Rudi maju dan mencengkeram pergelangan tangan Linda. "Ayo, ikut aku ke Kediaman Bangsawan Bonardi."Linda mengentakkannya tangannya dari cengkeram Rudi. "Tidak mau."Rudi berdiri di halaman dengan tatapan mata suram. "Kalau kamu tidak mau pergi, aku ikat kamu ke sana. Kamu mau pergi sendiri atau aku ikat?""Beraninya kamu?" Linda marah sekaligus sedih. "Aku hanya ucapkan satu kalimat, sebesar apa dosaku?"Rudi menggertakkan gigi. "Kamu tahu sendiri apa yang telah kamu perbuat. Dengan dosa-dosamu itu, kamu bahkan pantas dibunuh."Rudi melirik pelayan wanita di samping dan berteriak, "Keluar!"Para pelayan wanita berlari keluar karena ketakutan.Mata Linda memerah saat menatap Rudi. "Sekarang, apa kamu masih memperlakukanku seperti dulu? Kamu benar-benar sangat membenciku? Kalau begitu, kenapa kamu menikahiku?"Rudi yang frustrasi langsung meneriaki Linda, "Aku bodoh dan buta, aku salah lihat orang. Aku pikir kamu benar-benar lugas dan gagah seperti yang kamu katakan, tapi kenyataannya t
Rudi sekali lagi terpukul.Seketika, Rudi seperti telah kehilangan tulang punggung.Semangat Rudi pun sirna. Rudi merasa dirinya yang sekarang sangat kacau, bahkan tidak punya tempat yang bisa ditujui.Sebelumnya, Rudi berpikir Amanda bermartabat, berbudi luhur, berpengetahuan, sangat berbakti, serta murah hati dan baik pada pelayan.Apalagi Amanda adalah nona dari Keluarga Bangsawan Widyasono dan pernah menikah dengan Keluarga Salim yang merupakan keluarga tentara. Vincent adalah orang yang sangat dihormati oleh tentara.Istri Vincent pasti lugas, gagah, tegas, dan baik hati seperti Vincent.Namun, sekarang, Amanda memerintahkan orang untuk mematahkan tangan orang lain.Rudi juga membenci orang-orang yang melemparkan tinja. Akan tetapi, Rudi hanya akan menangkap mereka dan memukuli mereka, bukan mematahkan tangan dan kaki mereka.Bukannya Rudi lapang dada, tetapi Rudi tidak ingin memicu kemarahan rakyat lagi dan ingin segera menyelesaikan masalah tersebut. Sekarang, tangan dan kaki or
Di aula paviliun, Rudi dan Amanda duduk berhadapan.Amanda menyeka air mata menggunakan saputangan dan menjelaskan dengan suara parau tanpa menghiraukan tatapan mata Rudi yang penuh kekecewaan. "Hari itu, aku dibutakan oleh kemarahan. Baru pulang dari rumah ibuku, aku lihat kereta kuda Intan melewati pintu kediaman kita. Suami, aku hanya marah. Aku curiga Intan-lah yang menyuruh orang-orang itu untuk melemparkan tinja, tapi tidak ada bukti. Jadi, aku bicarakan yang lain dengan Intan. Tak disangka, Intan malah memakiku. Begitu pulang, aku lihat pelakunya sudah ditangkap. Saking marah, aku menyuruh pengawal untuk mematahkan tangan orang itu. Aku tidak tahu mereka akan memukul orang itu dengan begitu kuat sampai mematahkan tangan dan kakinya."Rudi menangkap satu poin penting dari omongan Amanda. "Kamu bilang, Intan sudah datang kemarin?""Pastinya Intan tidak masuk. Tapi begitu kereta kuda mereka keluar dari gang kita, pelaku pelempar tinja sudah ditangkap. Kalau ada bukti, aku pasti aka
Sama sekali tidak ada kegirangan di hati Rudi ketika mendengar pengungkapan cinta dari Amanda.Rudi seolah-olah tidak pernah mengenal Amanda yang sesungguhnya.Rudi berpikir bahwa alasan mengapa Keluarga Salim membiarkan Amanda pulang ke rumah ibu dan tidak perlu menjadi janda adalah karena Amanda bijaksana ....Rudi tidak bisa memahami Amanda.Pengurus dan beberapa pengawal itu tidak pulang. Orang itu tidak mau menyelesaikan sengketa secara damai. Orang itu meminta agar orang yang telah menggebukinya diberi hukuman berat.Pengurus mengaku bahwa dialah yang memberi perintah tersebut, demi melindungi Amanda.Prefektur ibu kota memenjarakan mereka semua dan sengketa tersebut terselesaikan. Akan tetapi, orang yang tangan dan kakinya patah itu membutuhkan pengobatan. Dia tetap bisa meminta kompensasi untuk biaya pengobatan.Amanda ingin segera menyelesaikan masalah agar orang itu tidak membuat onar lagi. Jadi, Amanda menyuruh orang memberikan seribu tahil perak padanya.Saat mengetahui hal
Rudi sekali lagi membawa Linda ke Kediaman Bangsawan Bonardi. Kali ini, Rudi membawa banyak hadiah. Rudi bahkan berlutut di depan pintu utama dan memohon untuk masuk.Rudi cukup beruntung karena Tuan Kurniawan tidak di rumah. Setelah mendengar kabar, Nyonya Besar Vivian menyuruh pelayan mempersilakan mereka ke dalam.Linda memasang ekspresi masam sepanjang waktu, sama sekali tidak berniat untuk meminta maaf.Akan tetapi, Nyonya Besar Vivian tampak tidak keberatan. Nyonya Besar Vivian malah menyuruh pelayan menyajikan teh untuk mereka.Menantu, cucu menantu, dan cicit menantu Nyonya Besar Vivian berdiri di samping. Mereka semua menatap Linda dengan penuh rasa permusuhan.Rudi berlutut. "Aku, Rudi Wijaya, memberi hormat pada Nyonya Besar Vivian. Semoga Nyonya diberkati dengan kesehatan."Linda juga berlutut dengan enggan, tetapi tidak mengatakan apa-apa. Mulutnya di balik cadar seperti tersumbat.Nyonya Besar Vivian menyuruh mereka berdiri dan duduk kembali.Rudi berkata dengan gugup, "N
Ekspresi Linda berubah drastis. Omongan Nyonya Besar Vivian tepat mengguncang hatinya.Sangat akurat.Linda mencari kesempatan untuk mengalahkan Intan dan membuktikan dirinya lebih unggul dibanding Intan.Pikiran itu menghantui Linda siang dan malam. Linda tidak bisa tidur dan tidak bisa makan karena amarah yang bertubi-tubi di hatinya.Namun, orang yang dia benci setiap hari sama sekali tidak peduli padanya?Linda tidak percaya!Linda mengepalkan tangan dan berkata, "Nyonya sudah bertemu dengan banyak orang, tapi apa Nyonya pernah bertemu dengan orang munafik? Apa Nyonya pernah bertemu dengan orang yang meraih kesuksesannya dengan prestasi orang lain? Apa Nyonya pernah bertemu dengan orang yang memanfaatkan prestasi perang ayah dan kakaknya, tapi tidak pernah puas? Apa Nyonya pernah bertemu dengan orang yang membiarkan rekan seperjuangannya ditangkap dan disiksa? Orang seperti itu malah menjadi nyonya raja. Apa Nyonya merasa dunia ini adil?"Nyonya Besar Vivian tertawa, tampak sangat
Kabar bahwa Rudi diturunkan menjadi anggota Pasukan Pengaman Ibu Kota bintang sembilan tidak bisa dirahasiakan lagi dari Nyonya Besar Diana. Nyonya Besar Diana menangis sambil menepuk dada.Nyonya Besar Diana memaki-maki bahwa menikahi Linda si pembawa sial itu telah menghancurkan masa depan Rudi.Nyonya Besar Diana menyuruh pelayan untuk memanggil Linda, tetapi Linda bersikap cuek dan langsung mengusir dayang Nyonya Besar Diana.Nyonya Besar Diana marah besar. Nyonya Besar Diana memukul ranjang sambil berseru pada Rudi, "Kenapa kamu menikahi wanita dari keluarga kecil seperti itu? Ini kemalangan keluarga kita!"Nyonya Besar Diana menangis dengan jengkel. "Saat Linda datang sebelum menikah, dia pandai menghibur Ibu. Linda selalu bilang Ibu tidak perlu mengkhawatirkan karier kalian di depan. Dengan adanya kalian, Keluarga Wijaya pasti akan menjadi sukses. Tapi, bagaimana hasilnya? Sekarang kamu hanya menjadi pasukan patroli dengan bintang sembilan. Bagaimana masa depanmu?"Penurunan jab
Entah sejak kapan, desas-desus bahwa Linda telah ditangkap dan dilecehkan oleh Pasukan Biromo marak beredar di kalangan masyarakat.Pernah ada desas-desus seperti itu sejak kembali dari Manuel, tetapi dikatakan Linda ditangkap oleh Pasukan Lonis. Desas-desus itu terkendalikan dengan cepat.Setelah Keluarga Wijaya meminta maaf pada Nyonya Besar Vivian, tidak ada lagi yang melemparkan tinja ke pintu Kediaman Jenderal. Namun, desas-desus tentang penangkapan dan pelecehan Linda kian marak.Kabar itu ramai diperbincangkan. Hanya dalam beberapa hari, kabar itu sudah menyebar ke seluruh ibu kota dan pasti akan menyebar hingga ke luar.Seluruh Kediaman Aldiso juga memperbincangkan hal itu.Intan pun heran. Masalah itu telah berlalu untuk waktu yang lama, mengapa sekarang tiba-tiba diungkit lagi dan ramai diperbincangkan di seluruh kota? Mungkinkah ada personel kemiliteran yang membocorkan informasi? Pasukan Baja tahu betul akan hal itu, tetapi Pasukan Baja yang berintegritas seharusnya tidak a