Pandangan Nyonya Besar Desla menggelap dan hampir meninggal karena marah, tubuhnya terhuyung selama beberapa saat dan baru bereaksi kembali setelah beberapa saat berlalu. Dia menunjuk Nyonya Kartika dan berkata, "A ... aku pasti akan memasuki istana untuk melaporkan hal ini pada Ibu Suri, tindakanmu sangat keterlaluan.""Pergi saja!" Nyonya Kartika mengangkat kepalanya tinggi-tinggi dan berkata, "Ibu Suri adalah kakakku dan merupakan orang yang bijaksana. Ibu Suri pasti akan menarik kembali gelar anakmu kalau tahu kalian menindas Arnesa sampai seperti ini, bagaimana kamu masih bisa punya gelar di masa depan? Jadi rakyat biasa saja.""Sejak kapan kamu bisa tarik kembali gelar anakku? Siapa kamu?"Nyonya Besar Desla benar-benar marah besar, dia membuang tongkat di tangan dan mengulurkan tangan untuk mendorong Nyonya Kartika yang membuat Nyonya Kartika terjatuh di tanah, kemudian berkata, "Tidak disangka kamu berani pukul aku? Beraninya Keluarga Rinar yang statusnya lebih rendah dariku me
Pertanyaan pertama yang diajukan oleh Alfred setelah duduk mengejutkan semua orang.Adipati Harlo bergegas menjawab, "Raja Aldiso, mohon maaf. Tidak ada orang yang merundung Nyonya Kartika ...."Alfred berujar dengan suara dingin, "Maksud Adipati Harlo, ibuku berbohong dan memfitnah kalian?""Bukan, bukan begitu maksudku." Adipati Harlo adalah pejabat pemerintah, tetapi dia menciut ketika menghadap jenderal yang berwibawa seperti Raja Aldiso. Tatapan Alfred yang tegas membuatnya merinding. "Salah paham, semua ini adalah salah paham.""Raja Aldiso ingin menyelewengkan kekuasaan?" tanya Nyonya Besar Desla segera setelah kembali sadar.Feri akhirnya teringat akan karakter sastrawannya yang paling tidak sudi terhadap raja dan keluarga kekaisaran. Feri juga berucap dengan suara dingin, "Nyonya Kartika sudah menyelewengkan kekuasaan, datang ke Kediaman Rinar untuk mencampuri urusan keluarga kami. Sekarang Raja Aldiso ingin membela Nyonya Kartika dan juga merundung Keluarga Rinar?"Mata Alfre
Tentu saja, aksi Nyonya Besar Desla gagal karena ada banyak orang di ruangan itu. Gerakan Nyonya Besar Desla juga begitu lambat sehingga anak cucunya sempat menghentikannya.Nyonya Besar Desla hanya bermaksud untuk menakuti-nakuti Alfred supaya Alfred menghentikan Tentara Kediaman Aldiso untuk menghancurkan barang.Alhasil, Alfred acuh tak acuh. Tentara Kediaman Aldiso juga tidak bermaksud untuk berhenti, terus menghancurkan segala sesuatu yang mereka lihat. Wanita-wanita yang penakut langsung berteriak dan berlari ke halaman belakang.Nyonya Besar Desla marah hingga pandangannya menghitam. Dia benar-benar tidak menyangka Alfred akan begitu sombong, bahkan tidak takut dia benar-benar menabrakkan dirinya hingga mati.Tentara Kediaman Aldiso tidak masuk ke halaman dalam yang tidak boleh sembarangan dimasuki oleh pria. Ranto tahu aturan itu. Oleh karena itu, mereka hanya menghancurkan paviliun utama dan aula paviliun.Melihat itu, wajah Adipati Harlo memucat. Dia tahu mengapa Raja Aldiso
Beberapa orang dari Keluarga Rinar berlari keluar. Kekacauan di luar sama seperti di dalam aula paviliun.Dengan ekspresi lesu, Adipati Harlo maju dan bersoja. "Raja sudah selesai melampiaskan emosi, 'kan?"Alfred memasang ekspresi dingin, tidak menjawab. Intan bertanya, "Apakah Adipati Harlo marah?"Adipati Harlo menggertakkan gigi. "Tidak berani.""Tidak berani?" Tidak ada senyuman di wajah Intan. "Paling baik kalau begitu. Kalau hal ini terulang lagi, aku jamin Kediaman Rinar akan diratakan."Adipati Harlo telah menyaksikan kegemparan ketika Intan menikah. Dia tahu Intan tidak hanya didukung oleh Kediaman Aldiso, tetapi juga banyak pesilat. Bahkan ada dua pesilat di Kediaman Rinar.Jangankan menghancurkan Kediaman Rinar, Intan pun bisa membunuh semua orang di Kediaman Rinar secara diam-diam.Hari ini, Adipati Harlo telah mempermalukan seluruh pendahulu. Jika kejadian malam ini tersebar luas, dia benar-benar malu.Adipati Harlo tidak bisa menjawab omongan Intan. Alhasil, Feri berseru
Marsila menoleh pada Intan. Intan mengangguk padanya.Marsila menyeringai sinis dan berujar, "Pekerja seni? Kamu bisa menipu orang bodoh seperti Feri, memangnya kamu bisa menipu kami?"Feri langsung naik pitam. "Beraninya kamu memfitnah Randa?"Marsila tersenyum dingin. "Memfitnah? Tentu saja aku tidak berani. Randa, apa kamu mau beri tahu semua orang bahwa namamu bukan Randa? Apa nama aslimu? Dengar-dengar, ayah pangeranmu itu menamaimu dengan nama yang sangat indah. Fiolina Gunawan, 'kan? Akan tetapi, bukan begitu Putri Agung memanggilmu. Dia memanggilmu Fio. Benar, bukan?"Mendengar itu, wajah Randa menjadi pucat pasi.Hanya sedetik saja. Lalu, dia langsung menangis. "Kamu .... Omong kosong apa itu?"Ekspresi Adipati Harlo dan yang lain berubah seketika. Mereka menatap wajah Randa yang cantik dan elegan dengan tidak percaya. Randa adalah putrinya Putri Agung?Randa pasti bukan anak kandung Putri Agung. Putri Agung hanya melahirkan satu anak perempuan, yaitu Putri Chelsea. Dengar-den
Randa terus menangis terisak-isak, tetapi tangannya mencengkeram manset Feri dengan erat. Tidak ada air mata di matanya.Meski begitu, suara Randa sangat sedih dan mengundang rasa iba."Sembrono!" Alfred beranjak dari kursinya dan meraih tangan Intan. Dia berujar pada Nyonya Kartika yang melongo di samping. "Ibu, ayo kita pulang."Nyonya Kartika menghilangkan ekspresi kaget di wajahnya, lalu beranjak dari kursi. Dia menoleh pada Nyonya Tina. "Tadi aku tengok Arnesa ke dalam. Arnesa sangat senang karena pikir kamu sudah datang, lalu jadi kecewa karena aku bukan kamu. Jadi ibu malah begitu lemah, tidak heran putrimu juga lemah. Kamu tahu sendiri demi siapa aku membuat onar di sini hari ini. Kalau kamu bisa menjadi ibu yang becus, jangan biarkan masalah hari ini dilewatkan begitu saja. Kalau tidak, aku memandang rendah kamu."Intan berujar dengan tenang, "Ibu, ayo kita pergi. Setiap ibu memiliki sifat keibuan. Aku rasa Bibi Tina tahu apa yang harus dilakukan.""Intan!" Nyonya Tina memangg
Nyonya Tina membekap mulut Arnesa dan memperingatkannya, "Jangan sebut-sebut soal talak lagi. Kamu ini tuan putri, punya uang tahunan dan subsidi makanan. Kamu bisa menghidupi dirimu sendiri dan tidak perlu patuh pada Keluarga Rinar. Adapun Feri, Ibu yakin Feri akan berubah pikiran. Wanita itu, wanita itu adalah putri tiri dari Putri Agung. Wanita itu menikah dengan Keluarga Rinar karena konspirasi."Arnesa sangat kecewa. Dia sama sekali tidak peduli siapa wanita itu. Sekeji-kejinya taktik wanita itu, kejadian hari ini tidak akan terjadi jika Feri memercayainya.Arnesa sudah putus cinta terhadap Feri.Melihat Arnesa diam saja, Nyonya Tina mengira Arnesa mematuhinya. Dia melanjutkan, "Dengarkan Ibu. Setelah anakmu lahir, Feri akan berubah pikiran setelah melihat anaknya ini. Mana mungkin Nyonya Besar Desla tidak menyayangi cicitnya? Mereka akan memperlakukanmu dengan baik. Kamu harus bertahan, bertahan sampai periode waktu ini lewat.""Sejatinya, semua ini salah wanita tua itu. Ayah dan
Setelah Raja Linuta dan Nyonya Tina pergi, semua pelayan Kediaman Rinar sibuk berbenah.Sementara itu, Feri dan Randa diminta untuk tinggal di aula paviliun. Yang lain dibubarkan untuk sementara.Nyonya Silvia juga pergi, disuruh oleh Adipati Harlo untuk mengantar Nyonya Besar Desla ke kamar.Sebelum pergi, Nyonya Besar Desla melarang Adipati Harlo untuk menyulitkan Feri. "Di antara pelajar di keluarga kita, mana yang seunggul Feri? Feri adalah juara akademi ke-3 yang ditunjuk secara pribadi oleh Kaisar. Penurunan jabatan ini hanya bersifat sementara. Pria mana yang tidak punya selir? Ini hanya keonaran yang dibuat-buat oleh orang licik.""Ibu istirahat saja." Adipati Harlo tidak mengiakan. Dia menyuruh istrinya untuk segera membawa Nyonya Besar Desla pergi.Adipati Harlo menatap Randa yang bersembunyi dalam pelukan Feri dan terus menangis. Dia merasa sangat jengkel. "Masih menangis? Kalau kamu tidak memprovokasi Putri Arnesa hari ini, mana mungkin masalah malam ini akan terjadi?"Feri