David turun dari dalam mobilnya, pria itu berjalan di samping Sinta.
Sinta memandang pintu rumahnya yang langsung dibuka sebelum ia mengetuknya.
“Alhamdulillah udah pulang, dari tadi tante sudah menunggu, lama sekali,” ucap Tuti yang tersenyum.
“Iya Tante di jalan ramai,” ucap Sinta menjelaskan.
“Di jam segini masih banyak kendaraan Tante, makanya nggak bisa cepat sampai sini,” ucap David yang tersenyum.
“Nggak apa-apa yang pentingkan pulangnya aman,” ucap Tuti dengan nada bicara yang sangat halus.
“Tunggu sebentar ya Tante makanannya masih di mobil,” ucap David yang mengingat makanan yang tadi disiapkan oleh keluarga bosnya.
“Kenapa David repot-repot,” ucap Tuti yang tersenyum.
“Ini memang disiapkan dari keluarganya pak Fathir,” ucap David yang kemudian melangkahkan kakinya menuju ke mobilnya, untuk mengambil makanan yang tadi sudah dibungkuska
“Ke mana semalam,” ucap Ahmad yang memandang Sinta dan Riski.“Semalam diundang ke rumah bosnya Sinta Om,” ucap Sinta yang tersenyum memandang om nya.“Om semalam sangat capek, sehingga ketiduran. Jam berapa pulang,” tanya Ahmad yang menyeruput kopi di cangkirnya.“Jam sepuluh sudah sampai rumah om,” jawab Sinta.Ahmad menganggukkan kepalanya ketika mendengar apa yang dijawab oleh Sinta. “Jadi ini makanan banyak dari sana,” ucapnya yang memandang meja makan yang penuh dengan makanan yang semalam dibawa oleh Sinta.“Iya Om dibungkusin,” ucap Sinta.“Bosnya Kenapa baik sekali,” tanya Ahmad. Karena selama Sinta bekerja di perusahaan itu, ini pertama kalinya Sinta pulang dengan membawa makanan yang sangat banyak.“Teman Sinta ternyata nikah sama bosnya Sinta di kantor, jadi yang mengundang Sinta itu teman Sinta Om,” ucapnya.“Teman
“Kalau gitu adek tunggu kakak gajian aja lah ya,” ucapnya.“Iya kak nggak apa,” jawab Riski.Hari ini Sinta libur bekerja. Hari libur ini Sinta diperintahkan Tuti untuk membersihkan rumah, mencuci pakaian, menyetrika baju, dan juga memasak.Tuti selalu menyisihkan pakaian kotor untuk dicuci Sinta setiap minggu, sehingga setiap libur Sinta akan mencuci pakaian yang sangat banyak, dia juga akan menyetrika baju di hari minggu.Sinta masuk kedalam kamarnya setelah semua pekerjaan rumah diselesaikannya. Dia merasa begitu sangat lelah dan merebahkan tubuhnya di atas kasur tipis alas tidurnya.Sinta tersenyum memandang adiknya yang patuh dengan apa yang diperintahkannya. Riski hanya berada di kamar untuk belajar dan juga menjaga bantal yang berisi uang.****Sinta memandang ponselnya yang berdering. Sinta melihat nomor ponsel yang tidak dikenalnya. “Halo,” ucap Sinta saat mengangkat sambungan telepon terse
Meskipun tidak mengetahui siapa yang tadi sudah menghubunginya, namun Sinta dengan sangat patuhnya menuruti perintah si penelpon. Sinta sudah bersiap-siap dengan pakaian yang rapi dan juga cantik bersama dengan adiknya.“Memang kita mau kemana ini Kak,” tanya Riski.“Kakak juga nggak tahu Dek,” ucap Sinta yang bingung harus menjawab apa.“Yang nelepon tadi siapa kak,” tanya Riski.Sejak tadi Riski tidak bertanya, ketika Sinta menyuruhnya untuk bersiap-siap. Riski begitu sangat senang ketika kakaknya mengatakan akan keluar, karena itu artinya dia akan memiliki kesempatan untuk membeli tas, namun Riski kembali mengurungkan niatnya setelah mengingat strategi yang dibuatnya bersama dengan kakaknya, agar tidak ketahuan uang yang dimilikinya.“Kakak juga nggak tahu Dek, yang nelepon itu aneh, Kakak disuruh siap-siap sama Adek, katanya akan jemput jam 5 ke sini,” ucap Sinta.Riski tersenyum saat mende
David memandang dari kaca spion yang ada di depannya. David memperhatikan Riski yang duduk di belakang sambil memandang keluar jendela. Wajah anak laki-laki itu terlihat sangat senang saat ini. "Gimana, apa senang?" David berucap sembari memutar kepalanya memandang ke belakang."Aku sangat senang bang. Dulu aku sering jalan-jalan malam minggu sama ayah dan ibu.” Riski rindu sangat jalan-jalan bersama kedua orangtuanya seperti dulu.Sinta diam mendengar apa yang diucapkan adiknya. Bukan hanya Riski yang merindukan masa itu. Sinta juga sangat merindukan masa itu. Masa di mana dirinya bisa tertawa bahagia dalam kesederhanaan. Ada ibu yang mengomel setiap pagi membangunkannya. Sarapan nasi goreng dengan telur dadar yang begitu sangat lezat. Ayah yang disiplin, tegas, namun bersikap hangat kepada semua anaknya. Sinta mengusap air matanya dengan sangat cepat. Setelah kenangan masa lalunya membuat ia begitu sangat merindukan kedua orang tuanya. Sinta sangat kaget saat p
Sinta memandang SPG yang datang dengan membawa beberapa kotak di tangannya. “Lihat-lihat dulu ya Dek, tunggu sebentar mau ngambil sepatu sekolahnya,” ucap SPG cantik itu memandang Riski.Riski menganggukkan kepalanya. Wajah anak laki-laki itu terlihat mulai memucat, ketika membayangkan bahwa dirinya akan membeli sepatu dengan harga yang mahal. Riski tidak mau uang yang dimilikinya bersama kakaknya hadis hanya karena untuk membeli sepatu.Sinta menganggukkan kepalanya dan memandang kotak sepatu yang berada di lantai.“Coba dibuka, dilihat-lihat dulu mana tahu ada yang suka,” ucap David.“Ini Mas sepatu untuk adik laki-lakinya,” ucap SPG itu yang tersenyum genit memandang David.“Tuh benar, sengaja manggil adek-adek karena depan SPG, biar dianggap bawa adek,” ucap sinta yang terlihat sangat kesal melihat tingkah genit SPG tersebut. Sinta begitu sangat malu ketika menyadari apa yang saat ini ada di dalam
“Yang ini bagus,” ucap David yang memandang tas ransel berwarna hitam.Riski memandang tas tersebut. Tas itu terlihat sangat bagus dan juga berkelas. Riski mencari barcode harga dari tas itu namun David menggelengkan kepalanya. “Jangan dipandang harganya,” ucapnya yang mengusap kepala anak laki-laki tersebut.“Mau beli barang itu harus lihat harga Bang,” ucap Riski yang tersenyum.“Sekalian harganya kamu bilang terlalu mahal, cari tempat yang lain,” ucap David. “Lihat aja suka tidak,” ucapnya memandang Riski.Riski memandang ke belakang, melihat kakaknya yang terlihat sedang melamun.Sinta yang berada di belakang David dan Riski hanya diam dan memperhatikan sikap David terhadap adiknya. Dari sikap pria itu, tatapan mata pria itu, dan gaya pria itu berbicara, sangat terlihat bahwa pria begitu sangat tulus terhadap adiknya. Sinta sangat kaget ketika mendengar pria itu berbicara dengannya. Se
Clarissa memegang ponsel di tangannya dan memandang layar ponsel tersebut.Saat ini Clarissa memandang foto profil si pemilik whatsapp, yang mana foto seorang wanita berhijab dengan anak-anak kecil yang berada di kiri, kanan dan juga di depannya.“Halo assalamu’alaikum."Suara wanita yang menjawab telepon itu seakan mampu mengobati rasa rindu Clarissa.Wajah Clarissa begitu sangat bahagia ketika melihat wajah yang sangat dirindukannya. “Wa’alaikum Bunda,” ucap Clarissa yang tersenyum ketika memandang wajah bunda Linda.“Clarissa, Bunda rindu. Anak Bunda apa kabar,” ucap Linda yang memandang layar ponselnya.“Alhamdulillah Risa di sini sehat Bunda, Bunda bagaimana di sana kabarnya,” ucap Clarissa.“Bunda sangat sehat nak, ini baru aja rencana mau nelpon Risa,” ucap Linda.Clarissa tersenyum ketika mendengar jawaban wanita tersebut. “Kabar adik-adik bag
“Assalamu’alaikum," ucap Sinta, Rizki dan juga David yang berdiri di pintu.“Wa’alaikumsalam,” ucap Ahmad yang membukakan pintu.“Sudah pulang ya,” ucap Tuti yang berlari dari belakang saat mendengar Sinta yang sudah kembali.“Iya Tante," ucap David yang menyalami tangan Tuti.“Kenalkan om, nama saya David om,” ucap David yang menyalami tangan Ahmad.“Oh iya om sudah dengar tentang nak David,” ucap Ahmad yang tersenyum saat menjabat tangan David. “Mari nak duduk dulu,” ucap Ahmad yang tersenyum memandang David.“Terima kasih om,” ucap David yang duduk di kursi ruang tamu.Tuti tersenyum memandang David. Tuti duduk di samping Ahmad suaminya.Ahmad begitu suka melihat pemuda yang saat ini duduk di depannya. Melihat sikap pemuda itu terlihat bahwa pemuda itu begitu sangat baik dan juga sopan.“Maaf om saya lupa mau nurunin