Perdebatan antara Rina dan Shilla membuat Rizwan malu, bahkan sangat malu dengan Laila. Rizwan tak menyangka jika kakaknya sangatlah matre seperti yang diucapka Laila saat menjadi istrinya dulu."Aku enggak betah dengan kakakmu, Mas!" pungkas Shilla pada Rizwan. Rizwan tak bisa membantah perkataan Shilla apalagi membela kakaknya. Rizwan terlalu takut dengan istrinya sendiri"Tapi, Shill--"Aku enggak mau tau, jangan sampai ibumu dan kakakmu mencampuri urusan rumah tangga kita!" Shilla terlihat masih marah atas perlakuan kakak iparnya."Mungkin Mbak Laila dulu sangat bahagia melepasmu karena keuangannya diatur sama ibu dan kakakmu," Shilla kembali mengungkapkan uneg-unegnya kembali."Maksud kamu?" Rizwan masih kurang paham dengan perkataan Shilla."Apa kamu enggak mikir, istri kamu jatah lebih kecil dari pada keluargamu. Padahal ibumu sudah punya uang pensiunan yang cukup lumayan ditambah lagi Mbak Rina yang kehidupannya ingin bermewah-mewahan meskipun sudah dapat nafkah dari suaminya,
Sepulang dari rumah Rizwan, segera ibunya bergegas pulang ke rumah Rina. Romlah sementara tinggal bersama Rina karena rumahnya terlalu kotor dan Romlah paling malas membersihkan rumah."Rin, Rizwan sudah mulai ngelunjak denganku!" Romlah datang tiba-tiba dan tèrlihat dipenuhi amarah."Maksud ibu, Rizwan sudah berani melawan ibu?" Rina menebak kekhawatiran ibunya."Ya, ini semua gara-gara Shilla. Rugi aku sudah menikahkan anak pungut itu dengan Shilla," tukas ibunya. Rina terkejut ketika Ibunya mengungkit soal asal usul Rizwan. Padahal almarhum ayahnya sudah memintanya untuk merahasiakan asal usulnya."Ibu menyebutnya anak pungut? Bukankah ayah sudah melarang ibu menyebutnya seperti itu?" Rina terkejut mendengar penuturan ibunya."Aku sudah sangat muak dengannya, bisa-bisanya dia lebih memilih istrinya daripada ibu yang merawatnya!" suara Romlah masih terdengar tak ada rasa bersalah."Terus apa yang akan ibu lakukan setelah ini? Pastinya Rizwan akan sangat terpukul setelah mendengar ib
Esok hari seperti biasa di rumah Rina penuh dengan aktifitas rumah tangga seperti biasanya, Danu juga terlihat sudah berangkat kerja.Tok tok tokLisa datang dengan pakaian khasnya, meski sudah berusia tak muda lagi namun penampilannya masih seperti anak muda. Dengan celana jeans dan kaos serta jaket yang dikenakannya membuat tetangga Rina tak mengenali penampilan nyentrik mertuanya. "Assalamu alaikum," ucapan salam dari arah depan."Waalaikum salam, ibu." Rina terkejut karena ibu mertuanya sudah berada di depan pintu "Kenapa, kamu tak suka ibu datang?" ucapan santai namun sangat pedas di telinga Rina."Senang kok, Bu," jawab Rina"Senang yang dipaksakan," celetuk ibu mertuanya."Bu besan sudah datang, mari masuk bu. Kamar sudah disiapkan Rina, Bu," Romlah berpura-pura baik ketika salah satu musuhnya datang dan tak lain adalah mertuanya Rina."Biasa aja, tak perlu cari muka dengan saya, Bu besan," ucapan Lisa seketika membuat nyali Romlah menciut. Romlah tak akan mampu membalas uca
Keesokan harinya, Shilla teringat akan niatnya menemui Laila. Gegas Shilla bersiap dan meminta ijin kepada Rizwan untuk berangkat tempat kerja Laila. Tak sulit bagi Shilla untuk menemui Laila karena tempat kerja Laila berada di depan ruang kerja suaminya."Assalamu alaikum," ucap salam dari Shilla. Penampilan Shilla sudah terlihat lebih sopan dari sebelumnya. Celana jeans dan kemeja bermotif bunga membuat Shilla terlihat lebih anggun dan cantik."Waalaikum salam," jawab Laila. Laila terkejut dengan kedatangan Shilla ke tempat kerjanya."Mbak Lai, boleh bicara denganmu sebentar," ucap Shilla dengan nada sopan. Laila terkesan dengan perubahan Shilla."Ada perlu apa, Shil? Sepertinya ada sesuatu yang akan kamu sampaikan." Laila menatap Shilla dengan pandangan menyelidik."Em, anu Mbak," Shilla masih ragu untuk mengucapkannya."Kita ke kantin ya, mungkin dengan berbicara berdua kamu bisa leluasa menyampaikannya," kata Laila dengan nada santai. Laila dan Shilla bergegas ke kantin. Laila m
Shilla kembali pulang menuju kontrakannya dengan perasaan bahagia. Sesampai di rumah ada seseorang yang duduk bersedekap di pintu kontrakannya. Gemas sekali Shilla melihat sosok yang kini paling dibencinya."Ibu," Shilla terkejut melihat mertuanya sudah berdiri dengan angkuhnya."Kenapa, takut?" Romlah berkata dengan angkuhnya ketika Shilla datang."Kenapa takut, hanya kaget saja melihat orang yang tiba-tiba berdiri di pintu," jawab Shilla dengan nada santai. Namun tidak sesantai suasana hati Romlah. Romlah iri melihat kebahagiaan Shilla bersama Rizwan. "Belikan aku nasi padang!" Tanpa tahu malu, Romlah tiba-tiba meminta Shilla membelikan nasi padang. Shilla masih pura-pura tak mendengar permintaan Romlah."Heh, kamu budeg ya!" Romlah semakin geram melihat Shilla yang tak peduli dengan permintaannya. Seketika Shilla berbalik dan maju ke arah Romlah, membuatnya seperti gugup."Kenapa, apa tidak malu minta makan ke orang lain!" Gemas sekali Shilla dengan sikap Romlah, kemarin membuat Ri
Terlihat sejak subuh Romlah dan Rina serta dibantu Lisa sedang berkutat di dapur. Sepertinya usaha mulai ramai, pemasaran yang dilakukan Lisa sangat membuahkan hasil. Pelanggan baru dari rekan Danu dan Lisa sangat banyak sehingga tidaklah sulit untuk mempromosikan katering menantunya. Semakin banyak pesanan maka waktu mereka untuk bermalas-malasan menjadi berkurang. Sekedar ke rumah Rizwan pun mereka berdua tidak sempat."Sampai kapan aku harus bekerja seperti ini!" Lirih Romlah namun terdengar di telinga Rina."Sabar, Bu. Rina juga males ngerjakan hal seperti ini. Ibu juga tau, aku paling tak suka memasak seperti ini apalagi dalam kuota banyak begini," desah Rina. Desahan mereka berdua terdengar oleh Lisa hanya saja Lisa cuek dan tersenyum miris melihat kebiasaan mereka."Bu, bagaimana jika kita mencari karyawan saja?" usul Rina pada Lisa yang tengah asik menghitung keuangan usaha katering. "Apa kamu sanggup untuk membayar?" Lisa melihat ekspresi menantunya begitu enteng meminta kar
"Assalamu alaikum," ucapan salam dari Laila. Laila dan Shilla sudah merencanakan jauh-jauh hari untuk berkunjung ke kediaman Rina sekedar bersilaturahim dengan Lisa. Lisa sangat mengenal suara wanita yang mengucap salam saat dirinya masih berada di dalam. Lisa segera ke ruang tamu dan melihat dua wanita muda datang bersamaan."Waalaikum salam," jawaban salam dari Lisa. Lisa senang sekali dengan kedatangan mereka berdua. Apalagi sosok Laila yang dirindukan Lisa."Shilla dan Laila, kalian kemari? Ibu sudah kangen sama kalian berdua. Yuk duduk dulu!" Lisa mempersilahkan mereka duduk. Laila dan Shilla saling bersenggolan melihat Rina dan Romlah sedang memasak makanan untuk pesanan."Bagaimana kabar ibu?" tanya Laila."Alhamdulillah, ibu bikinkan minum dulu ya," Lisa berdiri akan menuju ke dapur namun dicegah Laila. Laila tidak mau merepotkan seorang ibu yang sudah dianggapnya ibu kandung sendiri."Tidak perlu, Bu. Laila mau beli lauk untuk makan," Laila sengaja membeli lauk karena ingin
Sepulang dari rumah Rina, Shilla segera menyiapkan makan malam untuk Rizwan. Shilla senang sekali melihat mobil Rizwan sudah terparkir di depan pintu. "Assalamu alaikum," Shilla masuk ke dalam rumah setelah salam namun tak ada jawaban salam dari Rizwan. Tanpa sengaja Shilla melihat darah di depan pintu kamarnya, Shilla terkejut dan segera mencari tahu darah apa itu. "Darah siapa ini?" Shilla masih menyelidiki darah itu, darah mengarah ke sebuah tempat."Kenapa tercecer begini," Shilla mengikuti tetesan darah sampai ke kamar mandi. Shilla takut jika darah ini darah tikus atau orang yang sengaja menerornya.Tok tok tokShilla mencoba berpikir positif dan tidak terjadi apapun di rumah. "Mas, Mas Rizwan." Shila mengetuk kamar mandi karena darah tersebut mengarah ke kamar mandi. Shilla kembali mengetuk dan tetap tak ada jawaban sama sekali. "Mas, apa kamu di dalam?" Shilla masih memanggil nama suaminya."Kok dikunci sih," Shilla masih berusaha membuka pintunya, namun pintu tak bisa ter