Share

09 | Crush

Author: BumiMars
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Tissa

Setiap orang di dunia ini pasti mempunyai kriteria masing-masing untuk memilih pasangannya, ada yang suka cowok ganteng, ada juga yang suka cowok biasa aja. Ada yang menyukai cewek cantik, dan ada juga cowok yang nenyukai cewek yang biasa-biasa saja. Semua orang punya tipenya masing-masing, dan setiap orang akan punya waktunya tersendiri dimana dia akan terlihat sangat tampan atau cantik. Dan bagiku, nilai plus seorang cowok adalah ketika mereka menunjukan raut wajah khawatirnya ketika pasangannya terluka. Atau kadang kala, ketika mereka sedang fokus melakukan hobinya. Bukan hobi bermain cewek ya ini melainkan hobinya yang berbau-bau olahraga atau semacam hal-hal yang mereka sukai.

“Tiss, nanti kamu tolong mampir ke toko kue dulu ya pulangnya? Bawain kue buat Ibuku, lagi pengen makan kue katanya dia.” Aku memutar bola mataku jengah, mendengar kalimat dengan nada lembut yang berupa manipulasi itu membuatku merasa jijik.

“Iya, kue yang biasa 'kan?” Aku bertanya dengan ketus, berharap dengan begitu dia akan menghentikan tingkah menjijikannya ini. Aku muak dengan dia yang masih mempertahankan sifat munafiknya.

“Iya yang biasa, tapi nanti jangan langsung pulang dulu. Kamu lihat-lihat di rumah apa yang belum di kerjain, kalau ada cucian ya kamu tolong cuciin dulu baju kotor Ibuku. Aku pulang agak telat, nanti aku antar kamu pulang setelahnya.” Bulu kudukku merinding mendengar kata-katanya barusan. Lagi-lagi ia menjadikan aku sebagai babunya, padahal di rumahnya itu ada adik perempuannya. Sudah dewasa dan sudah bisa mengerjakan pekerjaan rumah, tapi dia—Lhambang, selalu berkata tidak enak katanya kalau menyuruh adiknya ini dan itu.

“Emang Astrid ke mana? Kalau dia ada di rumah ya suruh dia ajalah yang bantu-bantu Ibu dulu, kalau kamu nggak enak ngomongnya sama Astrid ya aku nih yang ngomong.” Persetan dengan muka Lhambang yang langsung nggak enak ketika mendengar kalimatku, cowok-cowok macam ini, kalau nggak dipaitin sampe kiamat juga bakalan bertingkah seenak jidatnya terus sama kita.

“Tiss, Ghea udah datang? Weh Lham, kenapa muka lo kusut amat? Kurang jatah?” aku mendongak dan menemukan Syailendra di depanku, ngapain dia pagi-pagi gini sudah nangkring di loby kantorku? Oh, iya lupa. Dia pasti lagi mengusahakan untuk merebut hati Ghea lagi.

“Emang iya muka gue kusut, Ndra? Kayaknya enggak deh biasa aja. Tapi lo ngapain di sini pagi-pagi gini?”

“Nyari Ghea gue, udah datang belum dia Tiss? Lham?” tuh 'kan, Ghea lagi pasti alasan wajah paniknya itu pagi-pagi begini muncul lagi.

“Duh, nggak tahu. Gue sama Tissa baru aja datang soalnya ini.” Syailendra langsung mengerti ketika Lhambang mengatakan hal itu.

“Dia susah banget dihubungi dari semalam, gue takut ada apa-apa aja sama dia. Tadi pagi juga pas gue samper ke rumahnya, dia udah jalan kata nyokapnya. Tar kalau lo ketemu dia kasih tahu gue ya Tiss kondisinya? Tolong banget nih ....” Syailendra langsung menjawab dengan kalimat yang sebenernya tidak pernah lagi aku mau mendengarnya dari mulut Syailendra Akbar Gibran.

“Oh, iya. Okee, ntar gue wa kalau gue ketemu dia, Ndra.”

“Makasih ya Tiss, dan sori nih kalau gue ngerepotin lo terus.”

“Iya nggak apa-apa, santai aja, Ndra. Guenya juga nggak merasa direpotin, kok.”

“Duh, baik banget sih lo, Tiss. Seandainya lo masih sendiri udah gue pepet deh lo buat jadi pacar.” Syailendra mengatakan itu sambil nyengir-nyengir bodoh, aku tahu dia mengatakan itu hanya untuk candaan semata. Buktinya ketika Lhambang menoyor kepadanya, tawa Syailendra langsung mengudara.

Udah cerita belum aku soal Lhambang dan Syailendra? Lhambang itu pacarku, sedangkan Syailendra itu pacarnya sahabatku—Ghea. Kami sering ngumpul bareng, intinya ya kami ini memenang sedekat itu, tapi sialnya kisah ini justru menjadi kisah yang rumit seperti judul sinetron yang tayang seminggu tujuh kali, kalian tahu tidak?

Endingnya kalian tahu? Sahabatku—Ghea, menyukai pacarku Lhambang. Dan aku, menyukai Syailendra. Gila ya memang kami ini.

Aku sudah lebih dulu tahu kalau Ghea menyukai Lhambang, entah untuk alasan apa dia menyukai Lhambang tapi jika Ghea jatuh hati karena kebaikan dan perlakuan lembut Lhambang kepadaku, aku sudah sering kali bilang kepadanya untuk jangan terlalu mempercayai apa yang dia lihat, karena ketika dia menemukan kebenarannya dari sudut pandang lain. Aku takut, dia nantinya tidak bisa menerima kenyataan dan malah menyesal. Aku sudah sering kali berkata seperti itu, namun Ghea malah mengabaikannya.

“Aku masuk duluan deh ya? Kamu kalau masih mau ngobrol sama Lendra, ya nggak apa-apa tapi aku tinggal, ya?” aku menoleh, baru sadar kalau dari tadi aku mengabaikan Lhambang. Aku langsung mengangguk mengiyakan, baguslah. Aku sedang malas bersama dengan Lhambang sebenernya, jadi setelah dia mengusap kepalaku dan tersenyum manis, dia langsung berpamitan kepada Syailendra dan berjalan masuk ke dalam kantor.

“Ghea nggak akan kenapa-kenapa.”

“Iya, gue harap juga gitu, sih.”

“Lo nggak ke kantor?” aku bertanya kepada Syailendra karena aku kasihan dan bingung harus berbicara apa lagi untuk membuat Syailendra paham bahwa dia tidak perlu mengkhawatirkan Ghea dengan berlebihan.

“Bentar lagi lah, lo udah mau masuk emang?” aku menggeleng dengan semangat, ngapain juga aku buru-buru masuk kalau waktu masuk kantor saja masih ada dua puluh menit lagi. Lebih baik, aku mengobrol-ngobrol sebentar dengan Syailendra.

“Lo hari ini lagi nggak pake make up ya, Tiss?”

“Iya nih, lagi malas. Kenapa?” Syailendra hanya menggeleng, sementara aku tertawa kecil melihat tingkahnya.

Lucu deh dia ini kalau lagi khawatir.

“Lo cantikan begini.”

“Hah?” aku melotot panik ketika mendengar kalimat Syailendra barusan, selama aku mengenalnya. Baru kali ini dia mengatakan aku cantik.

“Lo cantikan begini, kalau make up muka lo jadi lain. Tapi kalau begini, keliatan lebih alami. Sama kayak Ghea, sebenernya gue lebih suka lihat dia tanpa make up, tapi dia selalu pake make up kalau ketemu gue seolah-olah dia selalu ingin gue ngerasain rindu sama dia.” Senyum lemah ku langsung muncul begitu saja, Syailendra memang seperti ini. Selalu memuji Ghea dan mengagung-agungkan Ghea.

“Lo sesayang itu ya, Ndra. Sama Ghea?” Syailendra tersenyum sangat lebar, andai saja senyum itu akan selalu aku lihat hanya untukku mungkin aku akan menjadi perempuan paling beruntung di dunia ini.

“Iya, gue sesayang itu sama Ghea, Tiss.” Syailendra tersenyum sangat lebar, tulus dan menenangkan. Oh God, aku suka dia tapi dia masih gagal move on dari temanku. Payah.

*****

Related chapters

  • Aku Melihatmu Saat Melihat Bunga   10 | Pengamat Jauh

    Ghea"Lah, lo di sini, Ghe? Itu si Lendra nyariin lo juga." Aku hanya tersenyum bodoh saja waktu Lhambang datang menghampiriku yang sedang berdiri di loby dalam kantor dengan tampang bingung.Seneng sih aku bisa melihat wajahnya pagi-pagi gini, apalagi yang barusan aku lihat itu wajahnya Lhambang yang imut abis. Saat dia menghampiriku dengan ekspresi wajah seperti itu rasanya aku ingin sekali berlari menghampirinya lalu menciumi kedua pipinya gemas, tapi aku sadar diri jika itu dosa. Itu hanya pemikiran liarku saja yang mungkin nanti akan berubah menjadi kenyataan, yah 'kan, apa salahnya kita berdoa dulu. Siapa tahu Tuhan mengabulkan doa kita dengan cepat bisa jadi kita juga 'kan yang akan bahagia nantinya? Lagi pula, siapa sih orang yang tidak akan bahagia jika keinginannya yang sudah lama ia pendam terkabul?Semua orang di dunia ini

  • Aku Melihatmu Saat Melihat Bunga   11 | Aku Cemburu?

    Tissa"Yaaahhh, ketemu lo lagi ketemu lo lagi gue." Aku yang sedang mengetikan pesan untuk Lhambang mendadak menjadi tersenyum lebar dan mengunci layar ponselku dengan segera, bodo amat deh dengan Lhambang. Manusia dihadapanku ini lebih menarik soalnya."Hahaha .... iya nih, bosen nggak lo ketemu gue terus?" Dia menjawab sembari memasukan kedua tangan pada saku celannya, senyumnya lebar dan ganteng abis.Kadang kalau lagi punya pikiran begini aku suka istighfar dalam hati, yaiyalah aku istighfar orang yang lagi aku puji-puji dan kagumi ini adalah pacar orang lain. 'Kan, kalau begini kedengarannya aku seperti cewek gatel yang nggak punya kerjaan lain selain gangguin cowok orang. Tapi mau bagaimana lagi, katanya 'kan, selama janur kuning belum melengkung ya hajar saja terus. Lagi pula Ghea ini juga nggak ada otak sih, udah dapat cowok yang sempurna macem Syaile

  • Aku Melihatmu Saat Melihat Bunga   12 | Curhatan Hati Sadboy

    SYAILENDRATahu ah, gondok aku sama Tissa. Bisa-bisanya dia berbicara seperti itu, ya itu memang haknya sih. Dia mau berbicara seperti apa juga itu haknya, hanya saja seharusnya dia bisa sedikit saja lebih prihatin gitu kepadaku. Saat ini 'kan aku sedang dalam kondisi patah hati, meskipun aku nggak tahu pasti dia tahu atau tidak kondisiku saat ini tapi setidaknya mbok ya dia jangan tarlalu kejam gitulah bicaranya kepadaku. Aku saja tadi saat dia berbicara seperti itu langsung diam dan tidak bisa berkata apa-apa lagi, karena jujur aku merasa tertampar saat Tissa mengatakan kalimat panjang kali lebar itu kepadaku tadi.Jadi yang tadi aku lakukan padanya hanyalah diam, balik badan dan pergi begitu saja dengan tampang bodoh bin tolol yang pernah aku punya. Padahal aku tahu, Ghea ada di dalam. Sedang memandangi kami dari balik pintu loby, aku tahu tapi aku pura-pura tidak

  • Aku Melihatmu Saat Melihat Bunga   13 | Jadinya Gini?

    GheaAku baru saja tiba di kantor setelah bergulat dengan kantukku pagi-pagi buta begini. Bagaimana tidak, sudah beberapa hari ini aku berangkat dari rumah subuh buta karena menghindari Syailendra Akbar Gibran, mantan pacarku yang belum bisa move on dariku. Merepotkan? Tentu saja iya, perkara aku yang tidak mau pergi dan pulang dengannya aku jadi harus mengorbankan diriku sendiri beberapa hari ini. Bangun subuh, berangkat pagi-pagi buta dan sampai di kantor dengan keadaan kantor masih sepi begini. Aku heran dengan Syailendra, kenapa ya dia susah sekali move on padahal aku sudah jungkir balik membuat dia benci kepadaku, harus aku apakan ya dia?Aku tidak mau mempunyai hubungan buruk dengannya, biar bagaimana pun juga sebenarnya Syailendra itu orang baik. Dia memperlakukan aku dengan baik dan dia juga dari keluarga baik-baik, jadi aku sama sekali tidak ingin mempunyai hubungan

  • Aku Melihatmu Saat Melihat Bunga   14 | Jumat Berkah

    Tissa"Lah, gue nggak salah lihat ini?" Aku mengusap-usap mata beberapa kali, saking tidak percayanya dengan apa yang aku lihat saat ini. Syailendra? Di teras rumahku? Pagi-pagi ini? Dia salah alamat atau bagaimana ya?"Udah siap lo?""Udah, kenapa lo ada di sini pagi-pagi gini, Ndra?" Aku duduk di kursi sebelahnya, tempat yang tadi di duduki Ayahku untuk menemani Syailendra."Mau jemput lo, lo hari ini nggak berangkat bareng Lhambang, 'kan?" Tanyanya, Syailendra mengalihkan pandangannya ke arahku."Tumben, ada angin apa?""Angin sepoy-sepoy. Serius nih, lo berangkat barenga cowok lo nggak?" Alis Syailendra bertaut, sepenasaran itukah dia dengan jawabanku?"Enggak, dia masih

  • Aku Melihatmu Saat Melihat Bunga   15 | Percakapan Pagi

    SyailendraAku tidak menyangka jika Tissa memang bisa selucu ini, kupikir dia hanya akan bersikap galak dan kalau ngomong suka nggak ngenakin aja. Tapi tadi aku sedikit mau ketawa ngakak saat melihat tingkah konyolnya, kok bisa-bisanya ya dia seambigu tadi. Orang lain mungkin akan berpikir negatif tentang kata yuk yang aku ucapkan tadi, dan Tissa salah satu dari orang lain yang berpikir negatif itu.Maksudku tadi saat mengatakan yuk padanya artinya aku mengajaknya berpamitan kepada orang rumahnya, masa iya aku datang bersalaman dengan Ayahnya dan pulang main slonong boy saja 'kan tidak sopan. Biarpun kurang iman gini aku masih tahu adat dan sopan santun kali.Tapi Tissa malah menganggap yuk ku yang tadi adalah yuk yang lain, kalau aku pacarnya saat ini mungkin yuk yang kumaksudkan a

  • Aku Melihatmu Saat Melihat Bunga   16 | Gagal PDKT

    GheaRencana PDKT? Bubar jalan.Aku sudah mempunyai niat untuk menjenguk Lhambang nanti sore selepas pulang bekerja, tadinya aku memang akan mengunjungi dia kemarin tapi kemarin aku sibuk sekali. Lembur pula, jadi aku tidak bisa menjenguk Lhambang kemarin. Dan sepertinya hari ini pun aku gagal untuk menjenguk Lhambang, kenapa? Orang yang mau aku jenguk rupanya sudah masuk saat ini. Jadi, untuk apa aku menjenguknya kalau dia saja sudah masuk. Lhambang memang masih terlihat sekali tidak enak badannya, wajahnya masih pucat dan aku masih terlalu khawatir dengan kondisinya. Kalau masih sakit begitu untuk apa juga dia masuk kerja? Lebih baik dia istirahat saja di rumah.Lhambang yang aku tahu memang gila kerja, dia anak sulung dari keluarga yang sederhana. Jadi aku mewajarkan jika dia gila kerja, dia pasti ingin memberikan khidupan yang baik

  • Aku Melihatmu Saat Melihat Bunga   17 | Nggak Apa-Apa Katanya

    GheaAku nggak terlalu mikirin juga sih soal kata-kata Lhambang tadi pagi yang katanya nganter Ghea karena kebetulan ketemu di jalan. Tadi, saat aku kebingungan setengah mampus karena takut Lhambang marah kepadaku karena aku menjelek-jelekan Tissa secara langsung. Aku malah dibuat terkesima kepadanya karena dia malah bilang Tissa kadang emang suka ngelengkelin sih, Ghe. Wajar kalau sekarang lo marah karena Tissa bersikap begini sementara lo tahu gue lagi sakit. Gila, aku pikir tadinya Lhambang malah akan marah dan memakiku, tapi dia malah bilang begitu dan lalu berkata nggak apa-apa, nggak usah dipikirin. Gue nggak marah, santai aja.Tadinya kami memang akan langsung makan dikantin bersama, tapi sebuah mobil yang sangat aku kenali berhenti di lobi. Aku dan Lhambang sempat berhenti karena terkejut salah satu orang yang turun dari mobil itu adalah Tissa, orang

Latest chapter

  • Aku Melihatmu Saat Melihat Bunga   56 | Pedih

    GHEAAku dibawa ke rumah sakit oleh Tissa dan juga Syailendra, apa yang mereka pikirkan saat menolongku aku tidak tahu. Yang aku tahu adalah Tissa yang menangis saat dia melihatku di dalam kamar dalam kondisi yang tidak mau aku jelaskan, lalu dia pun menangis sepanjang jalan menuju rumah sakit. Dia terus mengusap punggungku tanpa mengatakan apapun, karena mungkin memang hanya itulah yang bisa dia lakukan, mengusap punggungku dan kemudian menangis. Syailendra tidak berbicara apapun padaku, sampai saat ini sampai kami tiba di rumah sakit dia tidak berbicara apapun padaku. Di UGD ini, aku hanya di temani Tissa, Syailendra sedang berada di luar ruangan menunggu Ibuku datang.Padahal aku sudah mengatakan kepadanya kalau dia tidak usah memberitahu kan Ibuku soal kondisiku saat ini, dan memang benar dia tidak memberitahukannya kepada Ibuku tapi dia malah memberitahu kakakku, jadilah sekarang Ibuku mengetahui bagaimana kondisi anak bungsunya saat ini. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana hi

  • Aku Melihatmu Saat Melihat Bunga   55 | Perasaan Tidak Nyaman

    TISSAAku berkali-kali mendapati Syailendra bergerak gelisah saat mengemudi. Berkali-kali pun jawabannya saat menanggapi obrolannya denganku tampak tidak nyambung, singkatnya. Syailendra sedang tidak fokus saat ini dan sialnya aku tahu kenapa dia jadi tidak fokus seperti itu. Berkali-kali aku memikirkannya, berkali-kali itu juga aku jadi kesal dibuatnya.Aku tidak bertanya kenapa kakaknya Ghea menelpon dan mengirimnya pesan, telponnya memang tidak dia angkat tetapi pesannya dia baca sehingga hal itulah yang membuat aku jadi kesal sendiri sebab setelahnya Syailendra terlihat sekali tidak fokus saat ini. Untungnya, hanya aku yang ikut di mobil Syailendra kalau betulan Mamaku juga ikut disini, bisa dipastikan suasana akan berubah menjadi canggung.Sejujurnya, aku penasaran sekali tentang apa isi pesan kakaknya Ghea kepada Syailendra sehingga pesan itu bisa membuat Syailendra menjadi seperti ini. Tapi, disatu sisi pun aku merasa bahwa aku tidak berhak bertanya sebab aku bukan siapa-siapa

  • Aku Melihatmu Saat Melihat Bunga   54 | Panggilan Mendadak

    SYAILENDRAPagi hujan, siang cerah. Kondisi cuaca Jakarta memang tidak bisa dipresiksi semaksimal mungkin, aku hampir saja merutuki cuaca karena mereka hari ini aku terpaksa datang dengan salah konstum. Kalau tahu siang hari ini tidak akan turun hujan juga seperti pagi hari tadi, mana mau aku datang ke kedai kopi kakaku dengan swetter panas begini.Yah, tapi apa mau dikata deh. Sudah kejadian, lagipula mau datang pakai baju apapun aku, aku yakin aku masih dan akan sangat terlihat tampan.Hahaha ...Kok aku geli sendiri ya mendengarnya? Biarlah, aku kan jomlo, tidak ada yang memuji aku ganteng lagi sekarang jadi biarkan saja aku memuji diriku sendiri saat ini."Kenapa sih?""Hah? Apa? Apa yang kenapa?""Kamu kenapa?""Aku?" aku menunjuk diriku sendiri saat Tissa bertanya aku kenapa, aku kamu dengan Tissa memang hal yang baru tapi entah kenapa aku nyaman dengan kata ganti Lo-Gue diantara kami ini. "Aku kenapa?""Kayak orang bingung." Tissa menggaruk kecil hidungnya, kemudian melemparkan

  • Aku Melihatmu Saat Melihat Bunga   53 | Hujan Hari Minggu

    GHEAMalam minggu kemarin, aku tidak pulang ke rumah Ibuku. Aku juga tidak masuk lembur, padahal hari sabtu kemarin adalah hari dimana aku seharusnya bekerja lembur tapi aku tidak melakukannya sebab Lhambang tidak memperbolehkan aku untuk pergi ke kantor. Jadi, dari pada wajahku kena tampar lagi olehnya lebih baik aku menurut saja dan mengatakan kepada pihak kantor kalau aku sedang sakit.Yah, walaupun aku tidak menjamin alasan itu akan diterima oleh atasanku mengingat lembur kemarin adalah aku yang meminta sendiri dan aku juga yang membatalkan senaknya. Aku meminta lembur karena aku butuh uang lebih diakhir bulan nanti, tentu saja untuk mengganti uang yang aku pinjam untuk Lhambang, aku berjanji untuk menggantinya meskipun aku meminjam uang tersebut kepada kakakku."Ghe?" Itu suara Lhambang, yang baru saja terbangun dari tidurnya.Dengan langkah cepat aku menghampiri Lhambang di dalam kamar, aku tidak mau kena omel lagi hanya karena aku terlalu lama menghampirinya padahal katanya jar

  • Aku Melihatmu Saat Melihat Bunga   52 | Efek Jatuh Cinta

    TISSASelimut yang masih menyelimuti tubuhku, pendingin ruangan yang masih menyala serta hujan yang mengguyur bumi menjadi saksi bahwa hari mingguku kali ini benar-benar sangat nyaman. Masih menscroll media sosial, dari satu aplikasi lalu ke aplikasi berikutnya jam sembilan pagi ini aku masih betah tidur-tiduran diatas kasurku.Tumben sekali, biasanya Ibuku akan masuk kamar lalu menyuruhku untuk bangun. Setidaknya untuk membantunya membereskan rumah yang sebenarnya selalu rapih ini atau sekedar olahraga bersama keliling komplek dan berakhir singgah di pasar untuk membeli kebutuhan rumah. Tapi hari minggu kali ini agak berbeda, sedikit lebih tenang dan sedikit lebih membahagiakan karena ketika aku bangun ada satu pesan yang selalu aku mimpikan untuk masuk ke dalam ponselku ketika pagi tiba. Yap! Chat dari Syailendra yang berhasil membuat pagiku yang sedang mendung ini menjadi lebih berwarna.Pesannya memang bukan sebuah pesan yang romantis, dipesan itu Syailendra hanya membalas pesanku

  • Aku Melihatmu Saat Melihat Bunga   52 | Tak Sengaja

    SYAILENDRAHari ini aku berjanji untuk berkunjung ke rumah Tissa, tapi sebelum berkunjung aku sudah menyempatkan diri datang ke tukang martabak pinggir jalan. Bukan abang-abang yang sedang berdagang di pinggir jalan melainkan di sebuah toko yang letaknya kebetulan berada di pinggir jalan, katanya ayahnya Tissa sangat suka martabak telur di tempat ini sebab itulah aku membelikannya martabak telur saja sebagai bawaanku malam ini. Karena aku bingung, apa yang harus aku bawa ke sana. Niatku hanya ingin bertamu karena Ibunya Tissa mengundangku untuk makan malam, jadilah aku ke sana malam hari ini selepas pulang bekerja. Ini pun aku datang agak telat, biasanya memang aku pulang sore tetapi tadi ada sedikit pekerjaan yang harus aku selesaikan hari ini juga makanya aku datang agak terlambat sedikit."Ndra!" Seseorang memanggil namaku dari arah belakang, ketika aku menoleh. Aku sudah menemukan seseorang yang sangat aku kenali sekali.Karena itulah, sembari tersenyum aku melangkah mendekatinya

  • Aku Melihatmu Saat Melihat Bunga   51 | Pada Akhirnya

    GHEAPada akhirnya Lhambang mengantarkan aku pulang ke rumah, dengan mengancam perihal mobil yang akan aku ambil barulah dia mau mengantarkan aku pulang ke rumah. Sepanjang jalan menuju rumahku ini dia terus-terusan mengoceh perihal ini dan itu membuatku makin malas untuk meladeni dirinya. Bukan, ini bukan pekara aku yang sudah tak cinta lagi dengannya tapi ini perkara harga diri. Sampai saat ini aku masih menyukainya, saat ini aku hanya sedang memberikan pelajaran saja bagi dirinya kalau dia tak boleh semena-mena dengan diriku karena semua yang dia pakai dan gunakan saat ini adalah milikku. Jadi satu-satunya orang yang boleh sombong dan semena-mena itu adalah aku."Kamu masih marah sama aku?" Sambil menyetir, dia menoleh padaku sesekali untuk melihat ekspresiku saat ini. "Ghe?""Hmm?" Tadinya aku masih enggan untuk menyahuti dirinya t

  • Aku Melihatmu Saat Melihat Bunga   50 | Anggap Ini Cobaan

    GHEATiada satupun dari kita yang selalu tertawa tanpa hadirnya air mata. Namun Allah tak akan menguji hamba-Nya melebihi kadar kemampuan nya. Aku selalu ingat ketika Syailendra ceramah mengenai hidup manusia, dulu ketika Syailendra mengatakan kata-kata bijak perihal hidup aku tak pernah sama sekali mendengarkan apa yang dia katakan dengan seksama. Tapi kadang-kadang kata-katanya itu bisa masuk ke dalam pikiranku dengan sendirinya, membuat aku berpikir kalau apa yang dia katakan itu sebenarnya memang benar. Akunya saja yang selama ini menolak ini dan itu perihal perkataannya padahal perkataannya itu adalah benar, sangat-sangat benar dan memang fakta."Udah?" Aku menoleh pada Lhambang yang baru saja keluar dari kamar mandi."Apanya yang udah?""Transfer ke aku, udah belum?" Katanya santai sambil

  • Aku Melihatmu Saat Melihat Bunga   49 | Bincang Malam

    SYAILENDRADulu waktu umurku masih belasan tahun, sering berkata kepada teman-temanku kalau nanti ketika aku ingin menikah aku pasti tak perlu pusing mengajak wanita manapun untuk menikah. Aku tampan, aku kaya. Keluargaku baik, aku juga bukan tipekal orang yang suka macam-macam. Siapa yang tak mau denganku? Pastilah mau, karena pada saat kita ada di umur-umur belasan tahun sesorang hanya akan mengagumi orang lain hanya dari kemewahan. Ketulusan hati? Tak perlu, pada umur-umur belasan tahun aku tak pernah memikirkan perihal hati. Semuanya dengan mudah bisa aku dapatkan kalau aku kaya dan hidup berkecukupan, wanita manapun pada saat umur belasan tahun pasti akan memikirkan hal yang sama.Tapi diumurku yang sekarang, yang hampir mencapai angka tiga, saat ini aku lebih memilih mengagumi seseorang karena ketulusan hatinya. Sebab itulah mungkin saat ini aku selalu gagal perihal per

DMCA.com Protection Status