Pagi-pagi sekali, Lisa meminta Rina untuk menyiapkan makanan untuk Shilla. Lisa sengaja mengirim makanan untuk Shilla karena Lisa paham jika Shilla pasti terlalu lelah setelah menjaga Rizwan di rumah sakit. Apalagi mengurus pindah kontrakan sehingga Shilla membutuhkan banyak tenaga."Untuk siapa, Rin?" Romlah heran melihat Rina sepagi ini sudah menyiapkan makanan."Disuruh ibu untuk diantar ke rumah Rizwan," jawab Rina membuat Romlah sedikit kesal. Mendengar nama Rizwan sudah membuat mood Romlah dan Rina berantakan."Dasar anak pungut, Bisa - bisanya dia merepotkan kita!" celetukan Romlah tentu saja didengar Lisa. Lisa kesal mendengar ucapan Romlah yang tak ada rasa kasihan sama sekali."Emangnya Bu Romlah merasa direpotkan? aku menyuruh Rina bukan Bu Romlah. Lagian yang masak juga aku bukan Rina," ucapan Lisa membuat kedua mata Romlah membola sempurna. Romlah semakin kesal karena pembelaan dari Lisa."Sudah, kamu tidak usah ikut campur!" pungkas Romlah yang tak suka dengan sahutan Li
Motor yang dikendarai Rina sudah berada di depan rumah kontrakan Shilla dan Rizwan. Meski tak besar namun cukup nyaman untuk mereka berdua.Tok tok tok Rina mengetuk pintu rumah Rizwan tanpa salam. Rina terpaksa mengantar makanan karena permintaan Ibu mertuanya. Tak ada yang bisa dia lakukan dan hanya bisa menurut saat Lisa memintanya.Ceklek"Mbak Rina," Shilla terkejut melihat Rina sudah berada di depan pintu membawa sebuah rantang makanan."Ini dari Bu Lisa, udah buruan bawa masuk!" Rina segera menuju ke motornya dan pergi dari rumah Rizwan tanpa ingin menjenguknya. Selama Rizwan di rumah sakit, Romlah dan Rina tak pernah menjenguknya. Bertanya kabarpun tak pernah mereka lakukan.'Benar-benar hati Rina dan Romlah sudah membeku. Hanya ingin senangnya saja tanpa memikirkan susahnya."Ada ya orang model begitu, saat diberi uang saja kayak ajudan pribadi. Saat sakit, nengok saja kagak," Shilla membuang nafas kasar setelah melihat tingkah Rina. Shilla membawa rantang pemberian Lisa ke
Pagi-pagi Romlah minta diantarkan Rina menuju ke bank untuk membayar transaksi belanja online yang menjadi kebiasaanya akhir-akhir ini. Untuk urusan makan memang sudah ikut makan di katering, sehingga uang dari keuntungan yang dibagi tiga beliau pakai untuk bersenang-senang. Belum lagi uang pensiunan yang diperolehnya tiap bulan. Kebiasannya sama sekali tidak pernah berubah. Selalu berfoya-foya jika memegang uang.BrakMotor yang dikendarai Rina menabrak pembatas jalan mengakibatkan Romlah terpental sejauh lima meter. Rina hanya mengalami luka ringan namun Romlah mengalami patah kaki dan kepalanya membentur trotoar sehingga tidak sadarkan diri. Rina dan Romlah segera dibawa warga ke rumah sakit. Rina segera menghubungi mertuanya jika dirinya dan Romlah terkena musibah."Rin, kamu tak apa-apa kan?" Lisa terlihat panik saat melihat menantunya duduk di ruang UGD dengan kepala yang diperban. Meski tak sejalan dengan menantunya namun Lisa tak serta merta membiarkan Rina yang terkena musib
Sudah dua minggu Romlah dirawat di rumah sakit dan keadaannya juga semakin membaik. Dua minggu pula Rizwan tak pernah menunjukkan batang hidungnya. Semua Rizwan lakukan supaya tak ada lagi hinaan dan kebencian dari mereka berdua kepadanya."Mungkin besok pasien diperbolehkan pulang," ucap seorang perawat yang sedang mengecek tekanan darah Romlah. Selama di rumah sakit hanya Rina yang menjaganya. Lisa hanya mengirimkan makan untuk Rina. Danu juga sedang dinas di luar kota. Rizwan dan Shilla sendiri sudah tak mau menjenguk. Bukannya benci tapi takut bikin keadaan tambah runyam."Terima kasih suster," Rina merasa lega karena ibunya akan segera pulang. Namun kaki Romlah masih harus memakai kruk sebagai penopang dirinya dan membantu saat berjalan."Rin, ibu ingin segera pulang," Romlah merengek bak anak kecil. Rina paham jika ibunya ingin pulang karena terlalu lama dirawat di rumah sakit."Besok ibu sudah diperbolehkan pulang." Rina mencoba menenangkan ibunya yang sedari tadi merengek min
Kedua mata Romlah mulai berkaca-kaca karena air mata yang sudah berkumpul di pelupuk matanya. Sakit hati saat Romlah mendengar ucapan anak kandungnya. Tidak seperti Rizwan yang dulu sering memanjakannya sampai lalai memberi nafkah istrinya."Kamu sekarang perhitungan dengan ibu!""Ingat bu, di dunia ini tak ada yang gratis! Kalau enggak mau ya sudah, Rina mau pulang sekarang, dan ibu silahkan pulang sendiri!" Rina semakin kurang ajar pada ibunya sendiri. Sifat Rina hampir sama persis dengan ibunya. Tak mau berusaha dan hanya mau enaknya saja."Baiklah, jangan tinggalkan ibu. Mulai bulan depan ibu akan memberimu jatah setengah dari uang pensiunan bapakmu," Romlah terpaksa mengalah demi anak kandungnya. Romlah teringat kembali saat bersama Rizwan. Rizwan tak pernah membantah jika dirinya meminta apapun darinya. Bahkan memintanya untuk menceraikan Laila.TesAir mata Romlah luruh saat mengingat momen bersama Rizwan. Romlah menyesal sudah memperlakukan Rizwan layaknya sapi perah untuk me
Hari ini Romlah diperbolehkan pulang. Rina memesan taksi online untuk kepulangan mereka berdua. Di dalam mobil, Rina masih sibuk dengan ponselnya tanpa mengajak bicara ibunya. Pikiran Romlah juga sedang kalut dengan kelakuan Rina yang salah."Bu, jangan sampai ibu bilang ke Ibu mertua dan Mas Danu jika Rina bertemu dengan seorang laki-laki!" tukas Rina tanpa menoleh pada ibunya. Nada suaranya pun terdengar ketus sekali, tidak seperti orang yang minta tolong pada umumnya."Iya," jawaban pasrah yang hanya bisa ia lontarkan. Romlah kembali menerawang masa lalunya yang begitu tega pada suaminya dan Rizwan. Meskipun anak pungut, tetapi Rizwan sangat sayang padanya. Rizwan tak pernah mengabaikan permintaannya sama sekali."Rin, apa kamu tak kasihan dengan Danu? Dia sangat mencintaimu," Romlah kembali mengingatkan pada anak perempuannya, hanya saja wajah Rina sama sekali tak ada guratan wajah senang ketika membahas Danu."Sekarang keuangan Mas Danu dipegang penuh sama ibunya, Rina juga tidak
Tuut tuut"Halo, assalamu alaikum, Bu," Shilla menjawab panggilan Lisa. "Waalaikum salam," sahut Lisa."Shilla, boleh ibu bicara padamu?" Lisa harus berhati-hati jika berbicara mengenai Romlah. Lisa khawatir jika Rizwan atau Shilla masih membenci Romlah."Bicara apa, Bu?" Shilla semakin penasaran dengan pertanyaan Lisa. Shilla merasa ada sesuatu yang serius dan ingin menyampaikan kepadanya."Mengenai ibu mertuamu," hati Shilla mencelos, takut jika Romlah ingin menghinanya lagi. Lebih parah jika Romlah menghina Rizwan yang membuatnya khawatir.HeningShilla terdiam sejenak dan belum bisa memutuskan mengabulkan permintaan Lisa dan Romlah. Shilla menatap foto Rizwan sejenak, teringat lagi kejadian saat Rizwan terpaksa dirawat di rumah sakit karena ucapan Romlah yang menyakitkan."Shil, aku tahu jika kamu dan Rizwan mulai tak menyukai ibumu. Tapi asal Shilla tau, jika ibu mertuamu sekarang sudah sadar sejak pulang dari rumah sakit, ibu tak tahu apa yang menyebabkan Bu Romlah seperti ini,
Pagi-pagi sekali Lisa kembali berkutat dengan bahan untuk pesanan nasi hari ini. Romlah keluar dari kamar sekedar membantu sebisanya. Romlah tak nyaman dan bosan jika harus beristirahat saja di dalam kamar."Bu Romlah kenapa ikut membantu? Lihat kaki Bu Romlah yang belum bisa berjalan. Nanti Bu Romlah lelah loh," Lisa melarang Romlah untuk membantunya. Sementara Rina masih sibuk dan berkutat dengan rendang sesekali melirik kepada Romlah sembari mencebik."Saya bantu melipat kotak nasi saja, Bu. Saya masih bisa. Tak apa kok jika saya tak dibayar, dari pada saya sendiri jenuh di kamar," Romlah mendekati kertas nasi kotak yang masih belum terlipat menjadi kotak makanan. "Iya sudah, Romlah melipat kotak nasi saja," tukas Lisa. Segera Lisa mengambilkan kursi untuk tempat duduk Romlah. Rina yang melihat ibunya semakin menunjukkan rasa benci. "Rina, jika sudah selesai segera masukkan nasinya ke dalam kotak, setelah itu biar ibu yang melanjutkan untuk memasukkan sayur dan lauknya," ucap Lis