“Setelah tiga bulan tidak berjumpa dengan kamu, aku hampir tidak bisa mengenali Kamu lagi,” ucap Sinta yang memandang Clarissa.
“Mengapa bisa seperti itu, apa Sinta tidak ingat lagi dengan Risa,” ucap Clarissa yang tersenyum. Clarissa berbicara dengan dengan mata yang terus memandang anaknya yang sedang bermain bersama dengan Riski.
“Kamu sekarang sangat jauh berbeda. Ini kenapa rambut kamu sudah pendek seperti ini,” ucap Sinta yang memandang rambut Clarissa.
“Aku ingin terlihat berbeda,” ucap Clarissa yang memberikan alasan.
Sinta menganggukkan kepalanya. Sinta menganggap apa yang dikatakan sahabatnya itu memang benar. Banyak orang yang merubah model rambutnya, agar bisa terlihat penampilan yang berbeda.
<Riski memandang menu yang terdapat di atas meja makan. Riski menelan salivanya ketika melihat menu yang begitu sangat menggugah seleranya. Selama tinggal di rumah tantenya, Riski tidak pernah mencicipi rasa menu yang saat ini ada di depan matanya. Riski selalu diberi telur goreng dan juga sayur oleh tantenya. Itu juga apabila kakaknya baru saja gajian, namun bila kakaknya belum gajian Riski akan makan nasi dengan tahu dan juga tempe. Agar makannya terasa lebih enak maka tantenya akan memberinya sayur bening.Riski tidak sabar ingin mencicipi rasa ayam goreng yang berukuran besar tersebut. Riski merasakan perutnya yang sudah minta untuk diisi.Sinta seakan tidak percaya bahwa malam ini dia akan makan enak bersama dengan adiknya. Sinta memandang wajah adiknya yang sejak tadi memperhatikan menu yang ada di atas meja.“Kenapa nggak diambil nasinya, ayo diambil jangan malu-malu,” ucap Hariati yang tersenyum memandang Riski.“Iya Tante,”
“Apa sudah lepas rasa rindunya,” ucap Fathir yang tersenyum memandang istrinya.Dengan cepat Clarissa menganggukkan kepalanya. “Terima kasih ya bang,” ucap Clarissa yang tersenyum dan kemudian mencium bibir suaminya.“Iya,” jawab Fathir yang menyelipkan jarinya di dagu lancip milik istrinya.Fathir memandang wajah istrinya yang begitu sangat cantik.Clarissa salah tingkah ketika melihat sikap suaminya yang hanya menatap wajahnya tanpa melakukan apa-apa.Dilihat seperti ini membuat Clarissa semakin salah tingkah, Clarissa lebih memilih bila suaminya aktif dengan menciumnya atau melakukan berbagai macam kegiatan yang lain, seperti yang sering mereka lakukan. “Abang kenapa cuman lihatin Risa,” ucapnya.“Mau nya apa,” tanya Fathir yang tersenyum dengan mengangkat sebelah bibirnya.“Senyum Abang jangan seperti itu,” ucap Clarissa yang merasa sangat geli ketika melihat
David turun dari dalam mobilnya, pria itu berjalan di samping Sinta.Sinta memandang pintu rumahnya yang langsung dibuka sebelum ia mengetuknya.“Alhamdulillah udah pulang, dari tadi tante sudah menunggu, lama sekali,” ucap Tuti yang tersenyum.“Iya Tante di jalan ramai,” ucap Sinta menjelaskan.“Di jam segini masih banyak kendaraan Tante, makanya nggak bisa cepat sampai sini,” ucap David yang tersenyum.“Nggak apa-apa yang pentingkan pulangnya aman,” ucap Tuti dengan nada bicara yang sangat halus.“Tunggu sebentar ya Tante makanannya masih di mobil,” ucap David yang mengingat makanan yang tadi disiapkan oleh keluarga bosnya.“Kenapa David repot-repot,” ucap Tuti yang tersenyum.“Ini memang disiapkan dari keluarganya pak Fathir,” ucap David yang kemudian melangkahkan kakinya menuju ke mobilnya, untuk mengambil makanan yang tadi sudah dibungkuska
“Ke mana semalam,” ucap Ahmad yang memandang Sinta dan Riski.“Semalam diundang ke rumah bosnya Sinta Om,” ucap Sinta yang tersenyum memandang om nya.“Om semalam sangat capek, sehingga ketiduran. Jam berapa pulang,” tanya Ahmad yang menyeruput kopi di cangkirnya.“Jam sepuluh sudah sampai rumah om,” jawab Sinta.Ahmad menganggukkan kepalanya ketika mendengar apa yang dijawab oleh Sinta. “Jadi ini makanan banyak dari sana,” ucapnya yang memandang meja makan yang penuh dengan makanan yang semalam dibawa oleh Sinta.“Iya Om dibungkusin,” ucap Sinta.“Bosnya Kenapa baik sekali,” tanya Ahmad. Karena selama Sinta bekerja di perusahaan itu, ini pertama kalinya Sinta pulang dengan membawa makanan yang sangat banyak.“Teman Sinta ternyata nikah sama bosnya Sinta di kantor, jadi yang mengundang Sinta itu teman Sinta Om,” ucapnya.“Teman
“Kalau gitu adek tunggu kakak gajian aja lah ya,” ucapnya.“Iya kak nggak apa,” jawab Riski.Hari ini Sinta libur bekerja. Hari libur ini Sinta diperintahkan Tuti untuk membersihkan rumah, mencuci pakaian, menyetrika baju, dan juga memasak.Tuti selalu menyisihkan pakaian kotor untuk dicuci Sinta setiap minggu, sehingga setiap libur Sinta akan mencuci pakaian yang sangat banyak, dia juga akan menyetrika baju di hari minggu.Sinta masuk kedalam kamarnya setelah semua pekerjaan rumah diselesaikannya. Dia merasa begitu sangat lelah dan merebahkan tubuhnya di atas kasur tipis alas tidurnya.Sinta tersenyum memandang adiknya yang patuh dengan apa yang diperintahkannya. Riski hanya berada di kamar untuk belajar dan juga menjaga bantal yang berisi uang.****Sinta memandang ponselnya yang berdering. Sinta melihat nomor ponsel yang tidak dikenalnya. “Halo,” ucap Sinta saat mengangkat sambungan telepon terse
Meskipun tidak mengetahui siapa yang tadi sudah menghubunginya, namun Sinta dengan sangat patuhnya menuruti perintah si penelpon. Sinta sudah bersiap-siap dengan pakaian yang rapi dan juga cantik bersama dengan adiknya.“Memang kita mau kemana ini Kak,” tanya Riski.“Kakak juga nggak tahu Dek,” ucap Sinta yang bingung harus menjawab apa.“Yang nelepon tadi siapa kak,” tanya Riski.Sejak tadi Riski tidak bertanya, ketika Sinta menyuruhnya untuk bersiap-siap. Riski begitu sangat senang ketika kakaknya mengatakan akan keluar, karena itu artinya dia akan memiliki kesempatan untuk membeli tas, namun Riski kembali mengurungkan niatnya setelah mengingat strategi yang dibuatnya bersama dengan kakaknya, agar tidak ketahuan uang yang dimilikinya.“Kakak juga nggak tahu Dek, yang nelepon itu aneh, Kakak disuruh siap-siap sama Adek, katanya akan jemput jam 5 ke sini,” ucap Sinta.Riski tersenyum saat mende
David memandang dari kaca spion yang ada di depannya. David memperhatikan Riski yang duduk di belakang sambil memandang keluar jendela. Wajah anak laki-laki itu terlihat sangat senang saat ini. "Gimana, apa senang?" David berucap sembari memutar kepalanya memandang ke belakang."Aku sangat senang bang. Dulu aku sering jalan-jalan malam minggu sama ayah dan ibu.” Riski rindu sangat jalan-jalan bersama kedua orangtuanya seperti dulu.Sinta diam mendengar apa yang diucapkan adiknya. Bukan hanya Riski yang merindukan masa itu. Sinta juga sangat merindukan masa itu. Masa di mana dirinya bisa tertawa bahagia dalam kesederhanaan. Ada ibu yang mengomel setiap pagi membangunkannya. Sarapan nasi goreng dengan telur dadar yang begitu sangat lezat. Ayah yang disiplin, tegas, namun bersikap hangat kepada semua anaknya. Sinta mengusap air matanya dengan sangat cepat. Setelah kenangan masa lalunya membuat ia begitu sangat merindukan kedua orang tuanya. Sinta sangat kaget saat p
Sinta memandang SPG yang datang dengan membawa beberapa kotak di tangannya. “Lihat-lihat dulu ya Dek, tunggu sebentar mau ngambil sepatu sekolahnya,” ucap SPG cantik itu memandang Riski.Riski menganggukkan kepalanya. Wajah anak laki-laki itu terlihat mulai memucat, ketika membayangkan bahwa dirinya akan membeli sepatu dengan harga yang mahal. Riski tidak mau uang yang dimilikinya bersama kakaknya hadis hanya karena untuk membeli sepatu.Sinta menganggukkan kepalanya dan memandang kotak sepatu yang berada di lantai.“Coba dibuka, dilihat-lihat dulu mana tahu ada yang suka,” ucap David.“Ini Mas sepatu untuk adik laki-lakinya,” ucap SPG itu yang tersenyum genit memandang David.“Tuh benar, sengaja manggil adek-adek karena depan SPG, biar dianggap bawa adek,” ucap sinta yang terlihat sangat kesal melihat tingkah genit SPG tersebut. Sinta begitu sangat malu ketika menyadari apa yang saat ini ada di dalam