Helen menunjukkan ekspresi kecewa. Doni memiliki ambisi besar, bahkan sangat sombong, kelak prestasinya pasti ada batas. Kalau begitu, perbedaan jarak antara mereka akan makin jauh.Helen hanya menghela napas karena masalah banyak bicara dengan Doni, bahkan merasa tidak sefrekuensi. Awalnya Helen ingin menolak sup walet itu karena sikap Doni itu, tapi terpikir dia sengaja membawa kemari untuk dirinya dengan niat baik. Helen pun mengambilnya dan makan.Doni tersenyum. "Walet sangat baik untuk kencantikan. Kamu memang sudah sangat cantik, tapi kamu yang sudah berusaha sampai hari ini harus lebih cantik dari semalam, bahkan besok harus lebih cantik dari hari ini.""Jangan gombal lagi, aku sudah selesai makan. Kamu kembali ke Kediaman Cahyo dulu. Karena kamu mau mengobati orang, kamu harus lebih serius.""Hahaha. Baik, istriku!"Doni mengambil mangkok itu dan berjalan ke Kediaman Cahyo dengan senang.Helen hanya menghela napas, sebaiknya mereka harus segera berpisah, karena ada baiknya unt
Polisi wanita jangkung itu memandang Doni sambil terkejut.Doni juga tersenyum lalu berkata, "Hei, kebetulan kita bertemu lagi."Polisi wanita itu adalah Lucinta yang Doni temui di rumah sakit kemarin. Raut wajah Lucinta terlihat aneh. "Kamu lagi!"Doni mengangkat bahunya. "Ya, aku! Takdir mempertemukan kita lagi, 'kan?"Begitu melihat mereka berdua saling kenal, Jerry tiba-tiba berpikir. "Kalian saling kenal, kamu nggak akan menutupi perbuatan busuknya, 'kan? Dia penipu! Penipu yang menipu Keluarga Cahyo!""Aku penipu? Aku menipu siapa?"Jerry mendengus."Kamu meminta Calvin minum alkohol untuk menyembuhkan kanker, bukankah kamu penipu?""Kamu menambahkan beberapa bahan herbal ke dalamnya, ini juga minuman keras!""Bolehkah pasien kanker minum alkohol?""Alkohol menyebabkan kanker!""Kamu menyuruh Calvin minum itu, bukankah kamu penipu?""Pak Jerry!" Raut wajah Harris pucat lalu segera menyela, "Aku yang memanggil Dokter Doni untuk mengobati penyakit, nggak ada hubungannya denganmu! P
Calvin meludahi Jerry lagi. "Untung saja aku memercayaimu! Aku hampir membuatmu terbunuh! Pak Doni sudah lama memperhatikan bahwa aku sakit, tapi kamu bersikeras mengatakan bahwa aku baik-baik saja. Sekarang kamu masih nggak tahu malu ingin bilang bahwa Tuan Muda Doni penipu? Cepat pergi dari sini, kalau nggak, aku nggak akan sungkan lagi!""Sebaiknya kalian bicara baik-baik." Lucinta mengingatkan, lalu melambaikan tangannya ke arah kedua rekannya. "Ayo pergi, kita sudah nggak ada urusan di sini.""Jangan pergi!" Jerry segera menghentikan mereka bertiga. "Pokoknya, pria itu melakukan malapraktik! Ilegal! Kalian jangan mengabaikannya! Kalau nggak, aku akan mengekspos kalian dan penipu itu! Aku beri tahu kalian, aku punya kenalan di kantor surat kabar!"Lucinta mengerutkan kening. Jerry ini seperti plester yang benar-benar menempel pada mereka.Namun, jika terobsesi dengan peraturan, tindakan Doni juga diduga melanggar hukum. Lucinta pun merasa bimbang.Doni tersenyum tipis. "Siapa bilan
Harris dengan hormat menyerahkan barang di tangannya kepada Doni. "Pak Doni, terimalah. Ini biaya pengobatan untukmu!"Ketika melihatnya, Doni menghela napas, Harris benar-benar rela memberikan segalanya.Harris mengeluarkan cek sebesar 40 miliar, ditambah 5 persen saham Grup Harris.Nilai barang-barang ini jelas melebihi cakupan biaya pengobatan. Tujuannya adalah untuk tetap berhubungan dengan Doni.Doni juga tahu bahwa Harris pasti mengetahui latar belakangnya.Bagaimanapun, Harris pernah bertemu dengannya di Kompleks Setia Masa I sebelumnya. Jika dengan sengaja mengumpulkan informasi di area ini, Harris masih bisa mendapatkan beberapa informasi berguna.Hari itu di tempat Tuan Herman, banyak orang melihat Irene dan Doni kakak beradik. Tidak mengherankan jika orang banyak berbicara dan sampai ke telinga Harris.Setelah melihat ekspresi serius Doni, Harris dengan cepat berkata dengan hormat, "Aku benar-benar merasa nggak bisa membalas kebaikan Pak Doni pada Keluarga Cahyo. Terimalah c
"Ya ... Cherry yang menelepon. Dia bilang ingin mentraktirmu makan. Kamu telepon saja Cherry.""Aku nggak perlu meneleponnya, kamu saja yang bilang. Sudah hampir waktunya makan, ayo pergi bersama."Helen menggelengkan kepalanya, "Aku sudah bilang aku nggak pergi, kamu saja yang pergi. Lagi pula, nggak ada masalah serius yang harus kamu lakukan di perusahaan. Aku akan memberimu hari libur.""Oke, oke, kalau begitu aku akan meneleponnya.""Ya, berhati-hatilah dengan ucapanmu! Jangan menimbulkan masalah di luar!" Helen bertanya dengan cemas, "Terutama pada Cherry, hilangkan amarahmu, perhatikan citramu dan ...."Doni tersenyum pahit. "Istriku, kamu khawatir sekali terhadapku.""Apa kamu membuatku tenang?" Helen bertanya, "Katakan padaku, sudah berapa lama, berapa banyak masalah yang kamu timbulkan? Kamu membuat semua orang gelisah!""Oke, oke ...." Doni tidak punya pilihan selain menyerah. "Aku akan lebih memperhatikannya lagi. Lebih baik kamu ikut denganku saja? Kamu terlihat khawatir."
Cherry menahan rasa malunya dan berkata, "Sebelumnya kamu juga pernah melihatnya, kamu adalah seorang dokter, jadi nggak apa-apa."Doni menarik tangannya dan berkata, "Periksa saja denyut nadinya. Kancingkan saja pakaianmu. Kanker bukanlah penyakit yang mengarah pada satu bagian saja, ini adalah kondisi fisik secara keseluruhan.""Oh ...." Cherry diam-diam merasa tertekan, persiapannya sia-sia.Doni memeriksa denyut nadinya dan mengangguk. "Nggak apa-apa. Kondisi fisikmu sangat baik. Apa kamu sudah pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan?""Sudah." Cherry tertawa, "Dokter ketakutan, lalu segera memeriksa mesin mereka. Aku pun tertawa terbahak-bahak!"Sambil tertawa, Cherry menepuk dada Doni dan dengan sengaja mendekat padanya.Segera, pahanya menempel di kaki Doni.Begitu merasakan kehangatan di kakinya, Doni melirik pahanya yang dibalut stoking hitam, hanya bisa menelan ludahnya.Cherry memperhatikan sesuatu dan diam-diam merasa senang. Apa Doni akhirnya bereaksi? Cherry sengaja memind
"Aku akan memesan makanan, menunya ada di atas meja, kamu pesan lagi saja.""Nggak perlu!" Doni tersenyum, "Aku ingat kamu pandai memesan, aku suka makan semuanya. Sajikan saja, aku lapar sekali."Cherry memanggil para pelayan dan meminta mereka menyajikan hidangan.Awalnya ingin mengobrol sambil makan, tetapi setelah makanan disajikan, Cherry menyesalinya.Doni seolah-olah punya dendam terhadap makanan itu, melahapnya dan hanya fokus makan. Entah apa yang dikatakan Cherry, jawabannya tidak pernah melebihi tiga kata.Setelah mendengarkan suara mengunyah Doni, Cherry akhirnya juga mengikuti perilaku Doni."Hehe ...."Tawa Doni mengganggu kesibukan Cherry.Cherry mengangkat kepalanya lalu berkata, "Kenapa kamu tertawa?""Nggak apa-apa! Menurutku enak sekali makan bersamamu."Cherry merasa senang. "Benarkah? Kenapa?""Enak sekali makan bersamamu!" Doni berkata sambil tersenyum, "Kamu nggak seperti gadis-gadis lain di kota yang makan dengan sok elegan, benar-benar membuatku muak! Melihat b
Melihat keheningan Doni, Cherry bertanya-tanya, "Ada apa? Apa yang kamu pikirkan?""Bukan apa-apa, aku hanya merasa ada yang nggak beres dengan Keluarga Wongso.""Ada yang salah!" Cherry berkata, "Sepupu aku dan yang lainnya sudah mengumpulkan dana, tetapi mereka belum melihat kemajuan apa pun dalam proyek ini! Semua aset tetap keluarganya sudah digadaikan! Menyedihkan sekali! Bagaimana kalau proyek gagal, bukankah keluargaku akan hancur?"Doni mengusap dagunya. "Ada yang aneh dalam hal ini, apa yang sebenarnya mau Keluarga Wongso?"Cherry meliriknya dan berkata, "Kalau begitu, biar aku bantu cari tahu.""Oke, terima kasih.""Kalau ada informasi yang berguna bagimu, traktir aku makan saja.""Oke, nggak masalah! Kamu suka makan apa?""Apa saja, kamu pilih saja.""Nggak apa-apa!""Kamu suka makan apa?" tanya Cherry."Ramen," kata Doni dengan antusias, "Ada kedai makanan di jalan menuju Grup Kusmoyo. Ramen di sana paling enak!"...Cherry merasakan gelombang depresi mengalir langsung ke