"Maafkan aku Ibu karena baju yang paling bagus di dalam lemari aku, hanyalah baju ini saja," sahut Bella dengan mengigit bibir bawahnya getir mengingat kenyataan ini. Rasa takut dan juga pilu sedang merayapi tubuh Bella.
Saat ayahnya masih hidup Bella tidak pernah kekurangan apapun dari mulai baju sampai uang jajan sekalipun. Dulu Bella anak yang sangat cantik dan juga begitu manis yang selalu memakai baju bagus dan bisa di bilang harganya cukup mahal waktu itu.Tapi semua itu berbanding terbalik sedang kenyataan yang ada sekarang. Bella menjadi gadis dekil dan juga berpakaian seperti seorang pelayan rumah-ralat lebih tepatnya baju yang Bella pakai persis seperti baju yang di gunakan oleh orang gila di dipinggiran jalan.“Sayang kau jangan bilang seperti itu, sini biar Mama berikan kamu baju Kak Wilona saja,” Laura buru-buru mengandeng tangan Bella hendak menuju kamar Wilona berada sebelum keluarga Syahputra datang ke rumah ini dan melihat Bella.“Ibu, jangan berikan baju ku!” Wilona merasa sangat keberatan mengetahui bajunya akan di pakai oleh adik tirinya ini. Padahal awalnya baju yang di pakai oleh Wilona semuanya ialah milik Bella yang masih sangat bagus namun semenjak almarhum ayahnya meninggal semua baju itu di rampas paksa oleh Wilona dan Bella hanya bisa diam sembari menangisi semua barang yang dia miliki termasuk juga kamarnya yang berpindah menjadi milik Wilona.“Diam kamu!" Laura menepis tangan Wilona yang memegangi lengannya. “ingat! Jika tamunya sudah datang kamu harus menyambut dia dengan penuh sopan dan juga hormat. Ibu akan menyiapkan Bella lebih dulu.”***Saat ini Laura sedang memoleskan make-up ke wajah polos Bella agar terlihat cantik namun juga tidak terlalu menor karena Bella memang sudah sangat cantik alami.Bella melihat kamar yang bercat putih dengan banyak boneka di atas tempat tidur yang bersepraikan warna merah. Ya dulu kamar ini adalah milik Bella, kamar yang sama besarnya dengan milik Laura. Bella duduk di meja rias dengan diam tanpa berbicara dan sekarang wanita ini sudah menganti bajunya yang jelek tadi dengan baju berwarna merah dengan manik-manik cantik di bagian dadanya. Baju ini seolah memancarkan aura kecantikan Bella yang selama ini tidak pernah terlihat sebelumnya. kulitnya yang putih seperti susu seakan bercahaya ketika mengenakan baju berwarna merah menyala ini.Tubuhnya kelihatan begitu molek dan juga bisa menggoda siapa saja yang sedang melihatnya, rambut panjangnya sepinggang di model kriting gantung, itu menambah daya tariknya. Kini Bella menjadi Cinderella setelah berganti baju tidak seperti pelayan rumah ini.“Ibu,” Bella memberanikan dirinya memegangi tangan Laura yang hendak keluar dari ruangan kamar ini.“Ada apa sayang," jawab Laura tersenyum dengan membelai rambut panjang Bella.Bella gemetar ketakutan di perlakukan seperti ini, tapi dia harus tetap memberanikan dirinya untuk mengatakan isi hatinya, karena dia sebenarnya sangat terganggu jika harus di jodohkan dengan orang yang tidak dia kenal, karena ini adalah pernikahan dan bukan main-main Bella ingin menikah dengan pria yang dia cintai bukannya dengan orang asing yang bahkan belum pernah dia lihat sebelumnya.“Bu, tidak bisakah aku menolak perjodohan ini?” tanya Bella dengan suara yang bergetar diujung lidahnya.Suara tamparan yang begitu keras menggema ke seluruh ruangan kamar yang kelihatan sunyi dan juga sepi. Ya Laura langsung menampar pipi Bella dengan kasar sampai sudut bibir gadis remaja itu mengeluarkan darah segar. Dan tanpa rasa bersalah Laura langsung mengusap cairan berwarna merah itu dengan ibu jarinya sembari tersenyum manis seolah tidak merasa berdosa dengan apa yang baru saja dia lakukan pada anak tirinya itu.“Kamu ingin melihat dia di siksa sampai kamu tidak bisa bertemu dengannya?” tanya Laura pada Bella. Ancaman itu sudah membuat Bella gemetaran saat membayangkan adiknya yang sangat dia sayangi harus mendapatkan siksaan dari Ibu tirinya yang kejam ini.Airin seorang gadis yang sangat lucu dan juga cantik usianya masih 4 tahun waktu itu, waktu Bella di pisahkan secara paksa dengan adik kesayangannya persis tepat setelah ayahnya selesai di makamkan.Laura selalu mengancam jika Airin akan di siksa dan juga bakal di bunuh kalau sampai Bella berani meninggalkan rumah ini. Dan hal itu juga yang membuat Bella terus bertahan di rumah ini walaupun siksaan yang selalu dia dapatkan setiap harinya.Bella hanya pernah satu kali bertemu dengan adiknya dua tahun yang lalu saat Airin sudah berusia 7 tahun. Airin kelihatan sangat cantik, dia kelihatan baik-baik saja dan juga memakai baju yang sangat bagus. Bella senang mengetahui hal itu walaupun Airin adiknya ternyata tidak mengenali dirinya lagi karena waktu berpisah anak itu masih sangat kecil! Tapi bagi Bella tidak mengapa asalkan adik yang sangat dia sayangi itu bahagia.“Jangan sakiti dia ibu! Aku mohon," kata Bella sembari berlutut di bawah kaki Laura dengan air mata yang berjatuhan membasahi wajahnya. “aku akan menikah dengan siapapun orang itu, tapi berjanjilah setelah aku menikah Airin akan tinggal bersama denganku,” pinta Bella dengan wajah memohon, tangan Bella memegangi kedua kali Laura dengan bulir air mata yang jatuh ke lantai. Miris sekali.Laura memegangi bahu Bella dan mengajak wanita itu bangkit dari posisinya duduk, “Menikahlah dengan pria itu dan Airin akan baik-baik saja,” senyuman di bibir Laura terbit saat berbicara.Di depan rumah Laura.Dua mobil Ferrari F430 berwarna hitam dan juga putih berhenti di pinggir jalanan rumah Laura berada, mobil itu tidak bisa masuk kedalam halaman rumah Laura karena halaman rumah mereka begitu sempit dan tidak ada tempat untuk parkir kendaraan seperti mobil, karena hanya kendaraan seperti sepedah motor saja yang bisa masuk kedalam halaman rumah tersebut.Semua tetangga yang rumahnya berada di dekat rumah Laura sangat penasaran setelah melihat dua mobil mahal itu singgah di komplek rumah mereka. Memangnya ada apa sampai dua mobil mewah yang harganya mencapai 3,5 M. Lebih itu singgah di rumah keluarga Bella.Tak urung semua itu membuat para tetangga yang kebetulan sedang membeli sayuran di pedagang kaki lima keliling langsung gibah massal dan berkepho ria tentunya.Empat orang pria turun dari mobil mewah tersebut kemudian berjalan memasuki halaman rumah Laura yang tidak ada gerbangnya karena rumah mereka terletak di lingkungan yang padat penduduk. Terlihat empat orang pria yang sedang masuk ke halaman rumah itu.Semua tetangga semakin gibah sampai abang yang menjual sayuran juga ikut gibah bersama ibu-ibu yang sedang belanja di gerobak jualannya. Semua orang itu terkagum-kagum dengan baju dan juga semua hal yang menempel di tubuh keempat pria itu karena mengunakan barang-barang bermerek yang pastilah mahal harganya.***“Assalamualaikum." Pak Andi mengarahkan tangannya untuk mengetuk pintu yang terbuat dari kayu dan berwarna coklat tua itu beberapa kali.Sontak Wilona langsung memanggil-manggil nama Laura dari bawah kaki anak tangga rumahnya, untuk segera turun ke lantai bawah karena tamu yang mereka tunggu sudah datang. Namun belum ada jawaban juga dari lantai atas hingga Wilona memutuskan untuk bergegas berjalan menuju pintu rumahnya.Wilona melihat tiga pria paruh baya dan satu pria tampan yang namanya Pak Andi kini sudah berdiri di depan pintu rumahnya."Hahaha! Ini toh pria yang akan di jodohkan dengan Bella, aku sudah menduga jika pria yang tidak laku dan juga sudah tua yang mau di nikahkan dengan cara perjodohan seperti ini." Ledek Wilona dalam hati merasa bersyukur karena bukan dia yang kemarin di minta untuk menikah dengan pria yang sudah tua dan jelek pula.Bella membuka sedikit jendela kamarnya, netra Bella menangkap sosok seseorang yang mengenakan jas hujan berwarna hitam itu baru saja pergi ketika melihatnya. Entah apa yang sedang di lakukan oleh orang di balik jas hujan tersebut yang memiliki gelagat begitu mencurigakan, Bella kembali menutup jendela kamarnya dengan mencoba menepis semua pikiran negatif yang saat ini sedang bergentayangan di dalam pikirannya.Pagi hari.Bella sedang tidur di atas tikar dengan selimut yang sudah usang menutupi tubuh kecilnya, bulu mata panjang lentik dengan mata coklat karamel itu mulai terbuka perlahan, Bella menjauhkan selimut yang menutupi tubuhnya kesembarang arah dan bergeliat kesana-kemari mencoba merenggangkan otot-otot tulangnya yang terasa kaku karena tidur hanya dengan beralaskan tikar saja.Bella memang sudah terbiasa tidur dengan beralaskan tikar seperti ini, tapi di pagi hari yang cerah ini ada yang aneh, karena biasanya Wilona akan membangunkan Bella di pagi hari untuk membuatkan kakak ti
Selesai memakan semua hidangan yang tersaji di atas meja dan juga memakan camilan sebagai penutup hidangan tersebut. Pak Arka berserta ketiga orang lainnya pamit pulang. Laura, Wilona dan juga Bella mengantar keempat orang itu sampai ke pinggiran jalan.Mereka saling bersalaman satu sama lain kemudian masuk kedalam mobil, Veron tersenyum pada Bella dengan enggan Bella membalas senyuman itu agar calon suaminya ini tidak kecewa.Setelah kedua mobil berwarna hitam dan juga putih itu melesat menjauh dari hadapan mereka semua. Bella dan juga Wilona langsung masuk kedalam rumah begitu juga dengan Laura. Tapi langkah Laura segera terhenti setelah mendengarkan seseorang wanita sedang memanggil namanya.Di pinggiran jalan ini kelihatan ramai karena banyak sekali ibu-ibu yang sedang bergosip di kejauhan. Mereka semua pasti sedang membicarakan keluarga Laura tapi semuanya tidak ada yang berani bertanya langsung pada Laura yang terkenal judes di kampung ini.Laura menoleh ke asal suara wanita yang
Bella membuka sedikit jendela kamarnya, netra Bella menangkap sosok seseorang yang mengenakan jas hujan berwarna hitam sedang bersantai ketika melihatnya. Entah apa yang sedang dilakukan oleh orang di balik jas hujan tersebut yang memiliki gelagat begitu mencurigakan, Bella kembali menutup jendela kamarnya dengan mencoba menepis semua pikiran negatif yang saat ini sedang bergentayangan di dalam pikirannya.Pagi hari.Bella sedang tidur di atas tikar dengan selimut yang sudah menghancurkan menutupi tubuh kecilnya, bulu mata panjang lentik dengan mata coklat karamel itu mulai terbuka perlahan, Bella menjaga selimut yang menutupi tubuhnya kesembarang arah dan bergeliat kesana-kemari mencoba merenggangkan otot-otot tulangnya yang terasa kaku karena tidur hanya dengan beralaskan tikar saja.Bella memang sudah terbiasa tidur dengan beralaskan tikar seperti ini, tapi di pagi hari yang cerah ini ada yang aneh, karena biasanya Wilona akan membangunkan Bella di pagi hari untuk membuatkan kakak t
Selama berada di dalam mobil, Bella, Laura dan Wilona hanya diam tanpa bebersuara. Mereka mana yang berani membuka mulut untuk berbicara jika melihat wajah datar yang ditunjukkan oleh Pak Andi, seolah pria itu sedang menujukkan jika dia tidak menyukai semua wanita yang ada di belakang ini.Wilona menatap ke arah Pak Andi, wanita ini benar-benar tidak bisa mengondisikan matanya jika sedang melihat seorang pria tampan yang sedang berada di hadapannya seperti sekarang ini. Laura menatap lurus ke depan, hatinya pasti merasa sangat bahagia karena mengetahui jika Bella-anak tiri yang sejak kecil menjadi pelayan di dalam gudang malah memberikan banyak uang padanya melalui calon mertua anak tirinya itu.Bella sedang mencoba menahan air mata yang sudah hampir saja jatuh dari pelupuk matanya karena membayangkan pernikahan yang tidak pernah dia inginkan sebelumnya, tapi demi Airin dia akan mencoba untuk bertahan. Hingga akhirnya mobil yang di kemudikan oleh Pak Andi sudah sampai di depan halaman
Sinar rembulan menunjukkan malam yang tak pernah dinantikan oleh sepasang pengantin baru ini telah tiba. Ya di sinilah Bella berada, di hotel yang sama dengannya melakukan pernikahan.Bella berada di suatu ruangan yang banyak dihiasi kelopak bunga yang berwarna merah di atas tempat tidur yang bersepraikan putih polos. Sejak Pak Arka dan juga Pak Andi mengantarkan dirinya menuju kamar pengantin ini Bella masih duduk di sudut ruangan dengan memeluk kakinya sendiri kemudian membenamkan wajahnya di tangannya yang sudah menyatuh. Kenapa nasib buruk ini terjadi padanya sedangkan dia hanya korban di dalam pernikahan ini, Ya Bella merasa sangat dibohongi ketika dia tahu jika Laura berbohong padanya mengenai Airin!Selesai melaksanakan resepsi pernikahan saat semua tamu undangan sudah pulang semua, di sanalah Bella berjalan mendekati Wilona dan juga Laura yang sedang bersenda gurau, pasti mereka sangat bahagia karena mendapatkan banyak uang dari Pak Arka, mertua Bella. Bella meminta agar Laura
Pak Arka melihat kearah Bella dengan seulas senyuman manis sedangkan Veron langsung berdecih pelan melihat wanita yang mulai berjalan kearah mereka dengan menundukkan kepalanya itu. Veron bahkan tidak bisa menyembunyikan kebenciannya saat melihat Bella berjalan semakin mendekat kearah mereka berdua. Andai saja ia bisa berjalan menjauh dari meja ini pasti sudah Veron lakukan dari tadi namun nyalinya tidak sebesar itu untuk melawan apa yang Pak Arka inginkan. "Maafkan saya Pak," Bella langsung menghentikan ucapannya ketika menyadari jika dirinya salah menyebut Pak Arka dengan sebutan Pak, bukannya Papa dan Pak Arka tersenyum kecil melihat raut wajah Bella saat ini. Sedangkan Veron semakin muak saja melihat sikap Bella karena pria itu berpikir jika istri yang tidak dia harapkan ini sedang bersandiwara saja. "Lain kali kamu akan
Tebet-jakarta Malam hari Bella di antar oleh Pak Arka dan juga Pak Andi sampai di depan apartemen milik Veron, suaminya. Lorong apartemen yang kelihatan sangat sepi sekali membuat Bella takut karena baru kali pertama ini ia menginjakkan kakinya di rusun mewah seperti ini. Bella menghirup nafas dalam kemudian menghembuskannya pelan dari mulut mencoba menenagkan dirinya sendiri jika pria yang ada di dalam sana tidak akan pernah menyakitinya. Bella menoleh kearah Pak Arka yang ada di sampingnya, "Papa, apakah Mas Veron ada di dalam?" tanya Bella. Dia sangat takut jika harus berada di dalam apartermen sebesar ini sendirian. "Iya Nak, Veron ada di dalam kamu masuk saja nanti beberapa hari lagi Papa akan datang berkunjung," ucap Pak Arka mencoba menenangkan Bella. Pria paruh baya ini bisa melihat dengan jelas guratan kecemasan di wajah cantik menantunya. "Iya, Papa dan juga Pak Andi hati-hati di jalan," ucap Bella seraya mengecup punggung tangan Papa mertuanya itu. "Kamu juga
Veron membuka kedua matanya lebar setelah mendengarkan suara seorang wanita yang kini sedang mengadu kesakitan sesaat setelah terdengar bunyi nyaring di dalam ruangan ini. Veron mendudukkan tubuhnya dan ia melihat Bella terjatuh di lantai, Veron buru-buru beranjak dari atas ranjang, ia benar-benar tidak sengaja menyakiti Bella.Veron kini sudah berjongkok di hadapan Bella. Netra lelaki itu melihat ke arah kening gadis ini yang bengkak dan memerah setelah bersentuhan dengan nakas yang ada di samping ranjangnya dengan keras."Maafkan aku Mas karena telah membangunkan tidurmu, aku hanya takut kamu terlambat berkerja saja karena Papa bilang jika kamu sering terlambat datang ke kantor," ucap Bella dengan meringis kesakitan. Tangan gadis malang itu mengusap-usap kepalanya yang terasa berdenyut nyeri. Untung tidak sampai berdarah."Kamu ini merepotkan aku saja, kamu membangunkan tidurku dan aku tidak menyukai akan hal itu! Itu perusahaan milik orangtuaku, terlambat juga tak akan jadi masalah!
Bella melihat ke arah Wilona dan juga Laura yang kini masih melihat ke arah punggung suaminya yang mulai berjalan menjauhi lorong ini. Bella menatap datar ke arah kedua wanita yang ada di hadapannya sekarang, tapi di dalam hati Bella merasa terggangu dan merasa terusik melihat mereka berdua datang ke apartemen ini, namun ini ada baiknya juga karena Bella bisa menagih janji Laura mengenai Airin.“Ibu, Kak. Ayo kita masuk,” ajak Bella.Wilona dan juga Laura tidak menjawab. Kedua wanita itu langsung masuk ke dalam apartermen Bella. Laura dan juga Wilona mulai berkeliling ruangan ini dan melihat semua kemewahan yang ada, bahkan Wilona sampai memekik girang ketika wanita itu melihat kulkas besar yang terisi dengan banyak bahan makanan mulai dari daging, ikan, buah, es krim, susu dan masih banyak lainnya.“Ibu, Wilona ingin menginap beberapa hari di rumah ini,” kata Wilona sembari bergelayut manja di lengan tangan Laura.“Tentu saja, bahkan Ibu juga menyesal tidak datang lebih awal, Ibu beg
2 bulan kemudian.Bella mencoba menghubungi nomor telepon ibu tirinya namun, tidak tersambung juga, sepertinya wanita itu sudah mengganti nomor ponselnya dengan yang baru. Bella masih tidak mau menyerah, dia mulai menghubungi nomor ponsel Wilona dan tidak tersambung juga, sepertinya mereka berdua memang sengaja mengganti nomor ponselnya untuk memutuskan hubungan dengan Bella."Ibu dan Kak Wilona sangat jahat sekali padaku," batin Bella sembari mengusap air mata yang sudah membasahi pipinya itu."Kenapa kamu menangis?" tanya Veron yang sudah berdiri di belakang Bella. Bella yang sedang bengong dengan posisi duduk di sofa tidak menyadari jika Veron sudah masuk ke dalam ruangan ini dan sedang memperhatikannya. Veron melihat ke arah tangan Bella yang menggenggam erat ponselnya.Selama dua bulan ini hubungan keduanya sudah berubah jauh lebih baik dari pada awal-awal pernikahan mereka dahulu. Tapi Bella maupun Veron masih belum ada yang mengakui perasaan cinta yang sudah mulai tumbuh di ha
Bella yang mendengar percakapan kedua lelaki itupun segera memutar tubuhnya. Bella melihat ke arah suaminya yang kini sedang menggelengkan kepala, tapi Bella yang masih begitu naif tentu saja tidak mengerti dengan arti isyarat mata dari suaminya itu.Bella melangkah mendekati Papa mertuanya dengan mengulas senyuman manis. Bella mati-matian berusaha untuk berjalan seperti biasanya, lebih baik ia menahan rasa nyeri yang ada di bawah sana dari pada harus membiarkan Papa mertuanya itu melihat perbedaan gaya jalannya.“Assalamualaikum,” kata Bella kemudian mengecup punggung tangan Pak Arka dengan sopan.“Waalaikumsalam,” jawab Pak Arka sembari mengusap puncak kepala Bella dengan penuh kasih sayang.“Apakah Papa mau Bella siapkan sarapan?” tanya Bella sembari melirik ke arah sang suami yang sejak dari tadi memijat pelipisnya yang terasa pusing dan hal itu tentu saja membuat Bella merasa cemas. ““Papa sudah sarapan sebelum menuju kemari,” jawab Pak Arka.“Mas Veron, kenapa? Apakah pusing ke
Bella melangkah keluar dari kamar mandi, sebagian tubuhnya di balut dengan handuk. Ia melihat ke arah ranjang tempat di mana sang suami berada. Kedua mata Bella langsung membulat penuh ketika ia melihat ke arah Veron yang sedang mengedipkan satu mata ke arahnya.“Astagfirullah, sejak kapan Mas Veron berubah genit begini,” batin Bella di dalam hati. Kedua pipinya sudah merona merah mirip seperti kepiting rebus yang baru saja dimasukkan kedalam air yang mendidih.“Dia manis sekali jika malu-malu seperti ini,” batin Veron dengan melipat kedua tangannya dibelakang kepala.Di dapur.Setelah membersihkan tubuhnya Veron menyusul Bella ke dapur. Kini lelaki itu melangkah menghampiri Bella yang sedang sibuk menaruh sarapan mereka di atas meja. Veron mengulas senyuman tipis ketika ia melihat betapa lihai istrinya dalam urusan dapur, bahkan gadisnya ini tidak takut kotor ataupun tangannya kasar.“Aku merasa penasaran sekali, kenapa dia begitu pintar dalam urusan dapur, ataukah mungkin ia sudah s
Mahesa menundukkan kepalanya karena merasa bersalah dengan apa yang dia lakukan tempo hari, sedangkan pria paruh baya yang sedang berdiri di samping Mahesa adalah Papa dari lelaki kurang ajar yang tempo hari hampir saja merenggut kesucian yang sudah Bella jaga selama ini.“Ma-mas Veron ... Mas,” teriak Bella dengan nada suara yang mulai bergetar di ujung lidahnya. Bella terus saja melangkah mundur hingga langkahnya terhenti setelah tubuhnya menabrak seseorang yang ia yakini adalah suaminya.Veron melihat ke arah kedua lelaki itu dengan wajah datar. Tangan lelaki itu langsung terulur untuk meraih sang istri masuk ke dalam dekapannya. Bella mulai merasa tenang meskipun rasa takut masih menggelayuti sekujur tubuhnya, kaki Bella gemetaran ketika ia mengingat kejadian malam itu.“Tenanglah, tak akan ada yang terjadi, kamu aman bersamaku,” kata Veron sembari menatap manik mata sang istri dengan begitu lekat.Bella hanya menjawab dengan satu kali anggukan kepala. Tangan Bella mulai melingkar
Melihat Bella kini sudah berdiri dihadapan Veron. Pak Arka langsung membulatkan kedua bola matanya dengan sempurna dan segera menarik tinjunya kembali."Syukurlah," ucap Veron lirih. Ia merasa lega karena Bella tak sampai menerima pukulan dari Papanya. Jika sampai Bella mendapatkan pukulan itu maka Veron akan menyalahkan dirinya sendiri.Veron langsung meminggirkan tubuh Bella dari hadapannya sembari berkata, "Apa yang kamu lakukan? Bagaimana jika kamu yang kena pukulan tadi," kata Veron sembari melihat kearah Bella dengan tatapan yang sulit untuk di artikan."Ini semua terjadi karena aku Mas, seharusnya Papa tadi memukul aku dan bukannya kamu," ucap Bella dengan mata yang berkaca-kaca melihat kearah pipi kiri Veron yang kemerahan, pasti itu bekas pukulan Papa mertuanya."Nak Bella, kamu jangan ikut campur, biar Papa berikan pelajaran pada anak kurang ajar ini," ucap Pak Arka menimpali ucapan Bella masih dengan bersungut emosi."Masuk ke dalam kamar, dan jangan ikut campur semua urusa
Sejak semalam Veron masih juga belum bisa memejamkan matanya, semenjak semalam Veron memeluk Bella. Dan ini untuk pertama kalinya Veron dan juga Bella tidur di satu ranjang yang sama.Veron tak bergeming menatap Bella yang tidur dengan begitu damai di dalam pelukannya seolah gadis ini merasa tenang dan juga di lindungi jika Veron berada di sampingnya. Dan Veron suka itu.Walaupun tak jarang Veron membangunkan Bella karena gadis itu mengigau tentang kejadian tadi malam.'Ja-jangan sentuh aku, ja-jangan lakukan ini, jangan sentuh aku.' kata itulah yang terus terucap dari mulut Bella hingga membuat Veron harus membangunkannya.Pukul 06.00,Bella mulai membuka matanya, wanita itu mengarahkan pandangannya ke seluruh kamar, tapi tidak melihat sosok suaminya di sana, setelah nyawanya terkumpul semua Bella mulai menyadari jika semalam dia tidur di atas ranjang ini.Bella mengingat kembali kejadian semalam di mana Veron begitu murka ketika melihat apa yang terjadi, Veron semalam seperti menjad
Kedua bola mata Veron seketika membola penuh setelah ia membaca pesan singkat yang Dani kirimkan. Perasaan cemas dan juga rasa bersalah tiba-tiba menyelimuti hatinya, Veron menyesal kenapa ia tidak mengangkat telepon dari Bella tadi, bagaimana jika gadis itu berada dalam bahaya, karena selama ini Bella tak pernah mengunjunginya.Veron menghempaskan tubuhnya di mobil kemudian segera melajukan mobil ini keluar dari parkiran perusahaan menuju ke jalan raya. Veron melihat ke arah ponselnya dan ia berusaha untuk menghubungi Bella, tapi gadis itu tak mengangkat telepon darinya, bahkan Veron juga sudah mengirimkan begitu banyak pesan untuk Bella, agar gadis remaja itu tak membuka pintu ketika ada seseorang yang membunyikan bel, tapi tak ada tanggapan apapun."Ya Allah, lindungilah dia, jangan biarkan dia sampai terluka," batin Veron setelah ia melemparkan ponselnya ke kursi samping. Lelaki itu mempercepat laju kendaraannya agar bisa cepat sampai di apartemennya.Selang berapa waktunya kemudi
Selama di dalam kantor Veron terus memikirkan siapa sebenarnya 'dia' yang dimaksud oleh Bella. Entah mengapa sejak mendengarkan igauan Bella membuat Veron terus terpikirkan dan menduga akan sosok yang begitu spesial menurut istirnya itu. Karena saat menikah dengan Bella, Veron tidak mengetahui apapun tentang istrinya. Bagi Veron memang tidak penting untuk mengetahui tentang masa lalu istrinya karena Veron tidak bermaksud hidup selamanya dengan gadis hasil perjodohan Papanya.Kini Veron mulai penasaran dengan apa maksud dari ucapan Papanya tadi sebelum beliau turun dari dalam mobil. Veron mengarahkan tangannya hendak menuju telepon yang ada persis di sisi kiri meja kerjanya namun, dia segera mengurungkan niatnya."Tidak penting siapa 'dia' dan juga kenapa pula aku harus perduli dengan apa yang terjadi di dalam kehidupan gadis itu," kata Veron mencoba menepis suara hatinya yang malah menginginkan bertolak belakang dari akal sehatnya._ _ _Pukul 20.00,Bella duduk di ruang tamu sembari