Meskipun tidak mengetahui siapa yang tadi sudah menghubunginya, namun Sinta dengan sangat patuhnya menuruti perintah si penelpon. Sinta sudah bersiap-siap dengan pakaian yang rapi dan juga cantik bersama dengan adiknya.
“Memang kita mau kemana ini Kak,” tanya Riski.
“Kakak juga nggak tahu Dek,” ucap Sinta yang bingung harus menjawab apa.
“Yang nelepon tadi siapa kak,” tanya Riski.
Sejak tadi Riski tidak bertanya, ketika Sinta menyuruhnya untuk bersiap-siap. Riski begitu sangat senang ketika kakaknya mengatakan akan keluar, karena itu artinya dia akan memiliki kesempatan untuk membeli tas, namun Riski kembali mengurungkan niatnya setelah mengingat strategi yang dibuatnya bersama dengan kakaknya, agar tidak ketahuan uang yang dimilikinya.
“Kakak juga nggak tahu Dek, yang nelepon itu aneh, Kakak disuruh siap-siap sama Adek, katanya akan jemput jam 5 ke sini,” ucap Sinta.
Riski tersenyum saat mende
David memandang dari kaca spion yang ada di depannya. David memperhatikan Riski yang duduk di belakang sambil memandang keluar jendela. Wajah anak laki-laki itu terlihat sangat senang saat ini. "Gimana, apa senang?" David berucap sembari memutar kepalanya memandang ke belakang."Aku sangat senang bang. Dulu aku sering jalan-jalan malam minggu sama ayah dan ibu.” Riski rindu sangat jalan-jalan bersama kedua orangtuanya seperti dulu.Sinta diam mendengar apa yang diucapkan adiknya. Bukan hanya Riski yang merindukan masa itu. Sinta juga sangat merindukan masa itu. Masa di mana dirinya bisa tertawa bahagia dalam kesederhanaan. Ada ibu yang mengomel setiap pagi membangunkannya. Sarapan nasi goreng dengan telur dadar yang begitu sangat lezat. Ayah yang disiplin, tegas, namun bersikap hangat kepada semua anaknya. Sinta mengusap air matanya dengan sangat cepat. Setelah kenangan masa lalunya membuat ia begitu sangat merindukan kedua orang tuanya. Sinta sangat kaget saat p
Sinta memandang SPG yang datang dengan membawa beberapa kotak di tangannya. “Lihat-lihat dulu ya Dek, tunggu sebentar mau ngambil sepatu sekolahnya,” ucap SPG cantik itu memandang Riski.Riski menganggukkan kepalanya. Wajah anak laki-laki itu terlihat mulai memucat, ketika membayangkan bahwa dirinya akan membeli sepatu dengan harga yang mahal. Riski tidak mau uang yang dimilikinya bersama kakaknya hadis hanya karena untuk membeli sepatu.Sinta menganggukkan kepalanya dan memandang kotak sepatu yang berada di lantai.“Coba dibuka, dilihat-lihat dulu mana tahu ada yang suka,” ucap David.“Ini Mas sepatu untuk adik laki-lakinya,” ucap SPG itu yang tersenyum genit memandang David.“Tuh benar, sengaja manggil adek-adek karena depan SPG, biar dianggap bawa adek,” ucap sinta yang terlihat sangat kesal melihat tingkah genit SPG tersebut. Sinta begitu sangat malu ketika menyadari apa yang saat ini ada di dalam
“Yang ini bagus,” ucap David yang memandang tas ransel berwarna hitam.Riski memandang tas tersebut. Tas itu terlihat sangat bagus dan juga berkelas. Riski mencari barcode harga dari tas itu namun David menggelengkan kepalanya. “Jangan dipandang harganya,” ucapnya yang mengusap kepala anak laki-laki tersebut.“Mau beli barang itu harus lihat harga Bang,” ucap Riski yang tersenyum.“Sekalian harganya kamu bilang terlalu mahal, cari tempat yang lain,” ucap David. “Lihat aja suka tidak,” ucapnya memandang Riski.Riski memandang ke belakang, melihat kakaknya yang terlihat sedang melamun.Sinta yang berada di belakang David dan Riski hanya diam dan memperhatikan sikap David terhadap adiknya. Dari sikap pria itu, tatapan mata pria itu, dan gaya pria itu berbicara, sangat terlihat bahwa pria begitu sangat tulus terhadap adiknya. Sinta sangat kaget ketika mendengar pria itu berbicara dengannya. Se
Clarissa memegang ponsel di tangannya dan memandang layar ponsel tersebut.Saat ini Clarissa memandang foto profil si pemilik whatsapp, yang mana foto seorang wanita berhijab dengan anak-anak kecil yang berada di kiri, kanan dan juga di depannya.“Halo assalamu’alaikum."Suara wanita yang menjawab telepon itu seakan mampu mengobati rasa rindu Clarissa.Wajah Clarissa begitu sangat bahagia ketika melihat wajah yang sangat dirindukannya. “Wa’alaikum Bunda,” ucap Clarissa yang tersenyum ketika memandang wajah bunda Linda.“Clarissa, Bunda rindu. Anak Bunda apa kabar,” ucap Linda yang memandang layar ponselnya.“Alhamdulillah Risa di sini sehat Bunda, Bunda bagaimana di sana kabarnya,” ucap Clarissa.“Bunda sangat sehat nak, ini baru aja rencana mau nelpon Risa,” ucap Linda.Clarissa tersenyum ketika mendengar jawaban wanita tersebut. “Kabar adik-adik bag
“Assalamu’alaikum," ucap Sinta, Rizki dan juga David yang berdiri di pintu.“Wa’alaikumsalam,” ucap Ahmad yang membukakan pintu.“Sudah pulang ya,” ucap Tuti yang berlari dari belakang saat mendengar Sinta yang sudah kembali.“Iya Tante," ucap David yang menyalami tangan Tuti.“Kenalkan om, nama saya David om,” ucap David yang menyalami tangan Ahmad.“Oh iya om sudah dengar tentang nak David,” ucap Ahmad yang tersenyum saat menjabat tangan David. “Mari nak duduk dulu,” ucap Ahmad yang tersenyum memandang David.“Terima kasih om,” ucap David yang duduk di kursi ruang tamu.Tuti tersenyum memandang David. Tuti duduk di samping Ahmad suaminya.Ahmad begitu suka melihat pemuda yang saat ini duduk di depannya. Melihat sikap pemuda itu terlihat bahwa pemuda itu begitu sangat baik dan juga sopan.“Maaf om saya lupa mau nurunin
Clarissa memandang dirinya di depan cermin. Wajahnya terlihat begitu sangat cantik dengan riasan make up pengantin yang membuatnya cantik seperti boneka Barbie. Clarissa memandang tubuhnya yang cantik dan sempurna dengan balutan gaun berwarna putih yang akan dipakainya untuk resepsi. "Gimana gak cantik, ini gaun harganya 100 juta," ucap Clarissa yang tersenyum saat mengingat gaun yang saat ini melekat di tubuhnya. Clarissa seakan tidak percaya saat menyadari bahwa dirinya memakai gaun senilai 100 juta seperti ini.Fathir berdiri di belakang istrinya. Pria itu memeluk tubuh istrinya dari belakang. “Cantik sekali sayang, mirip boneka yang dimainkan Sheren,” ucap Fathir yang tersenyum.Clarissa memutar kepalanya dan memandang suaminya. “Yang riasnya hebat ya Bang," ucap Clarissa yang tersenyum. Clarissa begitu sangat tidak percaya melihat dirinya yang begitu sangat cantik.“Yang dirias sudah sangat cantik, jadi mau dibuat seperti
Fathir tersenyum dan memeluk tubuh istrinya. Clarissa tersenyum saat suaminya mencium bibirnya. "Kenapa kita nggak pulang ke rumah tanya Clarissa.“Malam ini akan menjadi momen yang sangat penting dalam hidup kita, dan abang mau kita menikmati momen ini berdua, tanpa ada yang gangguin. Kamar yang kita pakai sekarang memang disediakan pihak hotel jadi gratis, ini bonus,” ucap Fathir yang mencium bibir istrinya. Selama Fathir menikah dengan Clarissa belum pernah sekalipun Fathir membawa istrinya untuk menginap di hotel ataupun sekedar jalan-jalan menikmati momen berdua dengan istrinya, dan ini adalah hari pertama untuk mereka merasakan momen berdua seperti ini. Kamar yang saat ini ditempati mereka di dekorasi dengan nuansa romantis, hingga membuat suasana semakin terasa nyaman.“Yang benar, kamar ini nggak bayar,” tanya Clarissa yang membesarkan matanya.Fathir menganggukkan kepalanya.Clarissa memandang ke sekeliling kamar. Berada d
Fathir berbaring di atas tempat tidur. Di saat seperti ini Clarissa sudah sangat hafal apa yang ingin dilakukan oleh suaminya. Clarissa mulai menggigit bibir bawahnya ketika suaminya mencium leher putih miliknya. Clarissa sedikit mendorong kepala suaminya ketika mendengar suara bel di pintu kamarnya. “Ada yang datang Bang,” ucap Clarissa.Fathir sangat kesal ketika kesenangannya terganggu."Abang Buka pintu,” ucap Clarissa."Siapa yang berani mengganggu seperti ini. Abang akan pindahkan itu orang," ucap Fathir kesal. Pria itu begitu sangat malas beranjak dari atas tempat tidurnya. Fathir hanya mengambil remote untuk membuka pintu kamarnya.Clarissa tersenyum lebar ketika melihat sosok mungil yang mendorong pintu kamarnya. “Papi, Mama, Aku ingin tidur disini,” ucap Devan yang datang dengan membawa robot ultraman di tangannya.“Abang sudah besar jangan tidur sama Papi lagi,” ucap Fathir yang tidak setuj