Pagi ini Doni terkejut dengan berita tentang Bram di televisi dengan kasus baru. Bram terjerat kasus penyalah gunaan narkoba. Belum selesai kasus sebelumnya, kini hukuman yang lain sudah menunggu Bram."Pak Bram?" Doni terkejut mendengar berita di televisi mengenai kasus yang menjerat Bram."Ada apa, Sayang?" Laila melihat suaminya yang terkejut dengan berita Bram."Pak Bram, papanya Alexandra terjerat kasus berat." Doni terkejut mendengar berita mengenai Bram."Oh," Laila santai mendengar berita tentang Bram. Sebelum kasus mencuat, Laila sudah lebih dulu mengetahuinya. "Kok hanya oh, Sayang?" tanya Doni atas jawaban singkat Laila."Iya, aku sudah tau skandal papanya alexandra sejak lama." sahut Laila dengan santai."Kok kamu baru memberitahukan padaku sayang?""Apa pentingnya? Kamu ingin berhubungan dengan mereka?" Laila memandang suaminya penuh selidik."Bukan seperti itu, Lai. Tapi mereka menjanjikan kerjasama di bidang pariwisata," Doni masih mencoba menjelaskan pada Laila."Semua
Doni memberikan tespack kepada Laila untuk memastikan kehamilannya. Doni berharap keinginannya menjadi seorang ayah menjadi kenyataan."Jangan ngintip!" Laila begitu ketus saat bicara dengan suaminya sendiri. "Tiap hari udah liat, enggak perlu ngintip," pungkas Doni semakin gemes dengan istrinya yang mudah marah.Sati menitDua menitJantung Doni berdetak tak beraturan ketika Laila masih berada di kamar mandi. Tak lama, Laila keluar dengan wajah datar tidak ada cerianya sama sekali. Doni berpikir untuk kembali bersabar jika Laila belum diberikan amanah buah hati."Hasilnya ini," Laila memberikan tespacknya pada suami."Garis dua, alhamdulillah ya Allah. Akhirnya aku akan jadi ayah, terimakasih sayangku." Doni sangat bahagia bahwa Laila tengah hamil anaknya."Iya, tapi jangan ganggu aku. Aku mau rebahan, lelah terus dari tadi," Laila kembali ke ranjang dan rebahan seperti tadi. Tubuh terasa lemas sekali dan mudah lelah."Iya, kamu boleh istirahat. Jangan capek-capek juga, makan yang
Perdebatan antara Rina dan Shilla membuat Rizwan malu, bahkan sangat malu dengan Laila. Rizwan tak menyangka jika kakaknya sangatlah matre seperti yang diucapka Laila saat menjadi istrinya dulu."Aku enggak betah dengan kakakmu, Mas!" pungkas Shilla pada Rizwan. Rizwan tak bisa membantah perkataan Shilla apalagi membela kakaknya. Rizwan terlalu takut dengan istrinya sendiri"Tapi, Shill--"Aku enggak mau tau, jangan sampai ibumu dan kakakmu mencampuri urusan rumah tangga kita!" Shilla terlihat masih marah atas perlakuan kakak iparnya."Mungkin Mbak Laila dulu sangat bahagia melepasmu karena keuangannya diatur sama ibu dan kakakmu," Shilla kembali mengungkapkan uneg-unegnya kembali."Maksud kamu?" Rizwan masih kurang paham dengan perkataan Shilla."Apa kamu enggak mikir, istri kamu jatah lebih kecil dari pada keluargamu. Padahal ibumu sudah punya uang pensiunan yang cukup lumayan ditambah lagi Mbak Rina yang kehidupannya ingin bermewah-mewahan meskipun sudah dapat nafkah dari suaminya,
Sepulang dari rumah Rizwan, segera ibunya bergegas pulang ke rumah Rina. Romlah sementara tinggal bersama Rina karena rumahnya terlalu kotor dan Romlah paling malas membersihkan rumah."Rin, Rizwan sudah mulai ngelunjak denganku!" Romlah datang tiba-tiba dan tèrlihat dipenuhi amarah."Maksud ibu, Rizwan sudah berani melawan ibu?" Rina menebak kekhawatiran ibunya."Ya, ini semua gara-gara Shilla. Rugi aku sudah menikahkan anak pungut itu dengan Shilla," tukas ibunya. Rina terkejut ketika Ibunya mengungkit soal asal usul Rizwan. Padahal almarhum ayahnya sudah memintanya untuk merahasiakan asal usulnya."Ibu menyebutnya anak pungut? Bukankah ayah sudah melarang ibu menyebutnya seperti itu?" Rina terkejut mendengar penuturan ibunya."Aku sudah sangat muak dengannya, bisa-bisanya dia lebih memilih istrinya daripada ibu yang merawatnya!" suara Romlah masih terdengar tak ada rasa bersalah."Terus apa yang akan ibu lakukan setelah ini? Pastinya Rizwan akan sangat terpukul setelah mendengar ib
Esok hari seperti biasa di rumah Rina penuh dengan aktifitas rumah tangga seperti biasanya, Danu juga terlihat sudah berangkat kerja.Tok tok tokLisa datang dengan pakaian khasnya, meski sudah berusia tak muda lagi namun penampilannya masih seperti anak muda. Dengan celana jeans dan kaos serta jaket yang dikenakannya membuat tetangga Rina tak mengenali penampilan nyentrik mertuanya. "Assalamu alaikum," ucapan salam dari arah depan."Waalaikum salam, ibu." Rina terkejut karena ibu mertuanya sudah berada di depan pintu "Kenapa, kamu tak suka ibu datang?" ucapan santai namun sangat pedas di telinga Rina."Senang kok, Bu," jawab Rina"Senang yang dipaksakan," celetuk ibu mertuanya."Bu besan sudah datang, mari masuk bu. Kamar sudah disiapkan Rina, Bu," Romlah berpura-pura baik ketika salah satu musuhnya datang dan tak lain adalah mertuanya Rina."Biasa aja, tak perlu cari muka dengan saya, Bu besan," ucapan Lisa seketika membuat nyali Romlah menciut. Romlah tak akan mampu membalas uca
Keesokan harinya, Shilla teringat akan niatnya menemui Laila. Gegas Shilla bersiap dan meminta ijin kepada Rizwan untuk berangkat tempat kerja Laila. Tak sulit bagi Shilla untuk menemui Laila karena tempat kerja Laila berada di depan ruang kerja suaminya."Assalamu alaikum," ucap salam dari Shilla. Penampilan Shilla sudah terlihat lebih sopan dari sebelumnya. Celana jeans dan kemeja bermotif bunga membuat Shilla terlihat lebih anggun dan cantik."Waalaikum salam," jawab Laila. Laila terkejut dengan kedatangan Shilla ke tempat kerjanya."Mbak Lai, boleh bicara denganmu sebentar," ucap Shilla dengan nada sopan. Laila terkesan dengan perubahan Shilla."Ada perlu apa, Shil? Sepertinya ada sesuatu yang akan kamu sampaikan." Laila menatap Shilla dengan pandangan menyelidik."Em, anu Mbak," Shilla masih ragu untuk mengucapkannya."Kita ke kantin ya, mungkin dengan berbicara berdua kamu bisa leluasa menyampaikannya," kata Laila dengan nada santai. Laila dan Shilla bergegas ke kantin. Laila m
Shilla kembali pulang menuju kontrakannya dengan perasaan bahagia. Sesampai di rumah ada seseorang yang duduk bersedekap di pintu kontrakannya. Gemas sekali Shilla melihat sosok yang kini paling dibencinya."Ibu," Shilla terkejut melihat mertuanya sudah berdiri dengan angkuhnya."Kenapa, takut?" Romlah berkata dengan angkuhnya ketika Shilla datang."Kenapa takut, hanya kaget saja melihat orang yang tiba-tiba berdiri di pintu," jawab Shilla dengan nada santai. Namun tidak sesantai suasana hati Romlah. Romlah iri melihat kebahagiaan Shilla bersama Rizwan. "Belikan aku nasi padang!" Tanpa tahu malu, Romlah tiba-tiba meminta Shilla membelikan nasi padang. Shilla masih pura-pura tak mendengar permintaan Romlah."Heh, kamu budeg ya!" Romlah semakin geram melihat Shilla yang tak peduli dengan permintaannya. Seketika Shilla berbalik dan maju ke arah Romlah, membuatnya seperti gugup."Kenapa, apa tidak malu minta makan ke orang lain!" Gemas sekali Shilla dengan sikap Romlah, kemarin membuat Ri
Terlihat sejak subuh Romlah dan Rina serta dibantu Lisa sedang berkutat di dapur. Sepertinya usaha mulai ramai, pemasaran yang dilakukan Lisa sangat membuahkan hasil. Pelanggan baru dari rekan Danu dan Lisa sangat banyak sehingga tidaklah sulit untuk mempromosikan katering menantunya. Semakin banyak pesanan maka waktu mereka untuk bermalas-malasan menjadi berkurang. Sekedar ke rumah Rizwan pun mereka berdua tidak sempat."Sampai kapan aku harus bekerja seperti ini!" Lirih Romlah namun terdengar di telinga Rina."Sabar, Bu. Rina juga males ngerjakan hal seperti ini. Ibu juga tau, aku paling tak suka memasak seperti ini apalagi dalam kuota banyak begini," desah Rina. Desahan mereka berdua terdengar oleh Lisa hanya saja Lisa cuek dan tersenyum miris melihat kebiasaan mereka."Bu, bagaimana jika kita mencari karyawan saja?" usul Rina pada Lisa yang tengah asik menghitung keuangan usaha katering. "Apa kamu sanggup untuk membayar?" Lisa melihat ekspresi menantunya begitu enteng meminta kar
Danu sengaja bergerak mendekat tanpa diketahui Damar. Tangan sudah terkepal kuat ingin sekali menghajar Damar saat ini juga. Lelaki yang sudah merusak rumah tangga serta menyebabkan istrinya meninggal dunia."Ah sayang, kamu baik deh!" suara seorang wanita sedang bermesraan dengan Damar. "Bagaimana kabar si Rina?" tiba-tiba pertanyaan dilontarkan oleh wanita tersebut. Danu diam dan mendengarkan percakapan mereka berdua yang akan membahas Rina."Dia sudah meninggal, sepadan dengan apa yang terjadi dengan ibuku. Ibuku meninggal karena dia," Danu mencoba menahan amarah setelah mendengar ucapan dari mulut Damar."Dia adalah anak dari seorang pelakor, wanita itu merebut ayahku dari ibuku. Bahkan ayah mencampakkan kami berdua. Aku masih ingat kejadian itu dengan jelas," Damar menerawang ke langit. Teringat kisah buruknya di masa kecil bersama Ibunya."Bisa kau jelaskan apa alasanmu sesungguhnya?" Damar terkejut ketika Danu sudah ada di depannya. Tatapan marah terlihat jelas dari kedua bola
Pagi sekali, Shilla mempersiapkan menu sarapan khusus untuk suami. Shilla sengaja ikut makan menu yang sama dengan suaminya. Tak masalah bagi Shilla menemani Rizwan diet yang sama."Sedap sekali masakan istriku," Rizwan keluar dari kamar setelah mencium harumnya masakan Shilla. Akhir-akhir ini Rizwan tak pernah sekalipun melewatkan masakan Shilla. Baginya, makanan buatan Shilla selalu memanjakan perutnya."Iya dong, Shilla kan mulai suka sekali dengan memasak," tukas Shilla sembari sibuk mengaduk sayur yang ada di atas kompor."Mas mandi dulu, setelah itu kita sarapan bareng Mas," kata Shilla tanpa memoleh ke aras Rizwan. Rizwan hanya tersenyum melihat istrinya yang sibuk memasak tanpa menoleh padanya. "Mas, Shilla lagi masak nih! jangan peluk-peluk ah!" Shilla protes karena tiba-tiba Rizwan memeluknya dari belakang. Rizwan suka sekali mengganggu Shilla jika sedang memasak. Cintanya kepada Laila sudah berangsur hilang sejak Shilla selalu membuatnya nyaman di rumah."Habisnya, aku dic
Shilla begitu senang setelah membaca pesan yang diterimanya. Shilla tak menyangka jika akan mendapatkan tawaran menarik seperti ini."Alhamdulillah," Shilla bersyukur sekali, rona bahagia terpancar dari wajah Shilla. "Aku harus memberi kabar ini pada Mas Rizwan, bagaimanapun harus mendapat persetujuan darinya," Shilla segera pulang ke rumah dan mencuci gamis barunya. Sudah menjadi kebiasaan Shilla jika membeli baju baru, maka dia akan mencuci dan menyetrika terlebih dahulu."Selesai," Shilla menjemur gamis barunya di depan kontrakan, tiba-tiba datang seorang wanita yang menyapanya."Mbak Shilla," Shilla begitu terkejut melihat wanita yang menyapa dirinya."Fila?" Senyum mengembang dari wajah Shilla karena bertemu dengan teman lamanya. Meski teman tetapi Fila sangat menghormati Shilla walaupun usianya terpaut satu tahun saja."MasyaAllah mbak, aku tadi sampek takut salah orang. Mbak Shilla berubah banget, semakin cantik dengan hijabnya," Fila memuji Shilla karena perubahannya yang me
Ada rasa iri dan menyesal di hati Rizwan ketika melihat kebahagiaan yang tengah di dapat oleh Laila."Aku tak boleh iri dengan kebahagiannya, aku yang telah membuatnya seperti ini." Rizwan berusaha menyemangati dirinya. Rizwan sadar jika dirinya tak berhak ikut campur atas segala hal yang menjadi kebahagiaan Laila."Mas, kapan kita adopsi seorang anak?" ucapan Shilla mengejutkan lamunan Rizwan."Tunggu Mas jika libur kerja bagaimana?" senyum Shilla mengembang ketika mendengar jawaban dari Rizwan."Shilla setuju, Mas. Shilla enggak sabar ingin segera punya momongan," Shilla terlihat begitu bahagia di samping Rizwan.Tanpa sadar air mata Rizwan jatuh juga, keinginannya memiliki momongan sejak menikah dengan Laila. Rizwan merasa gagal menjadi suami yang memiliki gangguan pada organ reproduksinya."Kenapa Mas Rizwan menangis? maafkan Shilla, jika Shilla terlalu memaksamu," Shilla kembali menunduk, tak ingin menyakiti perasaan suaminya."Maafkan suamimu ini, Shil. Suami yang tak bisa membe
Usia kandungan Laila kini sudah memasuki trisemester ketiga dan itu tandanya sebentar lagi Laila akan menghadapi persalinan. Beberapa bulan ini Doni bahkan lebih protektif dengan semua kegiatan Laila."Mas, aku kok mengeluarkan darah dan lendir. Perutku mules juga," Laila terlihat merintih kesakitan bahkan keringat sudah membanjiri wajahnya."Don, siapkan mobil! Laila sepertinya akan melahirkan," Doni menyambar kunci mobil dan tas berisi perlengkapan bayi. Sedangkan Vera memapah Laila masuk ke dalam mobil."Sakit, Ma." Laila merintih karena merasakan sakit yang melilit. Tangannya bahkan mengepal kuat menahan rasa sakit."Sabar, Sayang. Sebentar lagi kita sampai," Doni menenangkan Laila karena sebentar lagi akan sampai di rumah sakit."Sabar, ya. Sebentar lagi sampai," Vera mengelus punggung Laila. Doni mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tak butuh waktu lama, mobil Doni sudah berada di depan lorong UGD. Tampak beberapa perawat membawa brankar untuk membawa Laila masuk ke da
Sudah tiga hari Rina tidak sadarkan diri, tiga hari pula Danu mendampingi Rina. Rizwan membesuk setiap pulang kerja untuk menggantikan Danu begitu juga dengan Shilla.Tak berapa lama kedua mata Rina mengerjab dan melihat Danu tepat berada di sampingnya. Rina sangat malu kepada Danu, meski sudah menyakitinya Danu tetap mendampingnya saat sakit. Air mata tumpah juga di depan Danu, dengan pelan Danu mengusap air mata Rina."Mas," Danu menunjukkan senyum kepada Rina."Cepatlah sembuh, kita akan pulang bersama," Danu mengusap bagian rambut Rina tak tidak ikut diperban. "Maaf," hanya kata maaf yang mampu Rina ucapkan kepada Danu. Dosa besar yang pernah dilakukannya di belakang Danu membuat Rina sangat malu dan tak pantas dimaafkan olehnya."Semua manusia pernah salah, cepat sembuh dan kita pulang!" Tak ada sahutan dari Rina hanya derai air mata sedari tadi yang lolos begitu saja."Mas.""Ada apa, Sayang." Danu merasa ada sesuatu yang akan dikatakan Rina. "Aku mencintaimu," Danu mengangguk
Danu dan Lisa sengaja meluangkan waktu untuk menemani Rina hari ini. Danu ingin Rina menyadari kesalahan yang telah diperbuat dan kembali bersamanya. Digenggamnya kembali tangan Rina yang hangat.Rizwan terharu dengan ketulusan Danu, masih bersedia meluangkan waktu liburnya untuk Rina."Rizwan, pulanglah! Biar aku yang menemani Rina," Danu menghampiri Rizwan dan Shilla yang duduk di bawah pohon. Rizwan diam sejenak untuk mempertimbangkan permintaan Danu."Kau tenanglah, Rina masih istriku dan kau tak perlu mengkhawatirkannya," Rizwan dan Shilla akhirnya pulang lebih dulu atas perintah Danu. Bersyukur sekali Rizwan memiliki ipar yang begitu tulus mencintai kakaknya.Rizwan dan Shilla akhirnya undur diri, kekhawatiran dan kegelisahan karena keadaan Rina kini berangsur membaik. Tak ada percakapan serius selama perjalanan kembali ke rumah. Shilla larut dalam pikirannya begitu juga Rizwan.Dua jam berlalu, Rina mulai mengerjabkan kedua matanya. Danu dan Lisa tentu saja senang sekali saat R
Semakin hari keadaan Rina semakin kacau, bahkan setiap malam Rina akan berteriak histeris memanggil Damar dan Ibunya, bahkan kepala dibenturkan di dinding. Tak jarang kalimat umpatan kepada ibunya sendiri pun terlontar begitu saja.Perawat sengaja tak membiarkan Rina keluar ruangan karena kondisi Rina belum stabil. Diajak bicarapun hanya diam kadang menyanyi lagu nina bobo yang selalu dinyanyikan Rina. Pagi ini Rizwan dan Shilla membesuk Rina, beberapa hari Rizwan tak sempat membesuknya karena ada beberapa masalah yang harus diselesaikan. Hari libur ini Rizwan memanfaatkan untuk menjaga Rina di rumah sakit jiwa."Mbak," sama sekali tak ada tanggapan dari Rina ketika Rizwan mencoba memanggilnya. "Mbak, bagaimana kabarmu?" Keadaan Rina semakin memprihatinkan, bahkan menoleh kepada adiknya pun tidak. Hanya tatapan kosong sambil menyanyi lagu nina bobo yang mampu Rina ucapkan. Shilla bahkan tak tega melihat keadaan Rina semakin memburuk."Mbak, kita belanja yuk!" Rizwan membujuk Rina su
Malam ini Doni teringat tatapan Rizwan siang tadi begitu lekat kepada Laila. Hati Doni begitu rapuh saat Laila kembali dekat dengan Rizwan. Tatapan Rizwan tergambar jelas jika dirinya rindu sosok Laila. Mantan istri yang pernah diabaikan oleh Rizwan.Doni sama sekali tak bisa tidur, perlahan beranjak dari ranjang dan duduk di balkon sendiri. Doni sudah membayangkan jika suatu saat Laila akan kembali kepada Rizwan. Mendapatkan Laila saja cukup sulit baginya, apalagi jika Laila tiba-tiba meninggalkannya."Aku tak mau mereka bersatu kembali, aku harus menjauhkan Laila dari Rizwan," gumam Doni. Begitu cintanya kepada Laila hingga tak akan membiarkan siapapun menyentuh atau menginginkan Laila."Tanpa Laila sama saja aku hidup tanpa nyawa," Doni menyugar rambutnya, teringat tatapan Rizwan saja sudah membuatnya frustasi. Seorang bos hampir gila karena pesona sang istri berhasil memikat mantan suaminya.Sekembalinya ke kamar, Doni membaringkan tubuhnya di samping Laila yang sudah tidur dengan