Yua memang lapar, hal yang dia takutkan di rumah mertua adalah penolakan. Ada banyak adegan sinetron seorang mertua menyiksa menantunya cacat. Dia takut seperti itu. Namun, sepertinya dia tidak perlu khawatir karena satu anggota rumah ini sudah menerimanya, yakni adik iparnya. Roan. Hanya saja dia mantan tunangan, Yua harus bisa jaga jarak dan tahu posisi. "Iya, ayo makan. Aku panggil Arjun dulu."Tidak apa, Yua akan membawa Arjun setiap kali ada Roan. Adiknya selalu menjadi tameng dan prioritas. Sementara itu, Jexeon mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi menuju penthouse. Pandangannya lurus ke depan. Menyalip kendaraan lain dan melesat sangat cepat. Ingin segera sampai. Sesampainya di penthouse, terlihat Elgar memakai kolor seperti biasa. Di tangannya ada pizza, terkejut melihat kedatangannya. "Bang, kok tumben lama banget keluar dari penjara?" tanyanya dengan mulut penuh pizza. Bukannya menjawab, Jexeon malah balik bertanya. "Di mana Lazio?" Elgar berdecak kesal, baru dat
Mentari sore menyinari langit Jakarta, masuk ke celah-celah jendela hingga sampai di ruang dekat balkon lantai dua. Arjun sedang sibuk dengan laptopnya, mengerjakan tugas sekolah meskipun salah satu tangannya terluka. Aku duduk tak jauh darinya, membaca buku dengan santai. Ah, kenapa aku bisa sesantai ini di saat dosen pembimbing marah besar. Tadi malam aku diomelin habis-habisan karena kemarin lari ke kantor polisi dan mengabaikan dosen yang menunggu. Tindakan gila bagi mahasiswi semester akhir. Untuk pertemuan selanjutnya pasti akan sulit, bisa jadi dosenku akan mempersulit. Ruangan lantai dua tidak dilewati banyak orang, sepi, semua perabot rumah ini mewah dengan dominasi warna emas. Dulu, aku pernah ke sini. Juga pernah membayangkan duduk di sini sebagai menantu. Memang benar sekarang aku menjadi menantu rumah ini, tetapi sungguh tidak terduga suamiku bukan Roan malah kakaknya. "Lagi baca apa?" Pertanyaan itu membuatku menoleh, mendongak ke atas. Ada Roan dengan senyum merek
Roan menggelengkan kepalanya, ntah kenapa aku kesal Jexeon dikatakan seperti itu. Padahal Jexeon kaya raya, hanya saja tidak menunjukkannya. Aku jengkel karena tidak bisa pamer suami sultan. "Ah, tapi Jexeon sering ngeselin. Dia suka ayam, dulu waktu kecil, dia selalu mengambil paha ayam jatahku." "Aku baru tahu kalau dia suka paha ayam," ucapku. Arjun kembali mengerjakan tugasnya, pembahasan kami tidak membuatnya tertarik lagi. Dia memilih sibuk dengan dirinya sendiri dari pada ikut obrolan kami. "Semua orang suka paha ayam, kecuali kamu yang lebih suka bagian sayapnya."Eh, dia masih ingat kalau aku suka sayap ayam."Ih, sayap ayam itu lebih enak. Kulitnya banyak," jawabku. Kami membicarakan banyak hal, dari hal receh tentang ayam sampai kebiasaan masing-masing. Ah, sudah lama sekali tidak mengobrol seperti ini dengan Roan. Tiba-tiba hatiku berdesir, Roan masih sama seperti dulu ketika Kak Farel masih hidup. Asik diajak bercerita. Pembawaannya yang lucu dan menyenangkan membua
Aku mendorong dada Roan supaya melepaskan tubuhku. Suasana menjadi sangat canggung ketika aku menoleh dan mendapati Jexeon. Mata kami bertatapan, sorotnya sangat dingin. Apakah dia salah paham kejadian barusan? "Mas, udah pulang." Aku segera menghampirinya, semoga dia tidak marah. Duh, aku takut dicekik. Seharusnya aku nyungsep aja di lantai dari pada Jexeon melihatku ditolong Roan. Jexeon diam saja dengan wajah esnya. Jantungku berdebar kencang, sungguh takut dicekik di hadapan Roan. Aku bisa malu."Mas, kakiku sakit. Gendong." Aku bersikap manja, berharap dia menggendongku seperti biasa. Namun, dia malah melewatiku menuju kamar. Akan lebih baik kalau dia marah lalu bertanya, dengan begitu aku bisa menjelaskan semuanya. Apa dia tidak cemburu? Kenapa mengabaikan kami? Sabar, dia seperti itu karena memang sulit mengekspresikan perasaan. Aku menoleh ke Roan. "Makasih udah nolong, tapi lain kali biarin aku nyungsep." Aku menggerakkan tongkat menuju kamar. Menyusul Jexeon. Harus se
Hatiku jatuh terlalu jauh, menyukai setiap sentuhannya, menginginkan tidak hanya tubuh yang bersentuhan, tetapi juga hati. Jexeon berada di atasku menampilkan dada bidang dengan tato singa. Aku meraihnya, mengusap tato itu, pasti sakit ketika membuat tato ini. Aku dengar dia pergi dari rumah ketika berusia 15 tahun, pasti sulit untuk anak yang masih membutuhkan bimbingan hidup di jalanan. Terlihat dari tubuhnya yang penuh luka, aku ingin merangkul semua rasa sakit yang dia miliki. "Aku harap kita lebih banyak ngobrol, aku ingin tahu bagaimana luka ini ada di tubuhmu?" tanyaku, merasakan sakit melihat bekas luka suamiku. "Kau tidak perlu melakukan hal itu," jawabnya. Jexeon mulai menciumiku, membuat tangan ini melingkar di lehernya. Menikmati setiap detik yang terjadi. Hanyut ke dalam permainannya. Tangan mulai menjelajah melepaskan bajuku, tak apa kalau cuma sebentar. Semoga kegiatan ini selesai sebelum makan malam. Dulu, aku sangat suka berpakaian sexy. Terhitung sejak SMP, aku
Baru ini aku melihat Roan menangis, seakan hatinya sungguh sakit melihat Jexeon memperlakukanku dengan buruk. Tujuan Jexeon tercapai, yakni menyakiti Roan. Menembus bagian terdalam hatinya melalui diriku. Tapi itu berarti Jexeon tidak peduli padaku sama sekali. Dia tidak tahu betapa takutnya aku ketika membayangkan tubuhku menjadi tontonan orang lain. Bahkan Roan yang sudah tiga tahun menjadi tunangan, tidak pernah menyentuhku sama sekali. Selama ini Roan menjaga kehormatanku selayaknya aku adalah gelas kaca yang mudah pecah. Malah sekarang Jexeon sengaja mempertontonkan tubuhku pada Roan? Hatiku merasa sangat nyeri."Kenapa baru sekarang? Harusnya kau cerita dari awal, supaya aku tahu keadaanmu. Supaya aku bisa menunggu."Kalau Roan bicara terus terang dari awal, maka aku akan mengerti segala sikapnya selama ini. Bukan malah mencari jalan pintas dengan menikahi orang lain. "Maaf Yua, aku sungguh minta maaf."Semua sudah terlambat, tak hanya Roan yang bodoh, tapi aku juga karena su
Orang tuaku marah besar, mengerahkan seluruh kekuatan untuk menangkap pelaku. Hanya butuh sehari, dua pemuda itu ditangkap. Tidak dibawa ke polisi tetapi diadili sendiri oleh Ayah. Kasus itu tidak boleh sampai bocor keluar karena nama baikku dan keluarga akan tercemar. Meskipun semuanya sudah selesai, tetapi diriku terlanjur trauma. "Non Yua, jangan lakukan itu." Evrina mengambil gunting yang sudah sebagian menyayat tanganku. Dia menangis tersedu-sedu, berteriak memanggil orang tuaku. Makanan yang dia bawakan tercecer di lantai, melihatnya sangat panik membuatku berpikir bahwa Evrina tulus menyayangiku, dia selalu mengingatkan supaya aku tidak salah pergaulan. Nahasnya aku mengabaikan dia, sahabat yang ayah bawa untukku. Malah hanya menganggap babu. Dia memang orang miskin yang bekerja ke kota sebagai pembantu, karena kebetulan kita seumuran, Evrina disekolahkan ayah. Katanya Evrina anak baik dan bisa menjadi teman, bukan seperti anak-anak yang selalu mengajak ke pesta. Sayangny
Embusan angin menerbangkan asap rokok, ujung putung yang tinggal debu terjatuh ke udara- terbang ke halaman rumah. Tidak ada yang tahu apakah debu itu jatuh di dedaunan atau hilang bagai buih. Jexeon menghisap rokok ke tiga. Sekarang sudah pukul dua malam, para pekerja yang menghias taman sudah beristirahat. Rumah sepi dengan lampu mati. Dari balkon lantai dua, Jexeon menatap langit gelap. Bulan sabit berada di ujung sana, ditemani bintang kejora. "Apa yang salah?" gumamnya sembari meniup asap rokok ke udara. Dia tidak tahu kenapa Yua marah sampai tidak mau tidur sekamar dengannya. Gadis itu memilih tidur bersama Arjun di kamar lain. Jexeon masih menatap langit berjam-jam tanpa menemukan jawaban. Menyelami pikirannya sendiri untuk mencari tahu alasan Yua marah. Memang kenapa kalau mereka bercumbu dilihat orang lain? Di Siluet bahkan orang-orang melakukannya beramai-ramai. Hanya karena dia tidak mau memasuki lubang yang sama. Dia memilih menonton saja. Lagi pula, Yua tidak digili
Seseorang yang aku tunggu mendampingi hidupku, jodoh yang Allah takdirkan hingga membuatku bisa bersabar. Aku percaya Tuhan akan menggantikan kehilangan dengan kebahagiaan. Aku terus berusaha hingga tak kenal lelah berdoa. Menjaga adikku sembari menunggu keluarga baru yang Allah siapkan. Hingga Jexeon datang bagai pahlawan, kupikir dia memang dikirim Allah untuk menjadi bagian dari hidupku. Sejak pertemuan pertama, jantungku berdebar kencang. Kami tak saling kenal, tetapi dia mau menolong dan menjagaku. Selain hatinya digerakkan oleh Allah, tidak ada alasan lain. Kenapa kubilang begitu walaupun Jexeon menawarkan perjanjian pernikahan? Kalau sejak awal niatnya perjanjian pernikahan, maka dia tidak akan menungguku ditolak Roan. Tetapi langsung menawarkan. "Allah menghadirkanmu untuk menyempurnakan hidupku," kataku ketika awal kehamilan. Jexeon yang irit bicara hanya tersenyum, dia menggendongku sembari terus menciumi pipi. "Kau juga," balasnya singkat. Aku melingkarkan tangan di
Aku menjalani hidup dengan penuh perjuangan sejak orang tuaku meninggal, tidak ada lagi Yuaira yang manja dan kekanakan. Setiap hari bagaikan pertarungan hidup dan mati karena orang-orang mengincar harta keluarga kami. Padahal, dulu aku bagaikan tuan putri. Melakukan apapun terserah, membuat masalah hingga masuk kantor polisi pun pernah, orang tuaku akan mengurusnya hingga kadang melimpahkan kesalahan pada orang lain. Bahkan nilai mata pelajaran yang jelek pun Orang tuaku bisa mengatasi. "Dia Evrina Arzety yang akan jadi teman sekolahmu." Ayah memperkenalkan Rin untuk pertama kali, aku tahu Rin adalah pembantu yang dijual ayahnya sendiri ke sini. Kalau tidak salah dia dihargai 10 juta. Bahkan uang jajanku sehari 200 juta. Sungguh Rin tidak lebih mahal dari harga kaos kakiku.Aku dengar Rin adalah anak cerdas yang menjadi juara satu UN SMP se-provinsi Jawa. Saat itu aku pikir ayah membeli barang bagus dengan harga murah untuk membantuku meningkatkan nilai. "Hay Evrina, kita bakal j
"Jadi selama ini kamu membuntutiku?" tanya Jexeon. Mereka duduk berhadapan dengan tangan Yua yang tidak mau lepas, wanita berhijab merah muda memalingkan wajah, enggan menjawab tuduhan sang suami. Yua masih sama, selalu memasang raut wajah imut ketika merasa bersalah. "Aku cuma penasaran ke mana suamiku pergi, siapa tahu main cewek lain." Jexeon mengikuti arah pandangan Yua, bibirnya senyum. Terlihat jelas bahwa Yua cemburu. Padahal selama ini dia tidak ada hubungan dengan wanita manapun. Apalagi Purwati."Kenapa kamu nggak nyamperin dari dulu?" Tangan Jexeon mengambil dagu Yua, memaksa wanita itu membalas tatapannya. Kedua alis Jexeon terangkat, menunggu jawaban. "Aku nggak mau ganggu.""Lalu kenapa tiba-tiba datang, hmm?" Pandangan Yua mengarah ke Purwati lagi, memberi isyarat tanpa mau berucap, menunggu kepekaan Jexeon terhadap perasaannya. Yua tadi berkata padanya bisa menyembunyikan rasa rindu tapi tidak dengan cemburu. Selama perjalanan 3 tahun ini Jexeon tidak dekat deng
Malam ini Jexeon duduk di atas mobil camping sembari makan mie instan. Matanya memandang langit. Bulan sabit dengan bintang di sekitarnya. Terlihat indah menghiasi langit.Sudah 3 tahun dia meninggalkan Yua dan si kembar, besok ia akan kembali ke Jakarta. Memulai hidup baru tanpa masa lalu.Semua masa lalu telah dia singkirkan, termasuk uang haram hasil mencuri. Dia menjual semuanya dan diberikan kepada fakir miskin. Sebagian digunakan menyekolahkan anak-anak kurang mampu. Setahun lalu uangnya habis. Jexeon menjadi sangat miskin.Hidup tanpa uang adalah sesuatu yang tidak mungkin, Jexeon mencari cara menghasilkan uang dengan cara halal dan tanpa merugikan orang lain.Dia juga membuka jasa mengembalikan data perusahaan yang hilang, data yang diretas ataupun membantu KPK dalam menelusuri data para koruptor. Pekerjaan di bidang IT terbilang lancar sebagai sosok misterius. Ia menerima bayaran mahal, lalu dikumpulkan dan diberikan kepada Elgar. Di penthouse sana, Elgar mengelola uang Jexeo
Hidup memang seperti ini, orang-orang datang dan pergi. Perbedaannya hanyalah kesan. Saat masih bersama apakah berkesan sampai tidak sanggup melupakan atau hanya berlalu tanpa ingin dikenang. Aku dan Roan sudah memilih jalan berpisah tanpa harus diingat kembali. Kenangan berupa cincin pertunangan tidak begitu berarti. Pertunangan bukanlah janji suci yang mengikat hati sampai ke akhirat. Roan hanyalah salah satu pria yang pernah hadir sebagai calon suami, tidak lebih dari itu. Perasaanku padanya padam sejak melepas cincin pertunangan di gedung Nathanael.Akhir cerita bersama Roan sebenarnya tidak jauh berbeda dengan Jexeon. Suamiku itu pergi dan menyuruhku tidak menunggu. Mereka sungguh bersaudara. Bagaimana bisa dua saudara itu sama-sama mencampakkanku? Namun, ada sedikit perbedaan antara Roan dan Jexeon, janji Jexeon padaku disaksikan Tuhan. Cinta di antara kami juga membuahkan dua bayi kembar, anak hasil persatuan raga dengan bumbu cinta. Hubungan kami tidak bisa hanya menjadi ke
Las Vegas adalah kota terpadat di negara bagian Nevada, ibu kota Clark County, Amerika serikat. Ini adalah pertama kalinya aku mengunjungi kota yang terkenal karena sejumlah resor kasino dan hiburan sejenisnya. Lampu kota Las Vegas bersinar terang, gedung pencakar langit berdiri kokoh. Keindahan kota dapat aku lihat dari lantai 25 apartemen milik Tante Amel. Jendelanya dibuka, membuat angin musim panas masuk ke dalam. Aku memejamkan mata, merasakan angin itu menerpa wajah. Rambutku yang lurus panjang tertiup angin, berkilau indah terkena pantulan lampu. Rambut itu yang setiap malam Jexeon cium karena suka aromanya. Awalnya aku pikir ia yang sudah tobat tidak suka dengan kota ini. Namun, ternyata dia memang tidak berniat datang. Pria itu meninggalkan kami dengan menitipkan surat pada Tante Amel. Berulang kali aku mencoba menghubunginya. Bahkan menanyakan keberadaan Jexeon pada Lazio dan Elgar. Aku kehilangan Jexeon seperti orang yang hilang akal."Teman macam apa kalian tidak tahu
Wilayah Indonesia begitu luas dan indah, Jexeon baru sadar setelah berkelana di pulau Sumatra selama dua tahun. Meninggalkan tanah kelahiran sekaligus anak dan istrinya. Dia pergi dengan tujuan menyelesaikan masa lalu, menata hidupnya supaya tidak ada lagi yang tersakiti. Terutama anak-anaknya di masa depan. Ia tidak ingin masa lalunya menyulitkan kedua anaknya dan Yua. Dalam perjalanannya, ia baru sadar bahwa negaranya sendiri jauh lebih indah dari semua negara yang pernah dia datangi. Dari dulu Jexeon sering keluar negeri untuk urusan bisnis dan tugas dari Tuan Besar, pekerjaan utamanya di Siluet adalah meretas data musuh, mengirimnya ke Lazio dan tim IT. Ia juga ahli pertarungan lapangan, tidak kalah dengan para tukang pukul. Posisinya setara letnan. Tepat berada di bawah kepala tukang pukul keluarga Siluet. Ada cerita tentang kedekatannya dengan Tuan Besar hingga ia diangkat menjadi anak. Di usia 19 tahun, Tuan besar diculik keluarga Pigel. Mereka meminta tebusan dengan jumlah
Kalau Jexeon harus menghentikan perasaannya sekarang, sepertinya ia akan mati. Dia tidak menyangka akan memiliki perasaan sedalam ini kepada Yua. Dia tidak tahu bahwa es akan meleleh jika disinari matahari terus menerus. Senyuman, perhatian dan kehangatan Yua tidak disangka bisa meluluhkan lantahkan dinding esnya. Membuat perasaannya cair dan dihangatkan oleh cinta. Cinta yang setiap hari mengalir sempurna tanpa bisa dicegah kini menimbulkan efek, yakni rasa sakit. Jexeon menutup wajahnya dengan tangan. Melihat Yua terluka sungguh merobek hatinya. Terasa seperti tubuhnya yang tercabik-cabik. "Maaf," kata yang selalu dia ucapkan selama Yua kritis. Andai kalimat itu bisa mengulang waktu, dia akan memilih tidak melamar Yua. Menjauhkan wanita itu dari hidupnya yang kacau. Hari kelahiran bayinya yang seharusnya sebulan lagi terpaksa dipercepat. Bayi kembar berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, kecil mungil mirip Yua. Jexeon bingung harus bahagia atau sedih. "Mas Iyon bakal nyusul
Elgar tidak jadi mengambil pistol, dia berlari ke gedung. Mulai meretas semua CCTV dan mengarahkan komplotannya yang ada di dalam untuk keluar dengan selamat. Peluhnya menetes, baju putih abu-abu penuh dengan keringat. Jantungnya berdebar kencang, bunyi tembakan terus bersautan. Misi penyelamatan Yua sangat menegangkan. Pasalnya selain sulit, keadaan kakak perempuan Arjun itu tengah hamil 8 bulan. Dari earphone Elgar mendengar instruksi dari Jexeon, "kami sebentar lagi berada di luar. Cepat bawa mobil kemari!" Elgar menutup laptopnya, ia berlari ke arah mobil dan mengendarainya, berputar ke arah belakang gedung. Bersiap menerima penumpang setelah menembaki orang-orang yang menghalangi. Jexeon menggendong Yua sembari berlari ke arah mobil, dilindungi beberapa orang yang Elgar tahu itu adalah mantan anggota Gengster Singa Hitam. Mereka menginstruksikan supaya Jexeon pergi duluan. Orang-orang akan melindunginya sampai benar-benar aman. "Jalan!" Perintah Jexeon setelah berhasil masuk