger amat! Habis berapa ronde tadi malam?" goda Nissa membuatku sedikit malu."Dek, kamu jadi ikut pulang nggak! Cepat! Abang tunggu di bawah," ucap Bang Rendra dingin."Yuna mana, Niss?" tanyaku karena tak melihat Yuna."Dia di jemput sama cowoknya tadi," ucapnya."Kamu nggak dijemput cowokmu?" ledekku membuat ia mencebikkan bibirnya."Ya iya, yang sudah laku. Sombong amat!" sahutnya dengan nada kesal.Aku, Nissa, dan Bang Rendra pulang ke rumah Bunda. Kami akan berkumpul bersama keluarga besar."Di sana nanti ada Haris juga, Bang?" tanyaku melirik Nissa. Ia tampak tak suka ketika aku menyebut nama Haris. Aku tahu, Nissa masih marah dengan Haris dan Nissa bukan wanita yang mudah memaafkan sepertiku."Mungkin. Tapi kalau dia sadar diri, seharusnya nggak usah datan
Pov Afi"Pagi, Sayang!" ucap lelaki di sampingku yang sah bergelar menjadi suami. Rendra mencium pipiku dan mengusap rambutku perlahan. Aku yang baru tidur diperlakukan suamiku dengan hangat membuat hatiku berbunga-bunga."Bang! Jam berapa ini? Aku kesiangan ya?" ucapku mengucek mataku mengedarkan pandangan ke dinding. Jam menunjukkan pukul setengah lima pagi."Nggak, Sayang! Tapi kalau kamu mau nambah lagi, kita kesiangan!" godanya. Senyum genitnya membuatku mencubit lengannya. Suamiku hanya terkekeh pelan. Senyum yang jarang ia tampakkan pada semua orang, kini bahkan sangat mudah aku dapatkan.Aku melemaskan ototku, semalam bahkan Bang Rendra sangat membuatku kelelahan. "Mandi dulu, Sayang! Atau mau Abang mandikan?" ucap Bang Rendra menaik turunkan alisnya. Genit! Aku hendak berdiri dan pergi ke kamar mandi tapi Bang Rendra malah mengangkat tubuhku hingga aku kaget."Bang! Aku bisa mandi sendiri!" ucapku meminta turun. Namun, bang Rendra hanya tersenyum dan meletakkanku di bathub ya
Sholat jamaah selesai, Afi mendekati Rendra dan meminta salim padanya lalu mencium punggung tangan suaminya . Rendra sangat senang dengan status barunya kini sebagai suami. Rendra mencium pucuk kepala Afi sambil melafadzkan doa."Allohuma innii as aluka khayraha wa khayra wa jabaltahaa 'alaihi wa a'uudzibika min syarriha wa min syarri maa jabaltahaa 'alaihi.Ya Allah, limpahkanlah keberkahan dalam rumah tangga kami. Turunkanlah rasa cinta di hati kami berdua. Cinta yang senantiasa menambah kecintaan kami kepada-Mu.""Aamiin." Setelah melafalkan doa dan mencium kening Afi, Rendra kini duduk bersila menghadap sang istri. Dipandanginya wajah cantik nan sholeh yang kini sudah sah menjadi istrinya ini. Afi yang merasa malu dipandang suaminya, memilih melepas mukena dan melipatnya."Udah Bang, lihatinya!" ucap Afi salah tingkah. Ia hendak berdiri untuk menaruh mukena yang tadi ia pakai ke dalam lemari. Rendra masih menatap Afi, membuat Afi memilih tiduran di ranjangnya.Rendra berdiri dan