"Tunggu sebentar!"Dalon tiba-tiba berteriak dan kemudian berkata kepada Pak Ahmad."Pak Ahmad, terlalu baik kalau diusir saja!""Nggak bisa memberi mereka bertiga pelajaran yang dalam!""Aku pikir kita harus memberi mereka kenangan dan membiarkan mereka merangkak keluar seperti anjing!"Ketika orang-orang di sekitarnya mendengar ini, mata mereka berbinar."Haha, menarik!""Pak Ahmad, suruh mereka merangkak keluar! Sejak anjingku mati, aku sudah lama nggak melihat anjing merangkak."Ahmad tersenyum menghina pada Doni dan yang lainnya. "Apa kalian dengar? Cepat merangkak seperti anjing!""Tunggu sebentar!" Yacob tiba-tiba mendekat ke telinga Ahmad dan membisikkan beberapa kata dengan suara yang lirih.Ahmad melirik Jena, menunjukkan senyuman yang agak tidak senonoh, mengangguk, lalu menunjuk ke arah Jena."Tuan Muda Yacob bilang bahwa wanita ini mencuri barang-barangnya, cepat tahan ke ruang keamanan! Kalau Tuan Muda Yacob menemukan barang-barang itu, pasti akan dilepaskan!""Keahlian c
Jika tidak melihatnya dengan matanya sendiri, Ahmad tidak akan pernah percaya hal seperti itu akan terjadi.Tatapan mata Doni tiba-tiba menjadi dingin. Doni berjalan ke arah Tuan Muda Yacob tertegun sambil menepuk bahunya. "Kamu baru saja bilang mau mematahkan kakiku, 'kan?"Yacob tiba-tiba terkejut, bulu kuduknya pun berdiri. Yacob dengan cepat mundur dua langkah dengan ketakutan."Hei, jangan kemari!""Kalau kamu berani menyentuh sehelai rambutku, kamu akan mati!""Apa kamu tahu siapa ayahku?"Doni tersenyum jahat."Kenapa ada begitu banyak bajingan di dunia ini yang nggak tahu siapa ayah mereka sendiri?""Apa ibumu sendiri nggak bilang?""Ibumu nggak enak bilang padamu atau memang nggak tahu?"Ugh!Semua orang di sekitar tertawa, suasananya benar-benar sangat memilukan!"Kamu, kamu, kamu ...." Tekanan darah Yacob meningkat dan pelipisnya menjadi kencang. Yacob menggertakkan gigi dan berkata, "Percaya atau nggak, aku akan membunuhmu!""Haha ...." Doni menggelengkan kepalanya dan berk
Tatapan mata Harris menjadi dingin dan sangat malu. Dari mana datangnya anjing bermata empat ini?"Siapa kamu?""Asalmu dari mana?"Dalon mengamati ekspresi Harris dan menemukan bahwa wajah Harris penuh amarah dan diam-diam merasa bangga.Mereka sudah membuat marah tuan rumah, pasti mereka tidak akan selamat!"Pak Harris, aku Dalon dari Keluarga Karno." Dalon berkata sambil tersenyum, "Tentu saja hanya tokoh kelas atas yang bisa menghadiri pesta makan Grup Harris. Tiga orang rendahan seperti mereka ...."Plak!Harris menamparnya, menolak perkataan Dalon dan berkata dengan marah, "Menurutku kamu yang rendahan seperti anjing!"Harris benar-benar kesal. Saat ini, Harris akhirnya bisa mengundang Doni ke pesta makan, tapi diadang oleh si idiot Teddy di pintu. Sekarang malah ada anjing bermata empat yang membuat masalah lagi.Tamu terpenting pada upacara pemotongan pita hari ini hanya bersedia datang karena Tuan Muda Doni!Jika Doni marah dan mengatakan sesuatu di depan orang-orang besar di
Yacob tertawa dengan marah, menunjuk ke arah Doni sambil menatap Harris."Pak Harris, kamu dengar, 'kan? Ini bukan masalah aku menghormatimu atau nggak!""Penjaga keamanan sialan itu berani bicara seperti itu padaku. Ini membuatku sangat kesulitan untuk menghormatimu!""Aku ... Yacob ... nggak suka dengan hal ini!"Harris sangat cemas hingga hampir menangis dan berharap bisa berlutut di hadapan mereka berdua.Saat ini, Calvin, yang mendapat berita itu dan segera berlari. "Ayah mencari aku?"Harris merasa agak tenang, jadi segera menariknya ke samping dan berbisik, "Kamu punya hubungan yang baik dengan Tuan Muda Yacob, tolong bujuk dia! Aku akan pergi dan membujuk Tuan Muda Doni! Pisahkan mereka dengan cepat, jangan biarkan mereka berkelahi. Kalau nggak, entah siapa yang akan rugi dari kedua tuan muda ini, kita semua juga nggak akan bisa menanggungnya!"Sejak tahu bahwa mengejar Helen adalah hal yang mustahil, Calvin telah mencari mangsa baru. Calvin baru saja memulai percakapan dengan
Awalnya, Doni hendak menampar wajah Keluarga Hartadi untuk melampiaskan kemarahannya pada Jena dan Jarson, tapi diganggu oleh Harris.Melihat raut wajahnya yang terlihat suram, Harris merasa sangat tegang."Tuan Muda Doni, maaf. Ini salahku." Harris merendahkan suaranya dan berkata, "Hari ini temanku dari sekolah seni membawa lebih dari puluhan siswa. Mereka semua cukup cantik. Bagaimana kalau aku memintanya datang untuk menemanimu?""Kamu pikir aku ini siapa?" Doni mengerutkan kening dan mendengus, "Arahkan saja pikiranmu ke jalan yang benar. Masalah hari ini nggak ada hubungannya denganmu."Tubuh Harris dipenuhi keringat dingin. Meskipun ekspresi Doni sangat tenang, hal itu secara tidak terlihat memberikan tekanan yang besar padanya.Dengan pengalamannya selama bertahun-tahun dalam berurusan dengan orang lain, Harris menyadari jika tidak dapat menangani masalah ini dengan baik, dirinya tidak akan dapat mempertahankan hubungannya dengan Doni lagi.Bagaimana ini?Pikiran Harris sudah d
Doni membuka buku catatan, menulis resep di atasnya dan menyerahkannya kepada Jena. "Nggak perlu pergi ke rumah sakit. Ikuti saja resep ini dan oleskan obatnya."Jarson terkejut dan berkata, "Kamu paham dunia medis?""Aku dokter terbaik di wilayahku.""Kalau begitu ... obat ini nggak mahal, 'kan?"Doni tersenyum dan berkata, "Ini lebih murah daripada kamu periksa ke rumah sakit.""Hehe!" Jarson berkata sambil tersenyum, "Baiklah!""Doni." Jena tampak bersyukur. "Terima kasih banyak untuk hari ini.""Jangan katakan itu." Doni melambaikan tangannya, "Aku belum melampiaskan dendam kalian. Tunggu saja lain hari, aku akan membalas tamparan yang kamu terima!""Ah?" Jena terkejut. "Jangan lakukan ini! Aku nggak marah lagi! Sungguh! Jangan berkonflik dengan orang seperti itu, kamu akan menderita!"Doni tersenyum dan berkata, "Di dunia ini memang ada yang bisa membuatku menderita, tapi mereka jelas bukan Keluarga Hartadi! Sudahlah, cepat beli obat, panaskan secepatnya, agar bisa mengurangi pemb
Wah!Terjadi kegemparan di ruang perjamuan dan semua orang tercengang."Ya ampun, ini adalah karya asli seniman berbakat dari Dinasti Waka dan Walika!""Se ... semua ini adalah benda langka yang memenuhi syarat untuk masuk Museum Nasional!""Murah hati! Benar-benar murah hati!""Ini hadiah dari Keluarga Kusmoyo, Keluarga Kusmoyo yang mana?""Lihat, di sana, di sana!"Di salah satu bagian ruang perjamuan, Bernard tersenyum dan memberi isyarat kepada semua orang. Dia belum pernah merasa seluar biasa ini sebelumnya. Perasaan menjadi pusat perhatian membuatnya berdebar dan tubuhnya sangat ringan seolah akan terbang.Sherline yang berdiri di sampingnya juga menyapa semua orang dengan ekspresi bangga di wajahnya.Helen tidak suka dikelilingi oleh kerumunan dan sengaja menjaga jarak dari mereka, tetapi tidak ada yang menyadarinya."Pak Bernard, hebat sekali!""Nggak kusangka ternyata kamu punya barang sebagus itu!""Grup Kusmoyo sangat berkuasa!"Mendengarkan pujian semua orang, wajah Bernard
Begitu kata-kata ini terlontarkan, pandangan semua orang terhadap Bernard berubah. Tadi mereka sangat memujinya, tetapi sekarang mereka meremehkannya."Licik sekali! Ternyata mereka memberikan lukisan palsu!""Benar! Bukankah ini mempermalukan Grup Harris?""Kalau Tuan Muda Jack nggak menunjukkannya, akan sangat memalukan begitu Grup Harris menggantungkan lukisan palsu itu!""Keluarga Kusmoyo! Ternyata nyali mereka begitu besar!"Wajah Bernard menjadi merah padam. Awalnya dia sangat percaya diri dengan lukisan itu, tetapi dia terguncang setelah mendengar apa yang Jack katakan dan berkata dengan tergagap, "Ma ... mana mungkin ini palsu? Jelas-jelas sudah diverifikasi orang!"Jack tersenyum dan menunjuk ke vas porselen biru putih yang dia berikan, "Kalian harus teliti saat mengumpulkan barang antik seperti ini karena banyak sekali yang palsu! Untuk vas porselen ini saja kami sudah ditipu oleh yang palsu setidaknya empat kali sebelum mendapatkan yang asli. Saat ini trik pemalsuan terlalu
...Ckit!Jip diparkir di sebelah ekskavator, pintu terbuka dan Doni keluar dengan wajah muram.Penduduk desa di sekitar saling memandang dengan terkejut."Ini bukan Kepala Desa!""Siapa dia?""Apa dia kerabat Kepala Desa?"Doni tidak memedulikan orang di sekitar, dia hanya naik ekskavator dan mendekati keduanya.Melihat wajah Denada berlumuran darah, salah satu lengan Helen terkulai dan terlihat ada memar besar di lengan serta tulang selangkanya. Doni pun mengernyitkan dahi dan menatap penduduk desa dengan dingin, penuh dengan niat membunuh.Helen menahan rasa sakit dan menatap Doni, "Kamu sudah datang?""Ya, biar kulihat dulu." Setelah mengatakan itu, Doni mengulurkan tangan dan menekan bagian memar Helen dengan lembut tanpa menunggu reaksinya."Sakit!" Helen tidak bisa menahan diri untuk berbisik, "Dari mana saja kamu!? Kenapa kamu baru datang? Periksa kondisi Denada! Aku baik-baik saja!""Oke!" Doni melihat luka Denada lagi. Mengetahui wanita itu pusing, dia menatapnya lagi dan ber
Amarah penduduk desa tersulut lagi, mereka meninju dan menendang para pekerja serta beberapa satpam. Situasi menjadi kacau lagi.Helen yang terkena batu bata benar-benar kesakitan hingga tidak bisa mengangkat lengannya. Akan tetapi, saat ini dia sama sekali tidak berniat untuk pergi ke rumah sakit dan berteriak dengan cemas, "Hentikan! Jangan berkelahi!"Akan tetapi, suaranya langsung tenggelam dalam kebisingan.Orang-orang dari Grup Kusmoyo juga dipukul mundur oleh penduduk desa."Bu Helen! Bagaimana ini?" Denada cemas, wajahnya menjadi lebih pucat dan air mata bercampur darah mengalir.Helen juga agak bingung. Penduduk desa yang gila ini telah kehilangan akal sehatnya. Tadi saat bertemu masih bisa bicara dengan baik, tetapi sekarang malah benar-benar memukul orang. Situasinya benar-benar di luar kendali.Saat ini beberapa penduduk desa yang memegang tongkat bergegas keluar. Mereka menerobos garis pertahanan yang terdiri dari pekerja dan satpam sebelum sampai di hadapan Helen dan Dena
Denada berteriak ketakutan dan berbalik untuk melarikan diri, tetapi rasa pusingnya begitu luar biasa dan dia langsung jatuh ke lantai setelah berlari beberapa langkah. Sebuah lubang besar juga muncul di stokingnya dan lututnya juga terluka karena jatuh.Tin, tin, tin!Tepat saat beberapa penduduk desa hendak menangkap Denada, klakson mobil terdengar di luar dan Helen tiba.Dia membuka pintu dan keluar dari mobil. Dia melihat lokasi proyek yang kacau dan menggertakkan gigi karena marah. Helen benar-benar kecewa terhadap Doni."Bu Helen ...." Denada merasa seolah telah mendapatkan kepercayaan diri setelah melihat Helen dan berteriak dengan lemah.Helen bergegas mendekat dan membantu Denada, melihat kepalanya berlumuran darah dan wajahnya pucat. Akan tetapi, Doni tidak terlihat di sana. Dia bertanya lagi kepada beberapa pekerja dan mereka semua bilang kalau Doni tidak pernah muncul.Helen tidak bisa menahan amarahnya.Doni ini!Bagaimana gadis lembut seperti Denada bisa menghadapi hal se
Denada perlahan mengangkat kepalanya dan menatap sekelompok penduduk desa yang marah. Wajahnya penuh darah dan sorot matanya dipenuhi dengan ketakutan.Ada luka berdarah sepanjang tiga sentimeter di dahinya dan dagingnya terkelupas.Sebelumnya, dia sedang memeriksa lokasi konstruksi ketika sekelompok besar penduduk desa tiba-tiba muncul. Mereka berkata jalan di desa tersebut dihancurkan oleh kendaraan dari lokasi konstruksi dan orang-orang juga dipukul oleh satpam proyek. Penduduk desa menyuruh Denada untuk menyerahkan si pelaku dan membayar ganti rugi.Denada memberikan penjelasan dan kepalanya dipukul oleh batu bata yang muncul entah dari mana. Para pekerja di lokasi konstruksi agak marah dan bentrok dengan penduduk desa.Meskipun sebagian besar pekerja dan satpam di lokasi konstruksi kekar, mereka tidak mampu menahan jumlah penduduk desa yang sangat banyak dan terpaksa mundur selangkah demi selangkah.Penduduk desa telah memperingatkan kalau mereka tidak menyerahkan pelaku dan memba
Irene menatap Erika. "Sepertinya apa yang Doni katakan masuk akal."Erika berkata dengan kesal, "Kak Irene, kamu juga membantu adikmu menindasku, ya?"Irene tersenyum dan berkata, "Mana mungkin aku berani? Kalian berdua ini adikku. Meskipun bisa dikatakan sebagai keluarga, Doni telah membuat keputusan bulat. Nggak masalah bagaimana mendiskusikan masalah dalam keluarga, jangan sampai menghancurkan keharmonisan."Setelah mendengar ini, Doni pun tidak bisa menahan senyuman. Kata-kata indah ini diucapkan dengan sempurna, tetapi sebenarnya Irene juga menyetujui caranya.Erika tentu saja mengerti dan menghela napas, "Kak Irene, bagaimana kalau aku mengalah sedikit. Bagaimana dengan 6 triliun?"Doni menggelengkan kepalanya, "Nona Erika, aku benar-benar minta maaf. 6 triliun terlalu jauh dari harga yang kuinginkan. Sebenarnya kamu juga tahu kalau aku nggak akan setuju ...."Saat Doni sedang berbicara, ponselnya tiba-tiba berdering. Itu adalah panggilan dari lokasi proyek.Doni menekan tombol j
Saat berbicara, Erika memasang wajah menyedihkan seolah telah mengalami penganiayaan.Irene menjadi semakin bingung, "Ada kesalahpahaman di antara kalian berdua?"Erika berkata perlahan, "Kak Irene, ada sebuah bisnis yang kudiskusikan dengan Doni dengan sangat tulus dan menawarkan harga yang sangat sesuai, tapi Doni malah menolaknya tanpa ampun dan bahkan nggak memberiku kesempatan untuk bernegosiasi.""Bisnis?" Irene tertegun sejenak, lalu tiba-tiba sadar.Dia langsung berpikir ada peluang 80% bahwa apa yang Erika sebut bisnis adalah sebidang tanah di tangan Doni.Seketika, Irene diam-diam mengatakan kalau dia salah perhitungan.Erika adalah putri Damian sang orang terkaya di Kota Timung, Grup Damian juga pasti sudah mengetahui tentang pembangunan zona perdagangan di persimpangan Kota Horia dan Grup Damian. Bukannya mustahil untuk mengetahui tanah tersebut sudah menjadi milik Doni.Grup Damian tidak akan rela melepaskan keuntungan besar ini.Hanya saja kecepatan aksi Erika agak di lua
Doni menyentuh dagunya, "Kalau begitu, kamu harus menyiapkan kacamata berbingkai emas lagi untukku.""Untuk apa kamu pakai itu?""Itu akan membuatku terlihat seperti orang berpendidikan yang diam-diam menghanyutkan.""Hah?" Irene mengangkat alisnya.Doni buru-buru menutup telinganya dan berkata, "Cuma bercanda, cuma bercanda.""Heh! Biar kuberi tahu kamu, hari ini orang yang akan datang adalah temanku. Kalau kamu nggak menghormatinya, itu sama saja dengan kamu nggak menghormatiku," kata Irene dengan wajah dingin, "Kalau dia punya kesan buruk tentang kamu, awas saja aku akan membereskanmu! Lihat pohon di halaman belakang itu? Pohon itu sangat mirip dengan yang ada di dasar gunung saat itu!"Tubuh Doni tanpa sadar menegang dan tanpa sadar teringat adegan saat diikat ke pohon. Irene di depannya tidak lagi terlihat anggun dan malah seperti seorang penyihir yang akan melahapnya."Kak, tenang saja!" Doni buru-buru berkata, "Aku pasti akan memberimu muka!"Saat ini bel pintu berbunyi."Dudukl
Irene menyuruh Doni untuk datang dan dia tidak berani mengabaikannya. Selain itu, Doni tahu Irene tidak akan mencarinya tanpa ada masalah penting. Yang disebut "wanita cantik" yang akan diperkenalkan kepadanya hari ini pastilah orang yang sangat penting.Doni bergegas pergi ke rumah Irene secepat mungkin.Irene sudah menunggu di sana. Karena hari ini akan menerima tamu, dia berpakaian cukup formal. Gaun berwarna cerah membalut tubuhnya, sosoknya terlihat sangat seksi dan perangainya anggun. Akan tetapi, di mata Doni, dia selalu merasa ada hantu kecil yang tersembunyi di balik kecantikan dan keanggunan yang luar biasa itu."Kak, hari ini dandananmu sangat cantik!" Doni bercanda, "Terlihat seperti akan pergi ke kencan buta."Irene memelototinya dan mengulurkan tangan untuk menarik telinganya dengan akurat, "Bajingan kecil, besar sekali nyalimu! Beraninya kamu nggak sopan padaku!?""Maaf, maaf." Doni memiringkan kepalanya dan ditarik ke kamar oleh Irene, "Kak, sebenarnya siapa yang akan k
"Bukankah CEO Grup Damian itu Damian sendiri?" Beni berkata dengan heran, "Damian bukan hanya direktur, tapi juga CEO.""Aneh, mungkinkah itu penipu?" kata Doni sambil mengeluarkan ponselnya untuk memeriksa Internet. Doni menemukan artikel tentang penunjukan CEO baru di berandau Grup Damian dan tiba-tiba mengangguk. "Baru saja diganti, Damian mengundurkan diri. Posisi CEO digantikan oleh Erika yang pulang dari luar negeri.""Pak Doni, apa Grup Damian barusan mencarimu?""Ya! Katanya mereka akan membicarakan bisnis, sore ini aku akan pergi menemuinya." Doni tersenyum dan dengan kasar menebak niat Erika. Doni segera bergumam pada dirinya, benar-benar sasaran empuk....Pada pukul tiga sore, Doni tiba di Kafe Avior sesuai jadwal. Di meja dekat jendela, Doni bertemu Erika.Erika adalah wanita yang sangat cantik. Hari ini Erika mengenakan kemeja putih dengan rok tinggi. Rambut panjangnya diikat rapi di belakang kepalanya, memperlihatkan lehernya yang mulus serta putih. Saat duduk di sana, a