Beranda / Rumah Tangga / Aku Madu Kembaranku / Bab 2. Menikahlah dengan suamiku

Share

Bab 2. Menikahlah dengan suamiku

Penulis: Nanitamam
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-20 11:09:42

Malik dan Rania seketika menoleh. Wajah mereka tegang saat melihat raut wajah Bu Fatma yang begitu emosi. Bu Fatma hanya mendengar sebagian cerita saat Rania mengatakan jika dia tidak bisa hamil.

"Mimpi apa aku? Punya menantu seperti kamu. Sudah dari keluarga miskin, sekarang kamu juga mandul," cibir Bu Fatma.

"Jaga ucapan Mama!" sentak Malik yang tidak terima Bu Fatma mengatakan hal buruk pada istrinya.

"Bela aja terus istri kamu yang tidak berguna itu." Bu Fatma mencebikkan kaki lalu pergi meninggalkan rumah sakit.

"Bagaimana ini Mas? Sepertinya Mama begitu kecewa padaku," ucap Sania sendu. Bulir airmata mengalir mengekspresikan rasa sakit hatinya.

Bu Fatma pergi dari rumah sakit dengan keadaan penuh amarah dan kecewa. Di hatinya tidak ada sedikitpun rasa iba terhadap Rania. Hanya kecewa dan kecewa yang terus bertumpu di dalam dadanya kepada istri malik tersebut.

"Tolong antarkan saya ke alamat ini, Pak." Bi Fatma menunjukkan sebuah alamat apartemen pada supir taksi.

"Baik, Bu." Mobil melaju memecah jalanan ibukota yang padat.

Satu jam berlalu akhirnya Bu Fatma sudah tiba di tempat yang di tuju. Sebuah gedung apartemen yang tinggi menjulang tepat di hadapannya. Bu Fatma memakai kacama hitamnya lalu berjalan masuk ke dalam gedung.

Sepanjang jalan wajahnya terus mengulas senyum. Entah apa yang sedang berada dalam pikirannya? Yang pasti dia berjalan dengan begitu penuh percaya diri. Di dalam lift, Bu Fatma tak hentinya melihat diri dari kaca pintu lift hingga pintu terbuka sesuai lantai yang di tekannya.

"Tante Fatma." Seorang wanita cantik berpakaian seksi seketika menunjuk ke arah Bu Fatma.

"Meli. Kebetulan sekali kita bertemu di depan lift, Tante mau ke apartemen kamu," jawab Bu Fatma senang.

"Owh, ya kebetulan banget dong? Tante apa kabar?" tanya Mely basa basi sambil mencium pipi kiri dan kanan Bu Fatma.

"Kita ngobrol di apartemen kamu, ya," pinta Bu Fatma yang kepanasan. Tubuhnya terasa lengket oleh keringat jika berlama-lama berdiri di depan lift.

Mely terpaksa mengajak Bu Fatma masuk ke dalam apartemennya, padahal ia hendak pergi. Dia masih malas bertemu dengan Bu Fatma setelah rencananya menjadi istri Malik gagal. Mely membuat minuman dingin sebelum di minta oleh Bu Fatma yang menurutnya cerewet.

"Terima kasih Sayang. Kamu memang wanita yang pengertian," puji Bu Fatma seraya meneguk jus dingin hingga habis. "Segarnya."

"Tumben Tante main ke apartemen Mely? Ada angin apa gerangan?" sindir Mely kepada Bu Fatma.

"Apa Kamu masih menyukai Malik?" Bu Fatma balik bertanya ingin memastikan perasaan Mely lebih dulu.

Mely mengerutkan keningnya. Tidak menduga Bu fatma bertanya soal perasaanya secara tiba-tiba. Dia masih diam tidak langsung menjawab pertanyaan Bu Fatma.

"Jawab dong, Mel," desak Bu Fatma penasaran.

"Mely mencintai Malik dari dulu sampai sekarang," jawab Mely berbohong.

Bu Fatma tersenyum lega mendengar jawaban Mely. Seperti dugaanya dari awal jika Mely pasti masih berharap menjadi istri Malik. Bu Fatma menggenggam tangan Mely sambil terus mengulum senyum.

"Kamu mau 'kan menikah dengan Malik?"

Mely yang sedang minum langsung tersedak. Wajah terkejutnya begitu terlihat jelas dari ekspresi mulutnya yang terbuka lebar. Dia menaruh gelas ditangannya ke atas meja.

"Tante lagi bercanda, ya? Malik kan masih punya istri?" tanya Mely yang semakin penasaran.

Bu Fatma mengelus wajah cantik Mely yang tebal oleh makeup. "Tante pastikan kamu akan segera menjadi istri Malik."

"Lalu istri Malik bagaimana?"

"Soal Rania biar Tante yang urus. Kamu jangan khawatir," bujuk Bu Fatma berusaha meyakinkan Mely.

Mely tentu saja mengangguk setuju dengan tawaran Bu Fatma. Sudah sejak lama dia menaruh hati kepada Malik, selain tampan dan gagah. Malik ahli waris satu-satunya kekayaan keluarga Hadiguna yang terkenal sebagai juragan batu bara.

Setelah merasa tujuannya berjalan mulus dan lancar. Bu Fatma langsung berpamitan karena ingin kembali ke rumah sakit. Sebuah ide muncul di kepalanya setelah bertemu dengan Mely.

"Siapa yang datang sayang?" tanya seorang laki-laki dari dalam kamar Mely. Ia berjalan menghampiri Mely yang masih berdiri di depan pintu.

"Sumber uang kita akan segera datang," balas Mely sambil menyeringai licik.

Pria itu memeluk Mely dari belakang. Mely bersyukur sebab Rizal masih tertidur ketika Bu Fatma datang. Rizal akan merusak aktingnya jika Bu Fatma melihat keberadaannyal. Mely terus tersenyum membayangkan sebentar lagi akan menjadi menantu dari keluarga kaya raya.

Tok! Tok!

Bu Fatma mengetuk pintu ruangan rawat Rania yang tertutup. Setelah mendapat jawaban, Bu Fatma membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan. Ia bernapas lega karena Rania hanya seorang diri.

"Boleh Mama bicara sebentar?" tanya Bu Fatma yang segera duduk di samping Rania.

Rania mencoba untuk bangun dan bersandar pada bantal kini posisinya setengah duduk. "Mama mau bicara apa?" Rania memandang wajah mertuanya serius.

"Langsung saja, kamu sungguh tidak bisa hamil dan memberi Mama seorang cucu?"

Deg! Jantung Rania mendadak tegang. "Maafkan Rania, Bu," ucap Rania sendu.

"Pergilah dari kehidupan Malik! Kamu tahu sejak awal kalian menikah, Ibu sama sekali tidak menyukaimu. Apalagi sekarang kamu tidak bisa memberi cucu dan keturunan bagi keluarga kami. Lantas untuk apa kamu masih bertahan di keluarga Hadiguna yang terhormat ini," kata Bu Fatma tanpa belas kasih.

Semua ucapannya begitu lancar keluar dari mulutnya tanpa memikirkan perasaan Rania sedikit pun. Tangan Rania meremas sprei untuk menyalurkan rasa sakit hatinya. Dia tidak menyangka sebenci itu ibu mertuanya kepadanya.

"Maafkan Rania, Ma. Semua yang terjadi bukan ke inginan Rania. Jangan meminta Rania untuk pergi meninggalkan Mas Malik," ucap Rania memohon. Kedua matanya mulai berkabut oleh genangan air mata.

Bu Fatma mendengus kesal mendengar ucapan Rania. "Apa yang bisa aku harapkan dari wanita mandul seperti kamu?"

"Rania minta maaf jika tidak bisa menantu sempurna seperti impian Mama. Rania benar-benar sangat menyesal, tapi Rania sangat mencintai Mas Malik," tambah Rania dengan berderai air mata. Menumpahkan rasa sesak yang begitu menyiksa batinnya.

Melihat Rania menangis, Bu Fatma malah tersenyum sinis dan muak setiap melihat wajah kusut Rania. Dalam hatinya berpikir Rania sedang berakting agar di kasihani. Namun, rasa tidak sukanya terhadap Rania dari awal membuat Bu Fatma bersikeras ingin mereka berpisah.

"Sudah lah jangan menangis seolah dunia kamu hancur. Mama hanya minta kamu pergi meninggalkan Malik. Mama akan memberi kamu uang, berapapun yang kamu minta sebagai imbalannya. Lagipula Malik sudah Mama carikan wanita yang tepat untuk Malik," ujar Bu Fatma semakin menjadi-jadi dan meremehkan.

Rania tersentak mendengarnya. Luka didalam perutnya masih bisa dia tahan. Namun, luka hati yang baru saja di goreskan oleh ibu mertuanya terlalu menyakitkan. Bu Fatma pergi meninggalkan Rania.

Dia tidak ingin Malik keburu datang dan mendengar percakapannya dengan Rania. Setelah Bu Fatma pergi, Rania memutuskan pergi ke desa tempat dimana kakak kembarnya berada. Rani pergi kesana seorang diri tanpa memberitahu malik.

"Assalamualaikum," sapa Rania begitu sampai di depan sebuah rumah yang halamannya cukup luas.

"Waalaikumsalam." Terdengar suara menjawab salam Rania dari dalam rumah.

Seorang wanita yang seusia dengan Rania keluar rumah. Wajahnnya terlihat bahagia saat melihat wanita yang memiliki wajah begitu mirip dengannya. Sontak saja, Rania langsung merangkul wanita tersebut begitu berdiri didepannya.

Rania menangis di pelukan kakak kembarnya yang bernama Tania. Tania begitu bingung karena mendengar suara tangis adiknya yang memilukan. Dia membawa Rania masuk ke dalam dengan dan mendudukannya di sebuah sofa.

"Ada apa Rania? Kenapa kamu menangis seperti ini? Apa Malik menyakiti kamu?" Tania langsung membrondong Rania dengan pertanyaan.

Rania menggelengkan kepalanya. "Aku bingung Kak. Aku tidak tau harus bagaimana? Tolong aku!"

"Apa yang terjadi? Bicaralah pelan-pelan. Agar Kakak bisa memahaminya," pinta Tania sambil menyodorkan segelas air minum.

Rania meneguk hingga habis air minumnya. Setelah tangisannya mereda, dia mulai menceritakan semua hal buruk yang sudah dialamainya. Termasuk penyakit parah yang tengah dideritanya.

Hati Tania terasa di remas-remas mendengar ucapan Rania. Dia bahkan ikut meneteskan air mata mengetahui adiknya sedang sakit parah. Wajahnya juga terlihat emosi saat mengetahui perlakuan buruk mertua Rania.

"Menikahlah dengan suamiku, Kak! Hanya kakak yang bisa aku percaya. Aku tidak rela jika Malik menikah dengan wanita pilihan ibu mertuaku," pinta Rania dengan nada sendu. Matanya menatap Tania dalam.

"Jangan gila kamu, Rania. Mana mungkin kakak menikah dengan Malik dan menjadi madumu?" Tania begitu terkejut dengan permintaan adiknya tersebut.

"Rania mohon kak. Bantu pernikahan Rania yang berada diujung tanduk ini." Rania bersujud dibawah kaki Tania.

Paman Burhan terkejut, begitu membuka pintu melihat Rania tengah bersujud dibawah kaki kakaknya. Terdengar suara tangisan Rania yang begitu memilukan. Sementara Tania berdiri sambil membuang muka dengan tangan terlipat didadanya.

"Tania, apa yang sudah kamu lakukan terhadap Rania?" sentak Paman Burhan pada Tania.

Bab terkait

  • Aku Madu Kembaranku   Bab 3 Talak dan Pernikahan

    Tania membantu Rania bangun dari sujudnya setelah melihat Paman Burhan. Wajahnya merah menandakan jika dia sedang marah besar. Mereka yakin, Paman Burhan pasti sudah salah paham terhadap Tania. Rania menyeka air matanya lalu menghampiri pamannya tersebut. Dia mencium punggung tangan Paman Burhan lalu memeluknya erat. Tania mengambil barang bawaan Paman Burhan dan menaruhnya di dapur. "Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kamu bisa bersujud dikaki kakakmu?" tanya Paman Burhan setelah Rania mengajaknya duduk di sofa. "Paman salah paham. Semua bukan karena kak Tania. Tapi karena …. " Rania menyeka air matanya yang kembali turun. Tania kembali dari dapur dengan membawa air untuk Paman Burhan. Dia sengaja duduk disamping Rania yang sedang menangis. Paman Burhan melihat wajah bingung begitu tercetak jelas dari raut Tania. Dia meneguk habis air yang disuguhkan Tania. Setelah merasa emosinya reda, Paman Burhan kembali bertanya pada Tania dan Rania secara bergantian. Kali in

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-22
  • Aku Madu Kembaranku   Bab 4 Mulai bertukar posisi

    Kamu kenapa Rania?" tanya Paman Burhan pada Rania yang baru saja siuman. Rania memijit kepalanya yang masih terasa pusing. "Mungkin aku kelelahan Paman," jawab Rania menutupi perasaannya. "Tabahkan dan kuatkan hatimu! Semua terjadi atas permintaan kamu. Paman tahu, dilubuk hati paling dalam kamu pasti merasa sedih melihat pernikahan Malik." "Iya Paman, aku tahu. Aku sedang berusaha ikhlas dengan semua ini. Semoga kehadiran Kak Tania dirumah itu membawa perubahan yang tidak bisa aku lakukan," lirih Rania sendu. Paman Burhan memeluk Rania sambil mengelus rambutnya. "Sekarang kamu fokus pada kesehatanmu dulu. Jangan banyak pikiran lagi!" "Terima kasih Paman. Maaf aku sudah merepotkan Paman dan juga Kak Tania." Sepanjang perjalan suasana di dalam mobil hening. Malik dan Tania sama-sama mengunci mulut mereka rapat-rapat. Keduanya masih tidak menyangka jika mereka sudah sah menjadi suami istri. Padahal Malik dan Tania baru bertemu dua kali, saat melamar Rania dan ha

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-13
  • Aku Madu Kembaranku   Bab 5 Nafkah bathin

    Setiap hari ada saja tingkah Tania yang membuat Bu Fatma sakit kepala. Bu Fatma merasa aneh dengan perubahan sikap menantunya tersebut. Rania yang biasanya penurut dan tidak berani membantah, sekarang berubah drastis. Pagi-pagi sekali Tania sudah siap dengan alat pel dan embernya. Bukan Tania namanya, jika mau mengerjakan sesuatu tanpa ada maksud tertentu. Ia sengaja mengepel lantai dengan kain yang sangat basah tepat didepan anak tangga terakhir. "Nah begitu 'kan enak dilihat. Jadi menantu itu jangan cuma makan sama tidur aja," ejek Bu Fatma seraya melangkah melewati Tania yang sedang membungkuk. "Iya Ma." Tania mengepal erat gagang pel yang ada ditangannya. Dia segera membawa ember serta kain pel masuk kedalam kamar mandi dan tertawa keras. "Satu … dua … tig …." "Rania!" Bu Fatma berteriak cukup kencang. Bi Asih dan Darmi yang berada di dapur segera berlarian menuju sumber suara. Keduanya kaget melihat tubuh Bu Fatma sudah ada dilantai basah kuyup. Lantai yang basah

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-13
  • Aku Madu Kembaranku   Bab 6. Tania hamil

    Saking syoknya, Bu Fatma sampai mundur kebelakang beberapa langkah. Darmi serta Bi Asih saling berpandangan satu sama lain. Mereka merasa bingung dengan ekspresi Bu Fatma. Wajahnya bukan menunjukan bahagia mendengar menantunya hamil. Akan tetapi, malah terlihat seperti orang yang bingung. Darmi segera mengambil sapu serta serokannya. Dia menyapukan pecahan gelas yang berserakan di lantai. "Kalian bercanda 'kan?" tanya Bu Fatma pada Bi Asih dan Darmi. "Kok bercanda, Bu. Ini seriusan. Mas Malik lagi bawa Non Rania ke dokter kandungan hari ini untuk periksa," ungkap Darmi. Bu Fatma meninggalkan dapur mencari ponselnya yang masih ada di dalam tasnya. Dia mengambil ponsel lalu menelpon Malik. Demi memastikan apa yang didengarnya dari kedua asisten rumah tangganya. Drttt! Drtt! Ponsel Malik bergetar dari saku celananya. Dia mengabaikannya. Mata dan fokusnya tertuju pada layar monitor USG. Tania meneteskan air mata haru melihat calon janin yang akan tumbuh di perutnya.

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-24
  • Aku Madu Kembaranku   Bab 7. Jangan sentuh suamiku!

    Malik melemparkan ponselnya ke meja. Dia tidak habis pikir mamanya masih saja mendekatkan dia dengan mely. Padahal sudah Malik yegaskan sejak dulu, jika dia tidak ada perasaan apapun Mely. Tania juga ikut kesal setelah membaca pesan Bu Fatma. Ibu macam apa yang ingin merusak rumah tangga anaknya sendiri. Keduanya sama-sama terdiam dengan isi pikiran masing-masing. "Lebih baik kita pulang aja yuk! Soalnya kakiku mulai terasa pegal," ajak Tania. Kakinya memang tidak seperti biasanya mungkin karena bawaan hamil jadi tubuhnya terasa cepat lelah. "Kamu serius ingin pulang?" tanya Malik. Sebenarnya dia masih ingin di luar bersama Tania. Menikmati kebersamaan berdua setelah hubungan mereka yang dulu dingin mencair. "Kita pulang sebelum mama meneror kamu terus Mas," kekeh Tania. Akhirnya terpaksa Malik setuju pulang setelah melihat Tania memijat kakinya sendiri. Dia membawa belanjaan di tangannya. Sedangkan tangan Tania melingkar erat di tangannya. Mereka tidak tahu jika ad

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-28
  • Aku Madu Kembaranku   Bab 8. Berhasil membuat kacau

    Mely mundur dengan mata yang menatap nyalang pada Tania. Bu Fatma seakan tidak percaya dengan keveranai yang ditunjukan menantunya itu. Demi menjaga suasana tetap kondusif, Bu Fatma menggiring Mely daj ibunya ke meka makan. Tania merangkul lengan Malik dan berjalan bersama menuju meja makan. Dia benar-benar kagum melihat penampilan Tania yang sexy dan berani. Mely hendak mengambil kursi yang ada di dibsamping Malik. Namun, dengan cekatan Tania meengajak Malik pindah menjadi di samping sisi kanannya. "Mely duduk!" perintah Sarah pada anaknya yang nampak menahan amarah. Melly Menghentakkan kedua kakinya lalu terpaksa duduk di samping Tania. Bibir Tania yang di beri lipstik warna merah merona. "Silahkan di nikmati! Maaf jika hidangannya seadanya," ucap Bu Fatma merendah. Padahal di meja tersaji berbagai macam hidangan yang jarang ada. "Terima kasih Fatma. Ini sudah lebih dari cukup," sahut Sarah. Ujung matanya mendelik melihat perubahan Rania yang begitu drastis. Dulu wa

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-02
  • Aku Madu Kembaranku   Bab 9. Bukan istri pengganti

    Bu Fatma keluar dari kamarnya. Dia yakin jika ada seseorang yang menguping pembicaraannya dengan Mely. Langkah kakinya tertuju pada pintu yang menuju balkon. Dimenhendal lalu membuka gorden. "Meong!" Seekor kucing melompat dan hampir membuat Bu Fatman menjerit kaget. "Dasar kucing sialan," maki Bu Fatma karena diyakini orang ternyata seekor kucing yang menjatuhkan vas bunga. Tepat di samping gorden. Darmi membekap mulutnya takut ketahuan. Dia tidak saat itu sedang mengambil gelas bekas minum Bu Fatma di meja di ruang tamu lantai dua. Samar-samar dia mendengar Bu Fatma tengah sibuk mengobrol dan memaki seseorang. Rasa penasaran yang tinggi membuatnya mendekatkan telinga ke pintu. Saking kagetnya ternyata diam-diam Bu Fatma ingin menjadikan Mely istri Malik membuat Darmi tidak sengaja menyenggol vas bunga hingga jatuh. "Alhamdulilah, untung ada kucing piaraan Bi Asih. Kalo engga, aku bisa mati digantung nyonya jika ketahuan," gumam Darmi dalam hati. Dia segera menyelinap

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-04
  • Aku Madu Kembaranku   Bab 10. Bertemu sahabat lama

    Darmi dan Tania menengok ke belakang secara bersamaan.Tania spontan menggerakan leher serta kedua tangannya. Darmi dalam hatinya merasa takut jika Bu Fatma mendengar pembicaraannya dengan Tania. "Aku baru minta Darmi memijat, emang ada apa Ma?" tanya Tania sengaja balik bertanya ingin melihat reaksi Bu Fatma. "Gak ada. Mama cuma cari Bi Asih dari tadi dipanggil tidak menyahut. Kemana dia?" "Bi Asih mungkin menyapu halaman belakang Bu," jawab Darmi sedikit gugup. "Kamu kenapa gugup gitu? Saya kan cuma nanyain Bi Asih bukan mau makan kamu," omel Bu Fatma sambil melengos pergi. Tania dan Darmi mengikuti diam-diam. Setelah benar Bu Fatma menemui Bi Asih. Barulah Darmi dan Tania sama-sama menghela nafas lega. Tidak lama Bi Asih masuk setelah terlihat Bu Fatma menghampirinya. Darmi segera mendekati Bi Asih yang sedang mencuci tangan. Bibirnya nampak merengut tanda sedang tidak suka dengan permintaan Bu Fatma. "Bi Asih disuruh apa sama Nyonya?" tanya Darmi. "Dia minta aku

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-07

Bab terbaru

  • Aku Madu Kembaranku   Bab 22. Tujuan Mely sebenarnya

    "Malik. Kamu tidak bisa mendidik istri kamu dengan baik. Lihatlah apa yang dia lakukan pada mama," ujar Bu Fatma memanas-manasi Malik. "Mas!" panggil Tania pelan. Malik menoleh ke arah Tani seraya mengulas senyum lembut penuh cinta seperti biasanya. "Mas percaya sama kamu." "Malik! Setelah apa yang dia lakukan pada Mama. Kamu masih percaya padanya? Kamu pikir Mama mengarang cerita," bentak Bu Fatma. "Ma. Bisa saja Mama jatuh karena menendang botol minyak urut ini. Ini minyak zaitun yang bisa dipakai Mama untuk mengurut bukan?" Malik menunjuk botol yang terlempar di sudut tangga. Tania tersenyum lega. Sementara Bu Fatma semakin meradang. Dia kembali mengucapkan kata-kata yang menjelekan Tania agar membuat wanita itu tersudut. Namun, Malik tetap pada pendiriannya. Tidak mungkin istrinya tega melakukan hal tersebut. Tidak berapa lama, tiba-tiba saja Mely datang bersama seorang dokter gadungan yang sengaja dia bawa untuk memperlancar rencana mereka. Bu Fatma pura-pu

  • Aku Madu Kembaranku   Bab 21. Rencana terakhir Bu Fatma

    Bu Fatma dan Mely masih ada di dalam mobil. Keduanya belum beranjak pergi meski kini Tania dan Sheli sudah menghilang sejak insiden tadi.Mata Melly menatap nanar kaca mobil yang terkesan gelap. "Tante, jika sudah begini maka hanya ada satu cara terakhir yang harus kita lakukan." Kalimat lirih itu membuat Bu Fatma menatapnya cepat. "Apa maksudmu?" tanya Bu Fatma penasaran. Dengan segera Melly memutar arah duduknya. Menghadap Bu Fatma langsung agar bisa didengar dengan saksama. "Jika cara seperti ini juga tak bisa mencelakai Rania, maka kita harus menjebaknya agar Malik mulai meragukan kebaikan hatinya." "Tolong kau jelaskan dengan benar, agar Tante bisa paham," pinta Bu Fatma. Mely menunda kalimatnya, membuat sosok itu tak mengalihkan pandangan sedikit pun. "Tante harus menjebak Rania. Buat seolah-olah Tante terluka karena ulahnya, dengan begitu maka Malik mungkin akan mulai kecewa pada kebaikan hatinya." Bu Fatma cukup terkejut mendengar saran Mely b

  • Aku Madu Kembaranku   Bab 20. Rencana yang gagal kembali

    Seperti biasa, setiap paginya Tania akan membantu sang suami untuk bersiap sebelum pergi ke kantor. Sosok itu memilihkan pakaian untuk Malik agar terlihat rapi setiap harinya. Namun, tanpa diduga Malik memeluk tubuh Tania dari belakang saat wanita itu tengah sibuk memilih kemeja yang berbaris di dalam lemari. "Aduh, Mas. Aku lagi pilihin baju loh ini," protes Tania. "Iya Mas tau. Kata siapa juga lagi masak, aneh kamu tu," canda Malik sembari menghirup wangi sang istri membuat Tania tersenyum geli dibuatnya. "Mas, udah ya. Nanti kamu telat loh, ini pake dulu bajunya." Tania berbalik tanpa menunggu dan dengan sedikit mendorong tubuh sang suami dia mengulurkan kemeja biru pilihannya. "Kamu bantuin Mas pake ya." "Kenapa emang? Tangannya sakit, hm?" "Iya," cicit Malik sembari mengerucutkan bibir yang langsung dijawab elusan lembut di wajahnya oleh Tania. "Yang mau punya bayi tapi kelakuan masih seperti bayi. Ya udah sini aku bantuin." Malik bersorak dalam

  • Aku Madu Kembaranku   Bab 19. Obat penggugur kandungan

    Bu Fatma yang sejak awal tak menyukai Rania, kini berusaha untuk menggugurkan kandungan sang menantu. Dia tak ingin Tania yang dianggap Rania itu melahirkan penerus bagi keluarga yang akan menjadi satu-satunya pewaris harta Hadiguna, mengingat jika dirinya hanya ibu tiri bagi Malik. Setelah sempat menyuruh orang untuk mencari obat terkuat yang bisa menghilangan nyawa bayi dalam kandungan, Bu Fatma pun bergegas pergi ke sebuah taman yang sepi tak jauh dari kediamannya. Sosok itu melebarkan langkah mendekati sosok tinggi dengan setelan hitam serta topi senada. "Bagaimana? Sudah kau temukan obatnya?" tanya Bu Fatma begitu sampai di depan orang suruhannya. Matanya berkali-kali melirik sekitar, takut jika akan ada yang melihatnya. "Tenang saja, ini adalah obat terkuat yang bisa digunakan." Jemari itu terulur, memberikan sebuah botol kaca kecil berisi cairan kuning di dalamnya. "Dosisnya sangat kuat, bahkan satu tetes saja bisa melenyapkan nyawa sang bayi." Bu Fatma t

  • Aku Madu Kembaranku   Bab 18. Di interogasi Bu Fatma

    Malik terdiam mendengar pertanyaan Tania. Gadis cantik berambut panjang lurus itu membuang wajah ke luar jendela. Hembusan nafas panjang terdengar dari hidungnya. "Mas minta maaf. Mas kira itu bukan hal penting memberi tahu soal alergi Mas," ucap Malik membuka suara. Dia hendak menggenggam tangab Tania. Namun, sang istri menepiskan tangannya. "Aku memang tidak sepenting Rania," lirih Tania kecewa. Malik mengusap kasar rambutnya. Dia tidak menyangka jika Tania akan membahas soal ucapan Rania mengenai alerginya. Malik memutar tubuhnya lalu memeluk Tania erat. Mungkin karena Tania tengah hamil, perasaanya menjadi lebih sensitif. "Mas minta maaf. Mas mulai hari ini tidak ada lagi rahasia di antara kita berdua," ucap Malik menenangkan kegundahan Tania. Cairan bening mengalir dari kedua sudut matanya. "Maaf aku juga tidak tahu bisa se sensitif ini." "Mas mengerti. Kamu pasti merasa cemburu kan?" Tania menangguk sebagai jawaban. Memang dia sadar Malik mantan suami adi

  • Aku Madu Kembaranku   Bab 17. Kembali ke kota

    "Tidak usah diangkat, biarkan saja, nanti siangan Mas telpon balik agar Mama tidak bawel. Mama pasti ingin memastikan kita ada dimana,” tegas Malik. Tania mengangguk patuh sekaligus bernafas lega dengan keputusan Malik, ia tak mendebat sedikitpun akan keputusan yang sudah dibuatnya karena sadar di balik itu Malik hanya ingin melindungi semuanya. “Ya sudah kalau begitu Mas yang terpenting nanti kau harus kasih kabar ke Mama mu supaya tak panik mencarimu,” sahut Tania sembari tersenyum tipis. “Iya,” ucap Malik. “Sekarang waktunya kita sarapan, Paman dan Rania sudah menunggu di ruang makan sana,” ajak Tania. Malik mengangguk, mereka pun bergegas dengan berjalan beriringan menuju ke ruang makan. Di sana sudah ada Rania yang mulai menyuguhkan kopi untuk Paman, netra Rania langsung tertuju pada Tania dan Malik yang berjalan ke arahnya. Terlihat senyum Rania begitu lebar hingga membuat kedua matanya jadi sipit. "Selebar apapun senyumanmu, aku tahu kamu sedang sakit m

  • Aku Madu Kembaranku   Bab 16. Curhatan Rania dan Tania

    Ayam berkokok tidak tidak lama setelah azan subuh berkumandang. Tania menggeliat membuka mata. Dia menggoyangkan tubuh Malik agar bangun dan menunaikan salat. Malik pun membuka san langsung beranjak dari tempat tidur. Kamar mandi di rumah Paman Burhan hanya satu. Keduanya harus antri karena ternyata ada Paman Burhan yang lebih dulu di kamar mandi. Tidak lama kemudian Paman Burhan keluar, Tania membiarkan Malik lebih dulu menggunakan kamar mandi. "Bilang pada Malik. Paman tunggu di luar. Kita salat di masjid berjamaah dengan warga," pesan Paman Burhan sebelum masuk ke dalam kamarnya. Tania segera menyampaikan pesan Paman Burhan begitu Malik selesai mandi dan berwudu. Tania langsung masuk ke kamar mandi. Dia tidak ingin Paman menunggu Malik yang kelamaan menanti dirinya di kamar. Tania lupa membawa sarung dan juga baju koko milik Malik. Hawa dingin dan sejuknya air yang berasal dari pegunungan membuat Malik gemetaran. "Ini koko dan sarungnya Mas. Maaf saking buru-burunya ak

  • Aku Madu Kembaranku   Bab 15. Membatalkan perjanjian

    Ada masalah apa, Mas?" tanya Tania yang tidak sengaja mendengar suara telpon dari sekretarisnya. Nama ibu mertuanya disebut oleh sekretaris Malik. Apalagi wajah Malik juga terlihat gusar setelah menerima telepon. "Mama datang, mengecek jadwal Mas. Mungkin memastikan Mas tidak bohong," gumam Malik. "Terus?" Tania mengerutkan dahi panik. "Sudah beres, Lita sudah mengurusnya. Ia juga memperlihatkan data palsu yang sudah Mas siapkan," jawab Malik. Tania dan Rania lega mendengarnya. Malik meminta sekretarisnya supaya menyelesaikan masalah kecil yang terjadi di kantornya. Ternyata mamanya datang hanya untuk mengecek jadwal Malik, untung saja Lita cukup sigap dan menyelesaikannya dengan baik sesuai perintah sang bos. "Maaf ya, gara-gara aku kalian harus berbohong," ucap Rania dengan lemah. "Tidak masalah, Rania. Lagi pula tidak ada salahnya aku bepergian kemanapun membawa Tania. Mama tidak punya hak untuk melarang," ucap Malik menenangkan gadis kesayangannya. Tania menghe

  • Aku Madu Kembaranku   Bab 14. Rania menolak operasi

    Rania terkejut melihat kakaknya hampir jatuh tersungkur ke lantai, tetapi Ia tidak bisa berbuat apa-apa. Untuk sekadar bersuara saja Ia kesulitan, saat ini seluruh tubuhnya terasa seperti ditusuk ribuan jarum. Rasa sakit di perutnya sudah menjalar ke mana-mana. Dokter hanya bisa berusaha mengalihkan sedikit rasa sakitnya dengan sementara. "Tania kenapa? apa pas di jalan tadi dia mengeluhkan sesuatu?" tanya Paman Burhan pada Malik yang juga kebingungan. Mereka menggotong tubuh Tania lalu membaringkannya di brankar kosong yang ada di samping Rania. Kebetulan ruangan kelas satu sedang penuh jadi Rania kebagian ruang rawat kelas dua dengan satu ruangan berisi dua pasien. Di kamar itu baru ada Rania seorang diri ditemani Paman Burhan. "Tidak ada, tadi dia baik-baik saja Paman. Tapi, mungkin kita perlu panggil suster juga." Malik panik dan merogoh-rogoh saku jaket dan celananya seperti mencari sesuatu. "Tunggu dulu, Ia mungkin cuma syok melihat adiknya seperti ini. Apa kalian su

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status