Doni membuka buku catatan, menulis resep di atasnya dan menyerahkannya kepada Jena. "Nggak perlu pergi ke rumah sakit. Ikuti saja resep ini dan oleskan obatnya."Jarson terkejut dan berkata, "Kamu paham dunia medis?""Aku dokter terbaik di wilayahku.""Kalau begitu ... obat ini nggak mahal, 'kan?"Doni tersenyum dan berkata, "Ini lebih murah daripada kamu periksa ke rumah sakit.""Hehe!" Jarson berkata sambil tersenyum, "Baiklah!""Doni." Jena tampak bersyukur. "Terima kasih banyak untuk hari ini.""Jangan katakan itu." Doni melambaikan tangannya, "Aku belum melampiaskan dendam kalian. Tunggu saja lain hari, aku akan membalas tamparan yang kamu terima!""Ah?" Jena terkejut. "Jangan lakukan ini! Aku nggak marah lagi! Sungguh! Jangan berkonflik dengan orang seperti itu, kamu akan menderita!"Doni tersenyum dan berkata, "Di dunia ini memang ada yang bisa membuatku menderita, tapi mereka jelas bukan Keluarga Hartadi! Sudahlah, cepat beli obat, panaskan secepatnya, agar bisa mengurangi pemb
Wah!Terjadi kegemparan di ruang perjamuan dan semua orang tercengang."Ya ampun, ini adalah karya asli seniman berbakat dari Dinasti Waka dan Walika!""Se ... semua ini adalah benda langka yang memenuhi syarat untuk masuk Museum Nasional!""Murah hati! Benar-benar murah hati!""Ini hadiah dari Keluarga Kusmoyo, Keluarga Kusmoyo yang mana?""Lihat, di sana, di sana!"Di salah satu bagian ruang perjamuan, Bernard tersenyum dan memberi isyarat kepada semua orang. Dia belum pernah merasa seluar biasa ini sebelumnya. Perasaan menjadi pusat perhatian membuatnya berdebar dan tubuhnya sangat ringan seolah akan terbang.Sherline yang berdiri di sampingnya juga menyapa semua orang dengan ekspresi bangga di wajahnya.Helen tidak suka dikelilingi oleh kerumunan dan sengaja menjaga jarak dari mereka, tetapi tidak ada yang menyadarinya."Pak Bernard, hebat sekali!""Nggak kusangka ternyata kamu punya barang sebagus itu!""Grup Kusmoyo sangat berkuasa!"Mendengarkan pujian semua orang, wajah Bernard
Begitu kata-kata ini terlontarkan, pandangan semua orang terhadap Bernard berubah. Tadi mereka sangat memujinya, tetapi sekarang mereka meremehkannya."Licik sekali! Ternyata mereka memberikan lukisan palsu!""Benar! Bukankah ini mempermalukan Grup Harris?""Kalau Tuan Muda Jack nggak menunjukkannya, akan sangat memalukan begitu Grup Harris menggantungkan lukisan palsu itu!""Keluarga Kusmoyo! Ternyata nyali mereka begitu besar!"Wajah Bernard menjadi merah padam. Awalnya dia sangat percaya diri dengan lukisan itu, tetapi dia terguncang setelah mendengar apa yang Jack katakan dan berkata dengan tergagap, "Ma ... mana mungkin ini palsu? Jelas-jelas sudah diverifikasi orang!"Jack tersenyum dan menunjuk ke vas porselen biru putih yang dia berikan, "Kalian harus teliti saat mengumpulkan barang antik seperti ini karena banyak sekali yang palsu! Untuk vas porselen ini saja kami sudah ditipu oleh yang palsu setidaknya empat kali sebelum mendapatkan yang asli. Saat ini trik pemalsuan terlalu
Para tamu terkejut ketika mereka mendengar Doni memberinya sebotol arak obat.Benar-benar aneh!Ini adalah upacara pemotongan pita di mal dan kamu malah memberikan arak obat. Apa kamu pikir sedang mengunjungi pasien?Kamu masih memberikannya kepada tuan muda dari Keluarga Cahyo dengan menyebut namanya. Kamu ini sengaja mencari masalah dengan Grup Harris, 'kan?Calvin sedang mengobrol dengan Yacob dan saat mendengar Doni benar-benar memberinya sebotol arak obat, dia nyaris memuntahkan bir di mulutnya."Sialan! Doni si sialan ini, kamulah yang sakit!""Seluruh keluargamu itu sakit!""Kamu sengaja menindas orang, ya?""Kalau bukan karena nggak bisa memukulmu, aku akan menghajarmu sampai mati sekarang juga!"Yacob memasang raut wajah aneh, "Kamu juga punya masalah dengan satpam kecil itu?"Calvin meludah dengan penuh kebencian, "Masalah yang sangat besar! Bajingan itu merebut wanita yang kusukai!""Astaga! Coba katakan padaku!""Itu hal buruk, aku nggak mau membicarakannya!"Yacob terkekeh
"Kok si kampungan ini ada di sini?"Bernard memelototi Doni, wajahnya memerah karena marah.Hari ini semua yang datang adalah tokoh besar. Apakah ini tempat di mana si kampungan bisa datang untuk ikut bersenang-senang?Tidak masalah kalau hanya datang untuk makan dan minum, dia malah memberikan sebotol arak obat sebagai hadiah.Apakah ada yang salah dengan otak bocah ini?Awalnya memberikan lukisan palsu sudah mempermalukan Keluarga Kusmoyo, tetapi mengapa kamu membuat masalah seperti itu? Apakah kamu mencoba membuat Keluarga Kusmoyo menjadi bahan tertawaan seluruh Kota Timung?Bernard menggertakkan gigi dan berkata, "Doni! Apa yang kamu lakukan!? Cepat kemari!"Helen juga sangat kesal dengan Doni."Doni, ini bukan tempat bagimu untuk mengacau!""Kemarilah! Jangan membuat masalah lagi!"Sherline mendorong mereka berdua."Jangan berteriak lagi, apa ini nggak cukup memalukan?""Pergi dan tarik bajingan itu kemari!""Sekalian suruh dia meminta maaf. Kalau nggak, dia akan membuat Grup Harr
Melihat Harris cemas, Arka tidak berani bertanya apa pun lagi dan segera menundukkan kepalanya sambil berkata dengan tulus, "Maaf, aku yang salah. Aku minta maaf kepada kalian."Bernard tidak menyangka hal ini akan terjadi. Dia begitu terharu hingga hampir menangis karena sangat terkesan dengan Harris yang berpikiran terbuka dan langsung melambaikan tangannya, "Nggak apa, kami juga bersalah."Doni tidak bisa menahan diri untuk diam-diam memutar bola matanya. Haist ... sungguh memalukan memiliki ayah mertua ini.Harris berkata sambil tersenyum, "Pak Bernard terlalu sopan. Pembawa acara ini benar-benar keterlaluan. Dia telah membuat Pak Bernard, Tuan Muda Doni dan Nona Helen marah. Aku akan mengusirnya sekarang juga!""Nggak, nggak perlu ... dia melakukan tugasnya dengan baik." Bernard langsung berkata sambil tersenyum.Doni tidak bisa menahan diri untuk mengerutkan kening. Muka yang baru saja dia selamatkan benar-benar hilang oleh si idiot ini. Kalau bukan karena Helen dan Seno, dia pas
"Beraninya kamu memfitnah vas porselen orang lain sebagai palsu. Konyol sekali!"...Mendengarkan bisikan di sekelilingnya, Harris pun tanpa sadar terlihat malu."Ini ...." Bernard samar-samar menyadari sepertinya dia telah melakukan sesuatu yang bodoh, tetapi amarahnya langsung beralih ke Doni, menyalahkan kampungan ini karena berbicara omong kosong.Helen mengernyitkan dahi dan menatap Doni dengan wajah mencela.Bajingan ini, tidakkah dia tahu kalau berbicara omong kosong akan membuat Keluarga Kusmoyo semakin kehilangan muka?Haist ... memiliki suami seperti ini benar-benar hukuman dari langit.Saat ini Jack berjalan ke samping dengan wajah kesal dan berkata dengan marah, "Siapa yang memfitnah vas pemberianku sebagai vas palsu?"Doni tersenyum, "Aku nggak pernah memfitnah orang, apa yang kamu berikan itu palsu! Sekilas sudah bisa dilihat itu palsu!""Omong kosong!" Jack berkata dengan marah, "Vas ini telah diverifikasi oleh organisasi profesional! Kuperingatkan kamu. Kamu boleh makan
Doni menyadari mata Helen memerah dan tidak bisa menahan tawa, "Jangan khawatir, aku nggak akan kalah dan kamu nggak akan menjanda."Begitu kata-kata itu terlontarkan, Helen merasa ada yang tidak beres.Deen tanpa sadar menggaruk kepalanya, "Uhuk. Maksudku, aku nggak akan meninggalkanmu."Helen merasa tertekan, bajingan ini masih bisa sok. Kata-katanya begitu membingungkan, hidupnya akan hancur kalau tinggal bersamanya dalam waktu lama.Dia mengerutkan kening dan berkata, "Jangan mengacau lagi! Cepat minta maaf kepada semua orang, ayo!""Nggak! Aku harus bertaruh dengannya!""Sudah cukup belum?""Ini akan segera berakhir! Lihat bagaimana aku mengalahkannya!"Kali ini Helen benar-benar marah. Dia mengentakkan kakinya dan berkata dengan wajah dingin, "Oke! Kalau begitu, taruhan kita juga akan berlaku!""Oke! Sepakat.""Bajingan, kamu cuma ingin bercerai!""Aku nggak tega meninggalkan istri cantik sepertimu ini. Tenang saja, aku nggak akan kalah."Saat keduanya berbicara, Jack telah menge
...Ckit!Jip diparkir di sebelah ekskavator, pintu terbuka dan Doni keluar dengan wajah muram.Penduduk desa di sekitar saling memandang dengan terkejut."Ini bukan Kepala Desa!""Siapa dia?""Apa dia kerabat Kepala Desa?"Doni tidak memedulikan orang di sekitar, dia hanya naik ekskavator dan mendekati keduanya.Melihat wajah Denada berlumuran darah, salah satu lengan Helen terkulai dan terlihat ada memar besar di lengan serta tulang selangkanya. Doni pun mengernyitkan dahi dan menatap penduduk desa dengan dingin, penuh dengan niat membunuh.Helen menahan rasa sakit dan menatap Doni, "Kamu sudah datang?""Ya, biar kulihat dulu." Setelah mengatakan itu, Doni mengulurkan tangan dan menekan bagian memar Helen dengan lembut tanpa menunggu reaksinya."Sakit!" Helen tidak bisa menahan diri untuk berbisik, "Dari mana saja kamu!? Kenapa kamu baru datang? Periksa kondisi Denada! Aku baik-baik saja!""Oke!" Doni melihat luka Denada lagi. Mengetahui wanita itu pusing, dia menatapnya lagi dan ber
Amarah penduduk desa tersulut lagi, mereka meninju dan menendang para pekerja serta beberapa satpam. Situasi menjadi kacau lagi.Helen yang terkena batu bata benar-benar kesakitan hingga tidak bisa mengangkat lengannya. Akan tetapi, saat ini dia sama sekali tidak berniat untuk pergi ke rumah sakit dan berteriak dengan cemas, "Hentikan! Jangan berkelahi!"Akan tetapi, suaranya langsung tenggelam dalam kebisingan.Orang-orang dari Grup Kusmoyo juga dipukul mundur oleh penduduk desa."Bu Helen! Bagaimana ini?" Denada cemas, wajahnya menjadi lebih pucat dan air mata bercampur darah mengalir.Helen juga agak bingung. Penduduk desa yang gila ini telah kehilangan akal sehatnya. Tadi saat bertemu masih bisa bicara dengan baik, tetapi sekarang malah benar-benar memukul orang. Situasinya benar-benar di luar kendali.Saat ini beberapa penduduk desa yang memegang tongkat bergegas keluar. Mereka menerobos garis pertahanan yang terdiri dari pekerja dan satpam sebelum sampai di hadapan Helen dan Dena
Denada berteriak ketakutan dan berbalik untuk melarikan diri, tetapi rasa pusingnya begitu luar biasa dan dia langsung jatuh ke lantai setelah berlari beberapa langkah. Sebuah lubang besar juga muncul di stokingnya dan lututnya juga terluka karena jatuh.Tin, tin, tin!Tepat saat beberapa penduduk desa hendak menangkap Denada, klakson mobil terdengar di luar dan Helen tiba.Dia membuka pintu dan keluar dari mobil. Dia melihat lokasi proyek yang kacau dan menggertakkan gigi karena marah. Helen benar-benar kecewa terhadap Doni."Bu Helen ...." Denada merasa seolah telah mendapatkan kepercayaan diri setelah melihat Helen dan berteriak dengan lemah.Helen bergegas mendekat dan membantu Denada, melihat kepalanya berlumuran darah dan wajahnya pucat. Akan tetapi, Doni tidak terlihat di sana. Dia bertanya lagi kepada beberapa pekerja dan mereka semua bilang kalau Doni tidak pernah muncul.Helen tidak bisa menahan amarahnya.Doni ini!Bagaimana gadis lembut seperti Denada bisa menghadapi hal se
Denada perlahan mengangkat kepalanya dan menatap sekelompok penduduk desa yang marah. Wajahnya penuh darah dan sorot matanya dipenuhi dengan ketakutan.Ada luka berdarah sepanjang tiga sentimeter di dahinya dan dagingnya terkelupas.Sebelumnya, dia sedang memeriksa lokasi konstruksi ketika sekelompok besar penduduk desa tiba-tiba muncul. Mereka berkata jalan di desa tersebut dihancurkan oleh kendaraan dari lokasi konstruksi dan orang-orang juga dipukul oleh satpam proyek. Penduduk desa menyuruh Denada untuk menyerahkan si pelaku dan membayar ganti rugi.Denada memberikan penjelasan dan kepalanya dipukul oleh batu bata yang muncul entah dari mana. Para pekerja di lokasi konstruksi agak marah dan bentrok dengan penduduk desa.Meskipun sebagian besar pekerja dan satpam di lokasi konstruksi kekar, mereka tidak mampu menahan jumlah penduduk desa yang sangat banyak dan terpaksa mundur selangkah demi selangkah.Penduduk desa telah memperingatkan kalau mereka tidak menyerahkan pelaku dan memba
Irene menatap Erika. "Sepertinya apa yang Doni katakan masuk akal."Erika berkata dengan kesal, "Kak Irene, kamu juga membantu adikmu menindasku, ya?"Irene tersenyum dan berkata, "Mana mungkin aku berani? Kalian berdua ini adikku. Meskipun bisa dikatakan sebagai keluarga, Doni telah membuat keputusan bulat. Nggak masalah bagaimana mendiskusikan masalah dalam keluarga, jangan sampai menghancurkan keharmonisan."Setelah mendengar ini, Doni pun tidak bisa menahan senyuman. Kata-kata indah ini diucapkan dengan sempurna, tetapi sebenarnya Irene juga menyetujui caranya.Erika tentu saja mengerti dan menghela napas, "Kak Irene, bagaimana kalau aku mengalah sedikit. Bagaimana dengan 6 triliun?"Doni menggelengkan kepalanya, "Nona Erika, aku benar-benar minta maaf. 6 triliun terlalu jauh dari harga yang kuinginkan. Sebenarnya kamu juga tahu kalau aku nggak akan setuju ...."Saat Doni sedang berbicara, ponselnya tiba-tiba berdering. Itu adalah panggilan dari lokasi proyek.Doni menekan tombol j
Saat berbicara, Erika memasang wajah menyedihkan seolah telah mengalami penganiayaan.Irene menjadi semakin bingung, "Ada kesalahpahaman di antara kalian berdua?"Erika berkata perlahan, "Kak Irene, ada sebuah bisnis yang kudiskusikan dengan Doni dengan sangat tulus dan menawarkan harga yang sangat sesuai, tapi Doni malah menolaknya tanpa ampun dan bahkan nggak memberiku kesempatan untuk bernegosiasi.""Bisnis?" Irene tertegun sejenak, lalu tiba-tiba sadar.Dia langsung berpikir ada peluang 80% bahwa apa yang Erika sebut bisnis adalah sebidang tanah di tangan Doni.Seketika, Irene diam-diam mengatakan kalau dia salah perhitungan.Erika adalah putri Damian sang orang terkaya di Kota Timung, Grup Damian juga pasti sudah mengetahui tentang pembangunan zona perdagangan di persimpangan Kota Horia dan Grup Damian. Bukannya mustahil untuk mengetahui tanah tersebut sudah menjadi milik Doni.Grup Damian tidak akan rela melepaskan keuntungan besar ini.Hanya saja kecepatan aksi Erika agak di lua
Doni menyentuh dagunya, "Kalau begitu, kamu harus menyiapkan kacamata berbingkai emas lagi untukku.""Untuk apa kamu pakai itu?""Itu akan membuatku terlihat seperti orang berpendidikan yang diam-diam menghanyutkan.""Hah?" Irene mengangkat alisnya.Doni buru-buru menutup telinganya dan berkata, "Cuma bercanda, cuma bercanda.""Heh! Biar kuberi tahu kamu, hari ini orang yang akan datang adalah temanku. Kalau kamu nggak menghormatinya, itu sama saja dengan kamu nggak menghormatiku," kata Irene dengan wajah dingin, "Kalau dia punya kesan buruk tentang kamu, awas saja aku akan membereskanmu! Lihat pohon di halaman belakang itu? Pohon itu sangat mirip dengan yang ada di dasar gunung saat itu!"Tubuh Doni tanpa sadar menegang dan tanpa sadar teringat adegan saat diikat ke pohon. Irene di depannya tidak lagi terlihat anggun dan malah seperti seorang penyihir yang akan melahapnya."Kak, tenang saja!" Doni buru-buru berkata, "Aku pasti akan memberimu muka!"Saat ini bel pintu berbunyi."Dudukl
Irene menyuruh Doni untuk datang dan dia tidak berani mengabaikannya. Selain itu, Doni tahu Irene tidak akan mencarinya tanpa ada masalah penting. Yang disebut "wanita cantik" yang akan diperkenalkan kepadanya hari ini pastilah orang yang sangat penting.Doni bergegas pergi ke rumah Irene secepat mungkin.Irene sudah menunggu di sana. Karena hari ini akan menerima tamu, dia berpakaian cukup formal. Gaun berwarna cerah membalut tubuhnya, sosoknya terlihat sangat seksi dan perangainya anggun. Akan tetapi, di mata Doni, dia selalu merasa ada hantu kecil yang tersembunyi di balik kecantikan dan keanggunan yang luar biasa itu."Kak, hari ini dandananmu sangat cantik!" Doni bercanda, "Terlihat seperti akan pergi ke kencan buta."Irene memelototinya dan mengulurkan tangan untuk menarik telinganya dengan akurat, "Bajingan kecil, besar sekali nyalimu! Beraninya kamu nggak sopan padaku!?""Maaf, maaf." Doni memiringkan kepalanya dan ditarik ke kamar oleh Irene, "Kak, sebenarnya siapa yang akan k
"Bukankah CEO Grup Damian itu Damian sendiri?" Beni berkata dengan heran, "Damian bukan hanya direktur, tapi juga CEO.""Aneh, mungkinkah itu penipu?" kata Doni sambil mengeluarkan ponselnya untuk memeriksa Internet. Doni menemukan artikel tentang penunjukan CEO baru di berandau Grup Damian dan tiba-tiba mengangguk. "Baru saja diganti, Damian mengundurkan diri. Posisi CEO digantikan oleh Erika yang pulang dari luar negeri.""Pak Doni, apa Grup Damian barusan mencarimu?""Ya! Katanya mereka akan membicarakan bisnis, sore ini aku akan pergi menemuinya." Doni tersenyum dan dengan kasar menebak niat Erika. Doni segera bergumam pada dirinya, benar-benar sasaran empuk....Pada pukul tiga sore, Doni tiba di Kafe Avior sesuai jadwal. Di meja dekat jendela, Doni bertemu Erika.Erika adalah wanita yang sangat cantik. Hari ini Erika mengenakan kemeja putih dengan rok tinggi. Rambut panjangnya diikat rapi di belakang kepalanya, memperlihatkan lehernya yang mulus serta putih. Saat duduk di sana, a