Sinta memandang ke arah pria yang datang ke ruang tamu bersama dengan wanita. Sinta berusaha meyakinkan pandangannya bahwa wanita yang berjalan bersama dengan pria itu adalah orang yang begitu sangat dikenalnya. Meskipun penampilannya begitu sangat jauh berbeda. Wanita itu terlihat begitu cantik daripada yang dulu dikenalnya, dengan rambut yang pendek. Wajah wanita itu terlihat semakin cantik, imut-imut dan juga segar.
Sinta hanya diam dengan tatapan tertuju kepada sosok wanita yang begitu sangat dirindukannya. Seribu pertanyaan yang saat ini melekat di dalam pikirannya.
Untuk meyakinkan bahwa wanita itu adalah sahabatnya.
Ingin rasanya Sinta berlari mengejar wanita itu, namun Sinta tahu saat ini dia berada di rumah pemilik perusahaan tempat dia bekerja. Wanita yang saat ini dipandangnya belum tentu oran
“Setelah tiga bulan tidak berjumpa dengan kamu, aku hampir tidak bisa mengenali Kamu lagi,” ucap Sinta yang memandang Clarissa.“Mengapa bisa seperti itu, apa Sinta tidak ingat lagi dengan Risa,” ucap Clarissa yang tersenyum. Clarissa berbicara dengan dengan mata yang terus memandang anaknya yang sedang bermain bersama dengan Riski.“Kamu sekarang sangat jauh berbeda. Ini kenapa rambut kamu sudah pendek seperti ini,” ucap Sinta yang memandang rambut Clarissa.“Aku ingin terlihat berbeda,” ucap Clarissa yang memberikan alasan.Sinta menganggukkan kepalanya. Sinta menganggap apa yang dikatakan sahabatnya itu memang benar. Banyak orang yang merubah model rambutnya, agar bisa terlihat penampilan yang berbeda.
Riski memandang menu yang terdapat di atas meja makan. Riski menelan salivanya ketika melihat menu yang begitu sangat menggugah seleranya. Selama tinggal di rumah tantenya, Riski tidak pernah mencicipi rasa menu yang saat ini ada di depan matanya. Riski selalu diberi telur goreng dan juga sayur oleh tantenya. Itu juga apabila kakaknya baru saja gajian, namun bila kakaknya belum gajian Riski akan makan nasi dengan tahu dan juga tempe. Agar makannya terasa lebih enak maka tantenya akan memberinya sayur bening.Riski tidak sabar ingin mencicipi rasa ayam goreng yang berukuran besar tersebut. Riski merasakan perutnya yang sudah minta untuk diisi.Sinta seakan tidak percaya bahwa malam ini dia akan makan enak bersama dengan adiknya. Sinta memandang wajah adiknya yang sejak tadi memperhatikan menu yang ada di atas meja.“Kenapa nggak diambil nasinya, ayo diambil jangan malu-malu,” ucap Hariati yang tersenyum memandang Riski.“Iya Tante,”
“Apa sudah lepas rasa rindunya,” ucap Fathir yang tersenyum memandang istrinya.Dengan cepat Clarissa menganggukkan kepalanya. “Terima kasih ya bang,” ucap Clarissa yang tersenyum dan kemudian mencium bibir suaminya.“Iya,” jawab Fathir yang menyelipkan jarinya di dagu lancip milik istrinya.Fathir memandang wajah istrinya yang begitu sangat cantik.Clarissa salah tingkah ketika melihat sikap suaminya yang hanya menatap wajahnya tanpa melakukan apa-apa.Dilihat seperti ini membuat Clarissa semakin salah tingkah, Clarissa lebih memilih bila suaminya aktif dengan menciumnya atau melakukan berbagai macam kegiatan yang lain, seperti yang sering mereka lakukan. “Abang kenapa cuman lihatin Risa,” ucapnya.“Mau nya apa,” tanya Fathir yang tersenyum dengan mengangkat sebelah bibirnya.“Senyum Abang jangan seperti itu,” ucap Clarissa yang merasa sangat geli ketika melihat
David turun dari dalam mobilnya, pria itu berjalan di samping Sinta.Sinta memandang pintu rumahnya yang langsung dibuka sebelum ia mengetuknya.“Alhamdulillah udah pulang, dari tadi tante sudah menunggu, lama sekali,” ucap Tuti yang tersenyum.“Iya Tante di jalan ramai,” ucap Sinta menjelaskan.“Di jam segini masih banyak kendaraan Tante, makanya nggak bisa cepat sampai sini,” ucap David yang tersenyum.“Nggak apa-apa yang pentingkan pulangnya aman,” ucap Tuti dengan nada bicara yang sangat halus.“Tunggu sebentar ya Tante makanannya masih di mobil,” ucap David yang mengingat makanan yang tadi disiapkan oleh keluarga bosnya.“Kenapa David repot-repot,” ucap Tuti yang tersenyum.“Ini memang disiapkan dari keluarganya pak Fathir,” ucap David yang kemudian melangkahkan kakinya menuju ke mobilnya, untuk mengambil makanan yang tadi sudah dibungkuska
“Ke mana semalam,” ucap Ahmad yang memandang Sinta dan Riski.“Semalam diundang ke rumah bosnya Sinta Om,” ucap Sinta yang tersenyum memandang om nya.“Om semalam sangat capek, sehingga ketiduran. Jam berapa pulang,” tanya Ahmad yang menyeruput kopi di cangkirnya.“Jam sepuluh sudah sampai rumah om,” jawab Sinta.Ahmad menganggukkan kepalanya ketika mendengar apa yang dijawab oleh Sinta. “Jadi ini makanan banyak dari sana,” ucapnya yang memandang meja makan yang penuh dengan makanan yang semalam dibawa oleh Sinta.“Iya Om dibungkusin,” ucap Sinta.“Bosnya Kenapa baik sekali,” tanya Ahmad. Karena selama Sinta bekerja di perusahaan itu, ini pertama kalinya Sinta pulang dengan membawa makanan yang sangat banyak.“Teman Sinta ternyata nikah sama bosnya Sinta di kantor, jadi yang mengundang Sinta itu teman Sinta Om,” ucapnya.“Teman
“Kalau gitu adek tunggu kakak gajian aja lah ya,” ucapnya.“Iya kak nggak apa,” jawab Riski.Hari ini Sinta libur bekerja. Hari libur ini Sinta diperintahkan Tuti untuk membersihkan rumah, mencuci pakaian, menyetrika baju, dan juga memasak.Tuti selalu menyisihkan pakaian kotor untuk dicuci Sinta setiap minggu, sehingga setiap libur Sinta akan mencuci pakaian yang sangat banyak, dia juga akan menyetrika baju di hari minggu.Sinta masuk kedalam kamarnya setelah semua pekerjaan rumah diselesaikannya. Dia merasa begitu sangat lelah dan merebahkan tubuhnya di atas kasur tipis alas tidurnya.Sinta tersenyum memandang adiknya yang patuh dengan apa yang diperintahkannya. Riski hanya berada di kamar untuk belajar dan juga menjaga bantal yang berisi uang.****Sinta memandang ponselnya yang berdering. Sinta melihat nomor ponsel yang tidak dikenalnya. “Halo,” ucap Sinta saat mengangkat sambungan telepon terse
Meskipun tidak mengetahui siapa yang tadi sudah menghubunginya, namun Sinta dengan sangat patuhnya menuruti perintah si penelpon. Sinta sudah bersiap-siap dengan pakaian yang rapi dan juga cantik bersama dengan adiknya.“Memang kita mau kemana ini Kak,” tanya Riski.“Kakak juga nggak tahu Dek,” ucap Sinta yang bingung harus menjawab apa.“Yang nelepon tadi siapa kak,” tanya Riski.Sejak tadi Riski tidak bertanya, ketika Sinta menyuruhnya untuk bersiap-siap. Riski begitu sangat senang ketika kakaknya mengatakan akan keluar, karena itu artinya dia akan memiliki kesempatan untuk membeli tas, namun Riski kembali mengurungkan niatnya setelah mengingat strategi yang dibuatnya bersama dengan kakaknya, agar tidak ketahuan uang yang dimilikinya.“Kakak juga nggak tahu Dek, yang nelepon itu aneh, Kakak disuruh siap-siap sama Adek, katanya akan jemput jam 5 ke sini,” ucap Sinta.Riski tersenyum saat mende
David memandang dari kaca spion yang ada di depannya. David memperhatikan Riski yang duduk di belakang sambil memandang keluar jendela. Wajah anak laki-laki itu terlihat sangat senang saat ini. "Gimana, apa senang?" David berucap sembari memutar kepalanya memandang ke belakang."Aku sangat senang bang. Dulu aku sering jalan-jalan malam minggu sama ayah dan ibu.” Riski rindu sangat jalan-jalan bersama kedua orangtuanya seperti dulu.Sinta diam mendengar apa yang diucapkan adiknya. Bukan hanya Riski yang merindukan masa itu. Sinta juga sangat merindukan masa itu. Masa di mana dirinya bisa tertawa bahagia dalam kesederhanaan. Ada ibu yang mengomel setiap pagi membangunkannya. Sarapan nasi goreng dengan telur dadar yang begitu sangat lezat. Ayah yang disiplin, tegas, namun bersikap hangat kepada semua anaknya. Sinta mengusap air matanya dengan sangat cepat. Setelah kenangan masa lalunya membuat ia begitu sangat merindukan kedua orang tuanya. Sinta sangat kaget saat p
Angin berhembus menyejukkan kulitnya. Rambut panjang sebahu menari-nari mengikuti arah kemana angin membawanya. Clarissa tersenyum dan memeluk tangan yang melingkar di pinggangnya."Apa nggak dingin,” Fathir bertanya Ketika melihat istrinya yang sudah lama berdiri di balkon teras kamarnya.Clarissa tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “dingin sih, tapi anginnya enak, sejuk Risa suka. Risa nggak pernah bayangin kalau Risa bakalan datang ke sini," Clarissa berbicara dengan memutar sedikit kepalanya ke belakang dan memandang wajah suaminya yang berdiri di belakangnya. Dari atas lantai 25 ini Clarissa bisa yang menatap keindahan kota Tokyo di malam hari.Fathir tersenyum dan mencium bibir istrinya."Abang kalau mau cium kasih aba-aba kenapa.""Kalau kasih aba-aba itu nggak seru.” Fathir mengulum senyumnya. Pria tiga anak Itu menatap wajah istrinya yang begitu sangat cantik. "Sebenarnya sudah lama pengen ajak adek berlibu
Clarissa memandang suaminya. Ada rasa khawatir ketika dirinya akan bertemu dengan Farah mantan istri suaminya."Bang." Clarissa memegang tangan suaminya.“Iya,” jawab Fathir.“Risa masih belum siap untuk ketemu sama Mbak Farah,” keluh Carissa.Fathir tersenyum dan mengusap pipi istrinya, “dia datang ke sini niatnya untuk memperkenalkan calon suaminya, dan juga untuk melihat Devan dan Sheren, jadi niatnya baik. Bila orang datang dengan niat yang baik, maka kita harus menerimanya." Fathir meyakinkan istrinya. Pria itu mengusap pipi istrinya dan mengecup kening istrinya.“Nanti Abang jangan tinggalin Risa ya,” pinta Clarissa. Hingga saat ini Clarissa masih tidak berani terhadap istri mantan suaminya. Apa yang telah dilakukan oleh mantan istri suaminya itu masih teringat jelas dalam ingatannya.“Iya dek Abang nggak akan ninggalin,” Fathir tersenyum dan mencium bibir istrinya.&ld
"Bang jangan gangguin, Risa lagi kasih Azkah susu," kata Clarissa yang merasa geli ketika suaminya mencium tengkuk lehernya."Kalau Azkah sudah selesai minum susu dan tidur, satu kali lagi ya Dek,"pintar Fathir.Clarissa memutar kepalanya dan memandang wajah suaminya.Fathir tersenyum dan memajukan bibirnya ke depan. Pria itu mencium bibir istrinya. "Ya sayang," ucap Fathir yang sedikit mengecup bibir istrinya."Sejak tadi rambut Risa nggak ada kering-keringnya," kata Clarissa yang sedang dalam kondisi berbaring menyusui bayi.“Iya sama Dek,” ucap Fathir.“Sama apanya.”“Rambut Abang juga gak ada kering-keringnya.” Jawab pria yang memegang punggung istrinya dari belakang.“Abang rambutnya pendek. Gitu siap mandi 5 menit dah kering,” ucap Clarissa.Fathir hanya tersenyum saat mendengar ucapan istrinya. "Dek, kemarin 40 hari cuti dek. Sekarang tu rasanya beda, enak. Gak
Farah duduk di meja kerjanya. Saat ini dirinya memeriksa laporan penjualan butik miliknya. Butik yang didirikannya 10 bulan yang lalu. Farah juga mengurusi pemesanan secara online.Farah menghentikan pekerjaannya dan menutup layar komputernya. Farah melihat foto-foto kedua anaknya seperti ini, air matanya menetes seketika. Setelah perpisahannya dengan mantan suaminya, Farah belum pernah bertemu dengan kedua anaknya. Rasa rindunya begitu sangat kuat, namun Farah malu untuk menatap wajah kedua anaknya. Menyandang nama sebagai ibu yang tidak baik, begitu membuatnya tidak berani untuk mendekati kedua anaknya.“Andainya aku berjumpa dengan mereka , apakah mereka akan berlari memeluk ku?" Farah bertanya di dalam hatinya. “Maafkan mami, Mami malu menatap wajah kalian. Sekarang kalian pasti begitu sangat bahagia. Berkumpul sama opa dan Oma. Kalian sudah memiliki mama baru, yang sepertinya dia sangat menyayangi kalian,” ucap Farah yang mengusap air matan
Fathir masuk ke dalam kamarnya. Pria itu melihat istrinya yang sedang tidur bersama dengan anak ketiganya. Sudah 2 hari ini istrinya sudah pulang ke rumah.Fathir tersenyum memandang wajah istrinya yang saat ini tertidur dengan sangat nyenyak. Pria itu mencium kening istrinya dengan sangat lembut kemudian mencium pipi dan bibir istrinya. “Enak kali tidurnya sampai nggak tahu,” ucap Fathir yang sedikit menarik hidup istrinya. Istrinya tidak bergerak sama sekali meskipun dirinya sudah dekat seperti ini.Fathir merangkak naik ke atas tempat tidur. Pria itu memandang wajah putranya yang begitu sangat tampan. “Ini tidurnya pasti sama enaknya sama mamanya. Atau jangan-jangan lagi lomba tidur." Fathir berbicara dengan suara yang sangat kecil. "Pipinya lembut sekali." Fathir mencium lembut bibir putranya.Fathir tersenyum ketika putranya bergerak. Pria itu mencium pipi putranya dan membuka jas yang saat ini di pakainya. Fathir menggendong putranya dan
Clarissa berbaring di atas tempat tidur kamar rawatnya. Senang sangat hati Clarissa setelah proses persalinannya berjalan dengan sangat lancar. Saat ini kamar yang ditempatinya sudah penuh dengan keluarganya. Adik-adiknya, anak-anaknya, Papa mertua, Mama mertua kemudian juga Ibu serta papa sambungnya. Clarissa tersenyum saat melihat wajah ibu dan juga mama mertuanya yang sedang asik mengendong cucunya.Clarissa tertawa ketika melihat tingkah Sheren yang begitu sangat lucu. Sheren menarik tangan Omanya agar dirinya bisa mencium Adik bayinya tersebut."Sejak tadi dicium-cium Sheren dan Devan, tapi tetap aja gak bangun-bangun," Clarissa memandang putranya yang tidur dengan sangat lelap."Jadi aku sekarang sudah di panggil Om," tanya DikoClarissa tersenyum dan menganggukkan kepalanya."Ciko yang umurnya nya 6 tahun juga?" Tanya Diko.“Iya,” jawab Rini."Oh aku berharap dia tidak cepat menikah nanti agar aku tidak
"Apa tidak ada cara lain dok, Istri saya sudah sangat kesakitan tapi masih disuruh untuk jalan?" Fathir menahan emosinya saat dokter Sandra yang menangani persalinan Istrinya meminta agar istrinya jalan-jalan di dalam kamar."Ini guna mempercepat bukaannya pak. Saat ini sudah bukaan 5." Dokter Sandra menjelaskan."Tapi istri saya sudah sangat kesakitan," ucap Fathir yang meneteskan air matanya. Dengan sangat cepat pria itu menutup matanya dengan telapak tangannya dan mengusap air matanya."Fathir, persalinan normal memang seperti ini." Rini menasehati menantunya."Tapi bu," ucap Fathir menghentikan ucapannya."Kita harus ikut apa yang disarankan dokter Sandra. Biar mempercepat bukaan. " Ucap Rini.Fathir memandang isterinya yang berbaring di atas tempat tidur. Saat ini yang bisa dilakukannya hanya menuruti saran dari dokter tersebut.Fathir berjalan mendekati istrinya. Pria itu duduk di samping tempat tidur. "Mau ya Dek jalan," bujukn
Setelah sholat subuh Fathir menemani istrinya jalan pagi di halaman rumahnya. Terkadang Fathir membawa istrinya jalan di taman agar Istrinya tidak bosan.Saat ini Fathir sedang berada di taman di depan rumahnya. Istrinya tidak mau untuk jalan-jalan ke taman yang berada di luar dari perumahannya. Clarissa lebih memilih untuk jalan pagi di halaman rumah mereka.Clarissa berhenti dan memegang tangan suaminya."Kenapa?" tanya Fathir."Perut Risa sakit bang," ucap Clarissa. Wajahnya terlihat menahan sakit."Apa sakit kali sayang, bila terlalu sakit jalan paginya udahan aja. Abang gendong ke kamar ya?"Clarissa menggelengkan kepalanya. "Gak usah bentar lagi akan hilang, sekarang sering sakit gini bang, terus nanti sakitnya hilang." Clarissa mengusap-usap perutnya berharap rasa sakit yang dirasakannya bisa secepatnya hilang.“Sayang, adek cepat lahir ya nak, kasihan Mama,” ucap Fathir. Ia hanya berusaha menguatkan istrinya dengan
Clarissa duduk di pangkuan suaminya sambil mengancing kemeja yang dipakai suaminya.Fathir memandang wajah istrinya. Pipi istrinya sudah semakin berisi dan bulat. Pria itu begitu sangat gemas melihat istrinya yang semakin tampak imut-imut. "Mau ikut ke kantor gak?" tanyanya sambil mencium pipi bulat istrinya.Clarissa memandangnya dan membesarkan matanya. "Apa boleh?" tanyanya."Iya bolehlah istri bos yang datang, siapa yang berani larang," ucapnya."Tapi nanti Risa gangguin abang kerja," Clarissa berkata dengan memandang wajah tampan suaminya."Ya enggak lah, paling waktu istirahat nanti main di kamar," Fathir sedikit tersenyum dan menaikan sebelah alisnya."Kalau gitu Risa wajib bawa baju ganti, make up juga," Clarissa berkata dengan wajah polosnya. Clarissa hanya perlu membawa perlengkapan baju dan make up saja, sedangkan untuk perlengkapan mandi di sana sudah tersedia.Fathir tersenyum saat mendengar jawaban polo