Keesokan harinya, Shilla teringat akan niatnya menemui Laila. Gegas Shilla bersiap dan meminta ijin kepada Rizwan untuk berangkat tempat kerja Laila. Tak sulit bagi Shilla untuk menemui Laila karena tempat kerja Laila berada di depan ruang kerja suaminya."Assalamu alaikum," ucap salam dari Shilla. Penampilan Shilla sudah terlihat lebih sopan dari sebelumnya. Celana jeans dan kemeja bermotif bunga membuat Shilla terlihat lebih anggun dan cantik."Waalaikum salam," jawab Laila. Laila terkejut dengan kedatangan Shilla ke tempat kerjanya."Mbak Lai, boleh bicara denganmu sebentar," ucap Shilla dengan nada sopan. Laila terkesan dengan perubahan Shilla."Ada perlu apa, Shil? Sepertinya ada sesuatu yang akan kamu sampaikan." Laila menatap Shilla dengan pandangan menyelidik."Em, anu Mbak," Shilla masih ragu untuk mengucapkannya."Kita ke kantin ya, mungkin dengan berbicara berdua kamu bisa leluasa menyampaikannya," kata Laila dengan nada santai. Laila dan Shilla bergegas ke kantin. Laila m
Shilla kembali pulang menuju kontrakannya dengan perasaan bahagia. Sesampai di rumah ada seseorang yang duduk bersedekap di pintu kontrakannya. Gemas sekali Shilla melihat sosok yang kini paling dibencinya."Ibu," Shilla terkejut melihat mertuanya sudah berdiri dengan angkuhnya."Kenapa, takut?" Romlah berkata dengan angkuhnya ketika Shilla datang."Kenapa takut, hanya kaget saja melihat orang yang tiba-tiba berdiri di pintu," jawab Shilla dengan nada santai. Namun tidak sesantai suasana hati Romlah. Romlah iri melihat kebahagiaan Shilla bersama Rizwan. "Belikan aku nasi padang!" Tanpa tahu malu, Romlah tiba-tiba meminta Shilla membelikan nasi padang. Shilla masih pura-pura tak mendengar permintaan Romlah."Heh, kamu budeg ya!" Romlah semakin geram melihat Shilla yang tak peduli dengan permintaannya. Seketika Shilla berbalik dan maju ke arah Romlah, membuatnya seperti gugup."Kenapa, apa tidak malu minta makan ke orang lain!" Gemas sekali Shilla dengan sikap Romlah, kemarin membuat Ri
Terlihat sejak subuh Romlah dan Rina serta dibantu Lisa sedang berkutat di dapur. Sepertinya usaha mulai ramai, pemasaran yang dilakukan Lisa sangat membuahkan hasil. Pelanggan baru dari rekan Danu dan Lisa sangat banyak sehingga tidaklah sulit untuk mempromosikan katering menantunya. Semakin banyak pesanan maka waktu mereka untuk bermalas-malasan menjadi berkurang. Sekedar ke rumah Rizwan pun mereka berdua tidak sempat."Sampai kapan aku harus bekerja seperti ini!" Lirih Romlah namun terdengar di telinga Rina."Sabar, Bu. Rina juga males ngerjakan hal seperti ini. Ibu juga tau, aku paling tak suka memasak seperti ini apalagi dalam kuota banyak begini," desah Rina. Desahan mereka berdua terdengar oleh Lisa hanya saja Lisa cuek dan tersenyum miris melihat kebiasaan mereka."Bu, bagaimana jika kita mencari karyawan saja?" usul Rina pada Lisa yang tengah asik menghitung keuangan usaha katering. "Apa kamu sanggup untuk membayar?" Lisa melihat ekspresi menantunya begitu enteng meminta kar
"Assalamu alaikum," ucapan salam dari Laila. Laila dan Shilla sudah merencanakan jauh-jauh hari untuk berkunjung ke kediaman Rina sekedar bersilaturahim dengan Lisa. Lisa sangat mengenal suara wanita yang mengucap salam saat dirinya masih berada di dalam. Lisa segera ke ruang tamu dan melihat dua wanita muda datang bersamaan."Waalaikum salam," jawaban salam dari Lisa. Lisa senang sekali dengan kedatangan mereka berdua. Apalagi sosok Laila yang dirindukan Lisa."Shilla dan Laila, kalian kemari? Ibu sudah kangen sama kalian berdua. Yuk duduk dulu!" Lisa mempersilahkan mereka duduk. Laila dan Shilla saling bersenggolan melihat Rina dan Romlah sedang memasak makanan untuk pesanan."Bagaimana kabar ibu?" tanya Laila."Alhamdulillah, ibu bikinkan minum dulu ya," Lisa berdiri akan menuju ke dapur namun dicegah Laila. Laila tidak mau merepotkan seorang ibu yang sudah dianggapnya ibu kandung sendiri."Tidak perlu, Bu. Laila mau beli lauk untuk makan," Laila sengaja membeli lauk karena ingin
Sepulang dari rumah Rina, Shilla segera menyiapkan makan malam untuk Rizwan. Shilla senang sekali melihat mobil Rizwan sudah terparkir di depan pintu. "Assalamu alaikum," Shilla masuk ke dalam rumah setelah salam namun tak ada jawaban salam dari Rizwan. Tanpa sengaja Shilla melihat darah di depan pintu kamarnya, Shilla terkejut dan segera mencari tahu darah apa itu. "Darah siapa ini?" Shilla masih menyelidiki darah itu, darah mengarah ke sebuah tempat."Kenapa tercecer begini," Shilla mengikuti tetesan darah sampai ke kamar mandi. Shilla takut jika darah ini darah tikus atau orang yang sengaja menerornya.Tok tok tokShilla mencoba berpikir positif dan tidak terjadi apapun di rumah. "Mas, Mas Rizwan." Shila mengetuk kamar mandi karena darah tersebut mengarah ke kamar mandi. Shilla kembali mengetuk dan tetap tak ada jawaban sama sekali. "Mas, apa kamu di dalam?" Shilla masih memanggil nama suaminya."Kok dikunci sih," Shilla masih berusaha membuka pintunya, namun pintu tak bisa ter
TingTerpaksa Shilla menghubungi Laila untuk mengabarkan keasaan Rizwan. Tak ada niat lain, hanya Shilla ingin menyampaikan keadaan, mungkin dengan kedatangan Laila ke rumah sakit, bisa membuat Rizwan kembali bersemangat. "|Mbak Lai, doakan suamiku agar segera pulih. Mas Rizwan nekat bunuh diri|" Pesan dari Shilla."|Bunuh diri?|" balasan dari Laila. Laila terkejut sekali dengan sikap mantan suaminya yang nekat."|Sepertinya Mas Rizwan melakukan hal ini karena kejadian waktu itu|" pesan dari Shilla. "|Kamu yang sabar, mohon maaf Mbak belum bisa membesuknya|" balasan dari Laila. Shilla memaklumi keadaan Laila yang sedang hamil muda."|Shilla mengerti, mohon doanya saja sudah cukup bagi Shilla|" pesan dari Shilla."|Semoga Mas Rizwan segera sembuh|" balasan dari Laila."|Aamiin, terimakasih doanya, Mbak|" pesan dari Shilla."Ehmmm serius amat, sampai suaminya dicuekin. Sini lihat ponselnya," Doni segera mengambil ponsel Laila. Doni membaca pesan Shilla kepada Laila. "Rizwan? Maksudny
Hari ini sengaja Laila dan Doni tak pergi ke kantor. Mereka akan menjenguk Rizwan seperti yang rencanakan. Laila membawa makanan dalam rantang untuk Shilla. Semua makanan Laila persiapkan sendiri supaya tidak merepotkan orang lain."Rajin amat istriku padahal sedang hamil," ucap Doni saat melihat Laila tengah sibuk menyiapkan bekal untuk dibawa ke rumah sakit. Tiba-tiba kedua tangan Doni melingkar di perut Laila."Iya, kasihan Shilla. Pasti dia sibuk menjaga suaminya, jangan berburuk sangka padaku, aku buka wanita yang akan kembali ke masa lalu," Laila yang mengerti dengan rasa cemburu suaminya, sosok Doni yang tak akan rela Laila menjadi milik siapapun kecuali dirinya."Iya, iya. Aku mengerti kok," persiapan sudah selesai kini mereka berdua bersiap menuju ke rumah sakit.Doni melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Tak ada percakapan serius selama dalam perjalanan. Tak lama mereka segera menuju ke rumah sakit tempat Rizwan dirawat. Sampai di ruang rawat inap, Laila mendapati Shil
Laila dan Doni keluar dari ruang rawat inap Rizwan dan segera pulang ke rumah. Sedangkan Shilla kembali duduk di samping Rizwan. Digenggamnya lelaki yang menjadi sandaran hidupnya sembari diusap punggung telapak tangannya. Rizwan mengerjabkan mata dan memanggil nama Shilla."Shil, Shilla," suara lirih meluncur begitu saja dari mulut Rizwan. Shilla menatap kedua mata Rizwan, hatinya begitu tenang melihat Rizwan sudah siuman. "Mas, aku di sampingmu. Apa kamu mendengarku?" Shilla kembali menyadarkan Rizwan."Shil, aku minta maaf," suara lemah dari bibir Rizwan. Kedua mata Rizwan berkaca-kaca melihat Shilla mendampinginya. Digenggamnya tangan Shilla seakan tak memperbolehkan dia pergi darinya. Tak ada yang bisa diungkapkan kecuali rasa syukur atas kebahagiaan yang didapatkannya."Kamu tak salah, Mas." Shilla membelai kepala Rizwan sesekali mendaratkan ciuman di dahinya."Shil, maafkan aku sudah menyusahkanmu," ucap Rizwan. Seketika Shilla mencium tangan Rizwan yang mengenggam tangannya.