Dasar Dalon bodoh, kenapa dia harus menyinggung orang seperti ini?Selain itu, terdapat rumor di luar bahwa Doni memiliki hubungan dengan Melisa dan mereka sama sekali tidak berani menyerang Doni meski diberi ratusan keberanian!Kelvin dan Pandu sama sekali tidak berani menatap Doni."Kakak, kami nggak tahu target kami adalah kamu! Ini adalah salah paham!""Salah paham, salah paham! Kakak, kami akan segera pergi!"Mereka berdua segera memberi isyarat pada bawahan di sekitar mereka, "Ayo pergi."Dalon dan Hanto merasa kebingungan, "Kelvin, Pandu, kalian sudah terima uangku! Kenapa malah bertindak seperti ini?"Doni juga mencibir, "Benar sekali! Nggak masuk akal kalau langsung kabur tanpa bertindak setelah terima uang! Kalian berdua kembalilah ke sini!"...Tubuh Kelvin dan Pandu menegang, serta merasa kebingungan.Apa maksudnya?Apakah kamu akan diam di tempat dan membiarkan kami memukulmu?Kami juga tidak berani melakukan itu!Mereka berdua menatap Doni dengan bingung.Doni menunjuk Da
Helen seperti seorang dewi di dalam Grup Kusmoyo dan para pegawai pria akan terkagum-kagum dengan temperamen Helen yang dingin saat bertemu dengannya. Tidak ada orang yang berani melakukan kesalahan di depan Helen tidak peduli apa pun yang mereka pikirkan di dalam hati, bahkan Keno juga tidak berani melihat sembarangan saat sedang berbicara dengan Helen.Helen berkata dengan acuh tak acuh, "Katakanlah."Keno menghela napas terlebih dahulu sebelum berkata, "Bu Helen, hari ini Bu Thalia bawa seseorang ke departemen keamanan tanpa melalui proses perekrutan."Tidak terdapat ekspresi apa pun di wajah Helen, hanya saja dia merasa sedikit bersalah karena hal ini bersangkutan dengan Doni. Terlihat jelas bahwa Keno datang untuk mengadu, jangan-jangan Doni kembali melakukan tindakan yang keterlaluan! Helen menatap Keno dengan datar, "Lanjutkan."Keno melanjutkan dengan hati-hati, "Bu Thalia bilang orang itu berasal dari sekolah bela diri dan tahu seni bela diri, serta cocok untuk duduk di posisi
"Doni!" Helen sangat marah sampai memukul meja, "Keluarga Karno adalah pelanggan terpenting di perusahaan, tindakanmu cuma akan membawakan kerugian bagi perusahaan!"Doni mengerutkan bibirnya, "Apakah aku harus membiarkannya bertindak semena-mena? Aku nggak suka dengan sikapnya!""Kamu, kamu ...." Helen menunjuk Doni, "Jangan kira kamu bisa bertindak semena-mena di perusahaan karena Kakek berada di pihakmu!""Apakah kamu suruh aku nggak melawan saat dipukul dan dimarahi?" Doni mengeluarkan satu jari dan menggerakkannya, "Itu bukan prinsipku!""Prinsipmu atau perusahaan yang lebih penting?""Tentu saja prinsipku lebih penting."Helen sangat marah sampai mengentakkan kakinya, "Egois sekali kamu! Perusahaan adalah tempat yang punya peraturan dan regulasi!""Aturan dan regulasi sama sekali nggak sepenting prinsipku," ujar Doni dengan datar. "Omong-omong, entakkan kaki kananmu kalau lagi marah, kaki kirimu masih belum sembuh.""Jangan mengalihkan pembicaraan!" Helen sangat marah sampai waja
Restoran di pinggir jalan sangat ramai saat makan malam dengan cahaya lampu yang berkedip-kedip.Doni membawa Helen melewati restoran Ah! Sate Taican, restoran barbeku, Sup Ikan Nelayan dan akhirnya sampai di tempat tujuan.Restoran mi ini tidak terlalu besar, hanya terdapat dua meja di dalam restoran, sebagian besar pelanggan makan di luar, duduk di bawah kain terpal, menikmati angin malam dan menyantap mi bersamaan dengan beberapa tusuk sate taican. Melihat pria tampan, wanita cantik dan mobil mewah yang lewat, serta berbicara tentang urusan keluarga dan negara, inilah dunia manusia."Istriku, cepat duduk di sini!" Doni mendapatkan sebuah meja dan menarik kursi untuk Helen dengan penuh semangat.Doni merasa sangat senang, apalagi saat orang-orang yang lewat menatapnya dengan tatapan iri dan benci, yang membuatnya merasa sangat puas.Sikap Helen memang dingin, tapi dia sangat cantik! Semua orang akan jatuh cinta padanya jika dia bepergian keluar.Helen duduk dengan hati-hati, kemudian
Tiba-tiba terdengar suara yang kurang mengenakkan di kejauhan."Kak Dedi, cepat lihat! Wanita itu cantik sekali!""Benar! Astaga! Dia bahkan lebih cantik dari artis!"Kak Dedi berusia tiga puluhan tahun ini, dengan sosok tubuh yang tinggi dan perut yang buncit, dia terlihat seperti orang kaya baru dengan rantai emas besar dan jam tangan emas kecil yang dia kenakan. Matanya langsung terbuka lebar-lebar saat menoleh ke belakang dalam keadaan mabuk, "Astaga, dia benar-benar seperti seorang dewi! Dia bahkan lebih cantik daripada wanita di dalam KTV, ayo cepat ke sana! Aku mau ke sana untuk minum bersama dengannya."Kak Dedi membawa beberapa tujuh sampai delapan orang untuk mengelilingi meja Doni.Kak Dedi menatap Helen dengan tatapan cabul, "Wanita cantik, siapa namamu? Ayo kita berkenalan. Aku adalah Kak Dedi yang berjaga di daerah ini, ayo minum bersama denganku!"Helen mengerutkan keningnya, "Aku nggak tertarik, tolong jangan ganggu kami yang lagi makan!"Tatapan Kak Dedi membara pada s
"Pukul dia!""Pukul dia sampai mati!""Nggak disangka dia berani pukul Kak Dedi!"Anak buah Kak Dedi segera menerjang ke arah Doni sambil memegang senjata di tangan mereka.Wajah Helen memucat, dia benar-benar bingung kenapa mereka selalu mengalami pertengkaran setiap kali pergi bersama Doni, apakah Doni ditakdirkan untuk sering berkelahi?"Istriku, jangan takut ...."Doni langsung menyerang setelah selesai bicara, menggunakan tinju dan tendangan kaki yang membuat para preman itu terbang menjauh satu per satu, kemudian tergeletak di tanah sambil berteriak kesakitan dan tidak bisa berdiri.Tiba-tiba, Doni mengangkat alisnya.Niat membunuh yang sangat kuat! Ada pembunuh di sini!Kedua pria dengan pakaian santai menerjang ke arah Doni pada saat ini.Kecepatan dan tatapan mereka jelas tidak sebanding dengan preman meski mereka berpura-pura sebagai seorang preman.Botol arak seorang preman terbang ke arah Doni, sedangkan kedua belati dari sebelah kiri dan kanan hendak menusuk perut Doni dar
"Doni! Jangan menggila!" Helen mencubit lengan Doni dengan keras, "Apakah kamu nggak bisa berhenti bicara? Bagaimana kalau dia kenal Bos Melvin?""Nggak masalah, bukannya kamu juga kenal?""Kamu ...." Helen sangat kesal sampai ingin mencekik Doni sampai mati, "Kamu kira bantuan Bos Melvin begitu murah? Bagaimana kita bisa minta bantuannya lagi kalau kita merepotkannya karena hal ini?""Aku merasa Melvin adalah orang baik dan nggak sombong.""Kamu ...." Helen sangat ingin membuka otak Doni dan melihat isi pikirannya.Dedi sudah selesai menelepon pada saat ini, dia mengangkat kepalanya tinggi-tinggi dan memelototi Doni, "Kamu akan mati hari ini dan bersujud sudah nggak lagi berguna! Pikirkan baik-baik di mana kamu akan dimakamkan!""Nggak usah membual!" ujar Doni dengan ekspresi menghina. "Aku pernah ketemu Melvin dan jangan kira kamu bisa membodohiku dengan Melvin yang palsu."Dedi menatap Doni seperti sedang melihat orang bodoh, "Baik! Kamu memang sangat berani, aku mau lihat nanti kam
Dedi sangat ingin menangis pada saat ini, bagaimana mungkin dia bisa menari! Selain itu, di mana dia bisa meletakkan wajahnya jika dia yang merupakan seorang pria menari tiang di pinggir jalan?Hanya saja, Dedi memahami tatapan ganas dari Melvin. Dia harus memilih antara nyawa atau reputasi.Dedi memilih nyawanya tanpa ragu-ragu, kemudian berjalan ke samping tiang terpal penghalang matahari, kemudian memegang tiangnya dan mulai berputar.Seorang pria dengan wajah yang berlumuran darah dan perut yang buncit, menggeliat dari atas sampai ke bawah, yang benar-benar sangat tidak pantas untuk dilihat.Jangankan Helen, bahkan Melvin sendiri juga tidak tahan melihat adegan ini. Hanya saja, Doni merasa tertarik dengan tarian Dedi dan berkata sambil tersenyum, "Orang ini berbakat, sangat disayangkan dia nggak belajar menari.""Jangan bicara omong kosong!" Helen menarik Doni dan berkata pada Melvin, "Bos Melvin, maaf karena telah buat kamu repot-repot datang ke sini.""Orang yang seharusnya minta
Irene menatap Erika. "Sepertinya apa yang Doni katakan masuk akal."Erika berkata dengan kesal, "Kak Irene, kamu juga membantu adikmu menindasku, ya?"Irene tersenyum dan berkata, "Mana mungkin aku berani? Kalian berdua ini adikku. Meskipun bisa dikatakan sebagai keluarga, Doni telah membuat keputusan bulat. Nggak masalah bagaimana mendiskusikan masalah dalam keluarga, jangan sampai menghancurkan keharmonisan."Setelah mendengar ini, Doni pun tidak bisa menahan senyuman. Kata-kata indah ini diucapkan dengan sempurna, tetapi sebenarnya Irene juga menyetujui caranya.Erika tentu saja mengerti dan menghela napas, "Kak Irene, bagaimana kalau aku mengalah sedikit. Bagaimana dengan 6 triliun?"Doni menggelengkan kepalanya, "Nona Erika, aku benar-benar minta maaf. 6 triliun terlalu jauh dari harga yang kuinginkan. Sebenarnya kamu juga tahu kalau aku nggak akan setuju ...."Saat Doni sedang berbicara, ponselnya tiba-tiba berdering. Itu adalah panggilan dari lokasi proyek.Doni menekan tombol j
Saat berbicara, Erika memasang wajah menyedihkan seolah telah mengalami penganiayaan.Irene menjadi semakin bingung, "Ada kesalahpahaman di antara kalian berdua?"Erika berkata perlahan, "Kak Irene, ada sebuah bisnis yang kudiskusikan dengan Doni dengan sangat tulus dan menawarkan harga yang sangat sesuai, tapi Doni malah menolaknya tanpa ampun dan bahkan nggak memberiku kesempatan untuk bernegosiasi.""Bisnis?" Irene tertegun sejenak, lalu tiba-tiba sadar.Dia langsung berpikir ada peluang 80% bahwa apa yang Erika sebut bisnis adalah sebidang tanah di tangan Doni.Seketika, Irene diam-diam mengatakan kalau dia salah perhitungan.Erika adalah putri Damian sang orang terkaya di Kota Timung, Grup Damian juga pasti sudah mengetahui tentang pembangunan zona perdagangan di persimpangan Kota Horia dan Grup Damian. Bukannya mustahil untuk mengetahui tanah tersebut sudah menjadi milik Doni.Grup Damian tidak akan rela melepaskan keuntungan besar ini.Hanya saja kecepatan aksi Erika agak di lua
Doni menyentuh dagunya, "Kalau begitu, kamu harus menyiapkan kacamata berbingkai emas lagi untukku.""Untuk apa kamu pakai itu?""Itu akan membuatku terlihat seperti orang berpendidikan yang diam-diam menghanyutkan.""Hah?" Irene mengangkat alisnya.Doni buru-buru menutup telinganya dan berkata, "Cuma bercanda, cuma bercanda.""Heh! Biar kuberi tahu kamu, hari ini orang yang akan datang adalah temanku. Kalau kamu nggak menghormatinya, itu sama saja dengan kamu nggak menghormatiku," kata Irene dengan wajah dingin, "Kalau dia punya kesan buruk tentang kamu, awas saja aku akan membereskanmu! Lihat pohon di halaman belakang itu? Pohon itu sangat mirip dengan yang ada di dasar gunung saat itu!"Tubuh Doni tanpa sadar menegang dan tanpa sadar teringat adegan saat diikat ke pohon. Irene di depannya tidak lagi terlihat anggun dan malah seperti seorang penyihir yang akan melahapnya."Kak, tenang saja!" Doni buru-buru berkata, "Aku pasti akan memberimu muka!"Saat ini bel pintu berbunyi."Dudukl
Irene menyuruh Doni untuk datang dan dia tidak berani mengabaikannya. Selain itu, Doni tahu Irene tidak akan mencarinya tanpa ada masalah penting. Yang disebut "wanita cantik" yang akan diperkenalkan kepadanya hari ini pastilah orang yang sangat penting.Doni bergegas pergi ke rumah Irene secepat mungkin.Irene sudah menunggu di sana. Karena hari ini akan menerima tamu, dia berpakaian cukup formal. Gaun berwarna cerah membalut tubuhnya, sosoknya terlihat sangat seksi dan perangainya anggun. Akan tetapi, di mata Doni, dia selalu merasa ada hantu kecil yang tersembunyi di balik kecantikan dan keanggunan yang luar biasa itu."Kak, hari ini dandananmu sangat cantik!" Doni bercanda, "Terlihat seperti akan pergi ke kencan buta."Irene memelototinya dan mengulurkan tangan untuk menarik telinganya dengan akurat, "Bajingan kecil, besar sekali nyalimu! Beraninya kamu nggak sopan padaku!?""Maaf, maaf." Doni memiringkan kepalanya dan ditarik ke kamar oleh Irene, "Kak, sebenarnya siapa yang akan k
"Bukankah CEO Grup Damian itu Damian sendiri?" Beni berkata dengan heran, "Damian bukan hanya direktur, tapi juga CEO.""Aneh, mungkinkah itu penipu?" kata Doni sambil mengeluarkan ponselnya untuk memeriksa Internet. Doni menemukan artikel tentang penunjukan CEO baru di berandau Grup Damian dan tiba-tiba mengangguk. "Baru saja diganti, Damian mengundurkan diri. Posisi CEO digantikan oleh Erika yang pulang dari luar negeri.""Pak Doni, apa Grup Damian barusan mencarimu?""Ya! Katanya mereka akan membicarakan bisnis, sore ini aku akan pergi menemuinya." Doni tersenyum dan dengan kasar menebak niat Erika. Doni segera bergumam pada dirinya, benar-benar sasaran empuk....Pada pukul tiga sore, Doni tiba di Kafe Avior sesuai jadwal. Di meja dekat jendela, Doni bertemu Erika.Erika adalah wanita yang sangat cantik. Hari ini Erika mengenakan kemeja putih dengan rok tinggi. Rambut panjangnya diikat rapi di belakang kepalanya, memperlihatkan lehernya yang mulus serta putih. Saat duduk di sana, a
Sebelum Doni sempat bertanya, Helen menambahkan, "Ada sesuatu yang perlu aku sampaikan padamu.""Oh ...." Doni tersenyum, "Biar kuberi tahu, Kakek nggak ada di rumah, jadi pasti ada masalah."Helen di tempat tidur dan Doni tidur di lantai.Helen berkata, "Ayahku menandatangani proyek dengan Grup Waleri di belakangku.""Apa?" Doni langsung duduk. "Apa dia sudah gila? Nggak bisa! Aku akan merobek kontraknya!""Nggak ada gunanya." Helen berkata, "Aku sudah menanyakannya. Beberapa hari yang lalu, ayahku berinisiatif pergi ke rumah sakit untuk menandatangani kontrak dengan Thomas, bahkan menyerahkan proyek tersebut pada Yulia dan Selly.""..." Doni terdiam beberapa saat lalu berkata, "Seharusnya hari itu buat Thomas menjadi cacat saja."Helen menghela napas lalu berkata, "Belakangan ini, perkembangan perusahaan terlalu lancar, ayahku sedikit terbawa suasana."Doni berpikir sejenak lalu berkata, "Apa rencanamu?""Aku juga nggak tahu." Helen berkata dengan cemas, "Aku pikir ada masalah dengan
"Ayolah! Aku malas sekali dengan wanita jelek itu!""Huh! Apa kamu nggak takut aku akan mengatakan ini padanya?""Apa untungnya bagimu?""Nggak ada, tapi aku senang!" Yulia berpikir sejenak lalu berkata, "Berjanjilah padaku satu hal lagi. Hanya setelah kamu setuju, aku akan memijatmu. Terserah kamu mau pijat bagian mana!""Apa? Katakan padaku."Yulia berkata dengan senang, "Aku ingin menyerang Denada! Keluarkan Denada dari perusahaan!""Hah? Kenapa?""Aku nggak suka padanya!" Yulia berkata, "Lihat penampilannya yang arogan hari ini. Apa hebatnya dia? Bukankah hanya karena dukungan putrimu saja? Aku harus membuatnya nggak bisa melanjutkan proyek ini!"Bernard terkejut. "Perusahaan akan rugi kalau kamu melakukan ini.""Apa salahnya proyek sebesar itu ditunda selama beberapa hari?" Yulia mendengus, "Bukankah kamu juga ingin proyek itu dikendalikan oleh Doni? Manfaatkan kesempatan ini untuk mengambil kembali proyek itu!"Bernard berpikir sejenak lalu berkata, "Ya, keterlaluan sekali! Doni
Thomas dibawa dari toilet ke tandu lalu ke ambulans.Rapat pasti tidak bisa dilanjutkan dan harus dibubarkan.Helen memanggil Doni ke kantor, menutup pintu dan bertanya, "Apa kamu yang melakukannya?"Doni merentangkan tangannya. "Apa yang aku lakukan?""Apa kamu menyakiti Thomas?""Aku nggak akan menyakiti orang lain ...." Doni berkata sambil tersenyum, "Mungkin Thomas makan makanan kotor lalu ke toilet untuk buang air.""Sudahlah!" Helen melambaikan tangannya. "Aku benar-benar nggak menyangka kamu akan menggunakan metode ini. Namun, ini nggak akan berhenti lama. Bagaimana setelahnya?"Doni menghela napas lalu berkata, "Mana aku tahu. Aku nggak mungkin bisa menghajar semua presdir dan memaksa mereka untuk melepaskan ide ini. Bukankah aku sedang mengulur waktu untukmu?""Ya ...." Helen mengangguk. "Kamu memang memberiku waktu.""Kalau kamu membutuhkan bantuanku untuk hal-hal seperti ini nantinya, kamu harus memberitahuku lebih awal. Jangan menyeretku saat masalah sudah terjadi, mau ngga
Bernard tampak bingung lalu segera bertanya, "Helen, apa yang terjadi?""Ada seseorang dari perusahaan menelepon nomor darurat, ambulans pun datang." Helen berkata, "Aku akan tanya dulu siapa yang berada dalam bahaya."Helena mulai menelepon beberapa kantor dan meminta resepsionis untuk menanyakan situasinya.Namun hingga dokter naik ke atas, Helen masih belum mengetahui siapa yang menelepon panggilan darurat.Kedua dokter merasa sedikit kesal."Apa maksud kalian? Ada hukuman kalau menelepon bantuan darurat secara iseng!""Kalian menunda waktu kami seperti ini, apa kalian nggak tahu kemungkinan akan ada pasien yang tertunda penyelamatannya?""Kalau ada yang melayang nyawanya, apa kalian berani bertanggung jawab?"...Dokter itu masih muda, sepertinya baru saja mulai bekerja, suaranya masih terdengar kekanak-kanakan. Namun, Helen masih tidak berani membalas, memang benar-benar salah! Kenapa ada karyawan yang tidak bertanggung jawab di perusahaan. "Maaf, ini salah kami. Kami akan mencari