Musim semi telah tiba. Es dan salju mencair, membuat para prajurit yang tetap tinggal untuk menjaga Kota Norao bisa kembali ke istana.Marsila dan yang lainnya terus berdebat apakah akan mengikuti mereka kembali ke ibu kota atau ke Gunung Pir.Ranto berkata, "Kita bisa kembali ke Gunung Pir sewaktu-waktu, tapi kemenangan cuma terjadi sekali dalam hidup ini. Tidak peduli bagaimanapun juga, kita harus kembali untuk menerima tepuk tangan dari semua orang."Mereka tidak memiliki ambisi besar. Keinginan terbesar mereka dalam hidup adalah berlatih seni bela diri dengan baik dan tidak berusaha menjadi tak terkalahkan di dunia, hanya ingin mampu mengalahkan lawan mana pun yang mereka temui.Setelah mendadak menjadi pahlawan yang merebut kembali Manuel, tiba-tiba saja mereka mendapatkan posisi yang lebih tinggi dan masih belum terbiasa.Luka Linda hampir sembuh dan inilah waktunya menerima pukulan tongkat militer.Selama berada di Manuel, hubungannya dengan Rudi berada dalam situasi yang aneh.
Intan melangkah masuk. Setelah memberi hormat, dia merasa agak bingung. Apa yang terjadi dengan Wakil Jenderal Darius? Sorot matanya aneh.Sepasang mata tajam Alfred menatap ke wajah Darius dan Darius terkekeh, "Aku akan keluar dulu."Setelah keluar, Darius tidak pergi jauh, melainkan bersembunyi di luar dan mendengarkan."Duduklah!" kata Alfred kepada Intan sambil menatap ke arah pintu dengan samar. Napasnya begitu jelas sehingga siapa pun bisa mendengarnya. Mau menguping juga tidak bisa bersembunyi dengan lebih baik.Intan juga tahu Darius ada di luar. Setelah duduk dengan tatapan bingung, dia pun menunjuk ke arah pintu, apa yang dia lakukan?Alfred tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "Jangan hiraukan dia. Ada apa mencariku?"Intan langsung duduk tegak dan bertanya, "Panglima, kita akan kembali ke ibu kota. Bolehkah aku pergi ke tempat ayah dan kakakku meninggal? Aku ingin memanggil mereka dan membiarkan mereka kembali ke ibu kota bersama kami."Jenazah ayah dan kakaknya telah dik
Keesokan harinya, kabar Rudi telah menggantikan Linda untuk dipukul dengan tongkat militer telah menyebar ke seluruh kamp.Sejak Linda menjadi tawanan, berita tentang mereka berdua telah menyebar ke seluruh kamp dan hampir semua orang di Manuel mengetahuinya.Awalnya Linda berpura-pura mengabaikannya dan melakukan apa pun yang harus dia lakukan setelah pulih dari cederanya, seolah dia ingin menggunakan sikap ini untuk memadamkan semua kritik.Akan tetapi karena semakin banyak kritikan yang terdengar dan semakin aneh tatapan terhadapnya, Linda tidak tahan lagi dan menyembunyikan diri dengan alasan lukanya belum sembuh total.Rudi menanggung semuanya dalam diam. Bukan karena semua kritikan itu tidak sampai ke telinganya, melainkan karena dia bisa dapat memberikan tanggapan atau penjelasan apa pun.Karena Rudi tahu kalau Perang Kota Uldi juga terlibat di balik masalah ini, masyarakat Biromo yang dibantai oleh Linda dan juga ....Hal ini tidak bisa dijelaskan dan penjelasan hanya akan
Lagu "Maju Tak Gentar" membuat hati semua orang berdebar, seluruh tubuh dipenuhi dengan semangat tinggi dan tatapan membara.Seorang jenderal tewas dalam seratus pertempuran dan pasukan yang kuat akan kembali dalam sepuluh tahun.Akhirnya drum ditabuh dengan keras dan semuanya menjadi sunyi.Alfred memegang papan nisan Marko di tangannya. Saat hendak memasuki kota, dia mengangkat papan nisan tersebut yang setara membiarkan Marko memasuki kota terlebih dahulu.Dengan papan nisan di tangan, Alfred melangkah ke kota lagi dan yang lainnya mengikuti. Semua orang yang memegang papan nisan terdiam dan terlihat serius.Setelah memasuki kota, mereka berlutut di depan Kaisar. Alfred berkata dengan lantang, "Aku dan Marko telah memimpin para prajurit pulang ke rumah dengan penuh kemenangan. Berkat berkah dari leluhur Negara Runa dan Kaisar, aku, Marko, para jenderal beserta pasukan berhasil merebut kembali wilayah Manuel."Suaranya lantang bergema di seluruh gerbang kota, mengambang di atas langi
Mutiara tertawa dan menangis paling keras. Dia mengejar secepat mungkin dan berteriak, "Nona, Nona ...."Intan meliriknya tanpa daya. Gadis ini tertawa dan menangis pada saat bersamaan.Alfred duduk bersama Intan. Dia menatap Mutiara dan berpikir sejenak, "Namanya Mutiara, 'kan?""Yang Mulia juga masih ingat?" Intan agak terkejut."Ingat." Alfred tersenyum, "Aku ingat suatu tahun saat pergi ke Taliani, gadis ini sedang memukuli kurma di pohon. Saat melihatku dan kakakmu, dia sangat takut sampai jatuh dari pohon itu."Intan terlihat lebih terkejut lagi, "Yang Mulia pernah pergi ke Taliani?""Iya. Sebelum pergi ke medan perang di Manuel, aku pergi ke sana setahun sekali." Dia berkata dengan lembut. Sinar matahari bulan Juni menyinari matanya yang langsung meredup, "Setelah itu, aku tidak pernah pergi ke sana lagi.""Aku tidak tahu dan belum pernah bertemu denganmu." Intan menatapnya dengan terkejut, "Kenapa Yang Mulia pergi ke Taliani setiap tahun?""Saat bepergian, aku juga mencari guru
Linda terlihat lesu sepanjang perjalanan kembali ke ibu kota.Rudi menjaga jarak darinya. Meskipun terluka, dia tetap tidak membutuhkan bantuannya. Dia benar-benar menolak untuk bersentuhan dengannya.Bahkan orang-orang yang ditangkap bersamanya melemparkan tatapan penuh kebencian padanya.Mereka tahu mengapa mereka dikebiri. Linda-lah yang menyiksa jenderal di Kota Wena dan memerintahkannya untuk dikebiri dan dipermalukan.Jadi sekarang mereka diperlakukan dengan cara yang sama oleh rakyat Biromo. Mereka tidak bisa berkata-kata atas penderitaan mereka dan juga tidak berani mengatakannya. Karena itulah mereka sangat membenci Linda.Sepanjang jalan, mereka tidak ingin mengatakan sepatah kata pun kepada Linda dan bahkan menghindarinya saat melihatnya.Linda sangat marah saat memikirkannya, mengira dia akan bisa mendapatkan prestasi militer. Tidak disangka wajahnya hancur separuh saat kembali dan akhirnya dibenci oleh semua orang.Linda nyaris tidak bisa menoleransi hal-hal ini, tetapi ya
Linda tertegun sejenak, lalu berkata dengan marah, "Siapa yang mengatakan itu? Siapa bilang aku dilecehkan?""Katakan saja padaku iya atau tidak!" Diana sangat marah hingga wajahnya memucat, "Sudah tersebar ke seluruh dunia, jadi untuk apa bertanya siapa yang mengatakannya? Semua orang membicarakan ini di luar."Linda tidak menyangka kejadian di Manuel akan menyebar ke ibu kota. Kepalanya seolah ada ledakan dan dia langsung berteriak dengan sedih, "Tidak benar! Aku ditangkap, tapi aku cuma menderita sakit fisik. Aku masih bersih!"Javier berkata, "Kalau begitu, carilah seseorang untuk bersaksi. Bukankah ada orang yang ditangkap bersamamu? Mereka bisa bersaksi untukmu."Linda merasa kesal saat memikirkan sepupunya dan para prajurit itu. Kak Rudi bertanya kepada mereka, tetapi mereka semua berkata tidak tahu.Tidak tahu apanya? Mereka semua dikurung di rumah kayu, mana mungkin mereka tidak tahu?Akan tetapi, ketidaktahuan mereka membuat Kak Rudi dan semua orang percaya kalau dia sudah ti
Setelah mendengar ini, Diana memikirkannya dengan cermat dan teringat pada sesuatu.Sekarang adalah putri dari Keluarga Adipati Belima. Selama Rudi menikahinya, dia akan langsung mewarisi gelar tersebut. Bukan karena Diana tidak pernah memikirkannya sebelumnya, tetapi saat itu dia merasa Linda dan Rudi pasti bisa mendapatkan posisi bagus, jadi untuk apa repot-repot membiarkan putranya dikritik?Akan tetapi, bukankah saat ini terlalu banyak orang yang menudingnya di luar? Tanpa istri yang bersih, reputasi keluarga tidak hanya akan rusak, tetapi juga akan memengaruhi pernikahan paman dan bibi. Kalau Rudi terpilih, setidaknya Beni dan Shayna bisa mendapatkan pernikahan yang baik berdasarkan pangkat Kediaman Adipati Belima.Kalau Intan kembali, kekayaannya tentu saja akan kembali bersamanya. Keluarga Wijaya sangat miskin akhir-akhir ini dan Diana bahkan tidak mampu membeli obat.Intan adalah anak yang berbakti, jadi dia pasti akan mengurus semuanya dengan baik dan tidak akan membiarkannya
Dayang Erika segera mengejar Tuan Putri setelah mendengar Jihan akan dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah, "Tuan Putri, apakah Anda berubah pikiran?"Putri Agung merasa isi pikirannya sangat kacau, "Kurung dia di penjara bawah tanah dulu dan nanti baru bicarakan hal ini lagi.""Baik, Anda jangan marah dan melukai tubuh Anda sendiri," bujuk Dayang Erika."Tidak ada seorang pun yang bisa dibandingkan dengan Marko, Jihan tetap bukan Marko meski punya tampang yang sama. Jihan sama sekali tidak bisa membuatku menyukainya dan aku malah marah saat melihat wajahnya."Putri Agung kembali ke kamarnya dengan amarah di matanya dan tetap merasa kesal meski sudah duduk, "Pelayan, bawakan air dan sabun. Aku mau cuci tangan."Semua pelayan sedang sibuk bekerja pada saat ini, Putri Agung mencuci tangan bekas menyentuh Jihan berulang kali, seperti setiap kali dia sehabis berhubungan badan. Putri Agung akan merendam dirinya di dalam ember yang berisi dengan air panas untuk menghilangkan aroma yang men
Jihan berusaha untuk berdiri, tapi Jihan sama sekali tidak memiliki kekuatan di dalam tubuhnya seolah-olah dia sedang sakit parah.Jihan segera menoleh setelah mendengar suara pintu terbuka dan terdapat seseorang yang berjalan masuk setelah melewati pembatas ruangan.Rambutnya disanggul dan dihiasi oleh pita, wanita ini mengenakan pakaian berbahan satin yang berwarna putih dan hijau. Wanita ini terlihat berusia sekitar 40 tahun yang tidak terdapat kerutan apa pun di wajahnya. Tapi ekspresi wanita ini sangat serius dan memiliki aura intimidasi dari seseorang yang berkuasa.Terdapat seseorang yang mengikuti di belakang wanita dan memindahkan kursi ke samping tempat tidur. Wanita itu duduk dengan perlahan dan menatap mata Jihan yang terlihat cemas serta curiga."Si ... siapa kamu?" Jihan tidak pernah melihat Putri Agung, tapi mengetahui identitasnya pasti tidak sederhana.Putri Agung melihat kepanikan di mata Jihan dan hatinya berada di tingkat ekstrim, seolah-olah terdapat air yang menyi
Sebuah kereta kuda meninggalkan kota dan Jihan sedang bergegas untuk pergi ke Jinbaran karena terdapat masalah pada pabrik di Jinbaran. Ayahnya menyuruh Jihan untuk pergi ke sana secara pribadi meski masalahnya tidak terlalu serius.Sebenarnya Jihan telah tinggal di Jinbaran untuk waktu yang lama, tapi Jihan mengantar istrinya ke ibu kota untuk melakukan persalinan karena istrinya sedang hamil. Jihan bisa menyerahkan masalah di sana pada pengurus toko setelah masalah di Jinbaran diselesaikan, selain itu Jihan juga berencana untuk melakukan bisnis yang lain dalam perjalanannya kembali ke ibu kota.Jihan sudah lama menjadi seorang ayah, karena dia menikah saat masih berusia 20 tahun dan sudah memiliki dua putra pada saat ini. Jadi dia berharap istrinya bisa melahirkan seorang anak perempuan untuknya.Tidak terlalu banyak orang yang memiliki selir di keluarga mereka dan Jihan juga tidak memiliki satu pun selir. Jihan memiliki hubungan yang sangat harmonis dengan istrinya dan selalu membaw
Pangeran Rafael bersedia bekerja sama demi hal ini, karena anak ini akan memiliki nama belakang Gunawan dan pasti akan berada di pihak Keluarga Bangsawan Gunawan."Aku akan memberi tahu mereka saat kembali," ujar Pangeran Rafael.Putri Agung bertanya, "Sebentar lagi upacara pemberkatan orang meninggal sudah tiba, apakah kamu sudah mengundang Guru Boni?""Sudah aku undang, ada 8 biksu yang datang bersama Guru boni. Aku akan jemput mereka secara pribadi pada hari pertama."Putri Agung mengangguk kecil dan berkata, "Panggil ibumu datang, tapi kamu harus bilang kalau ibumu harus bergadang dan tidak perlu datang kalau tidak bisa melakukannya.""Tentu saja ibuku bisa melakukannya, ibuku telah menjadi penganut Buddha selama bertahun-tahun dan selalu ingin mengikuti upacara ini," ujar Pangeran Rafael dengan cepat. Terdapat Nyonya Clara, Nyonya Thalia, Nyonya Besar Arni, Nyonya Besar Mila dan lain-lain yang mendatangi upacara pemberkatan orang meninggal. Mereka semua adalah nyonya atau nyonya b
Keluarga Salim masih tidak memberi jawaban apa pun, tapi desakan berulang kali dari Putri Agung membuat Nyonya Mirna mau tidak mau harus mendatangi Kediaman Keluarga Salim secara pribadi.Nyonya Mirna baru mengetahui jika Vincent sedang pergi ke Cunang dan berada di Perkemahan Pengintai Tujuvan karena terjadi sesuatu pada Waldy, jadi Vincent pergi ke sana untuk mengunjunginya bersama dengan Charles, yang merupakan anak angkat Keluarga Akbar.Viona berkata dengan nada meminta maaf, "Seharusnya masalah ini sudah diputuskan sejak awal, tapi Vincent bersikeras mau pergi menemui teman seperjuangannya dan baru memutuskan hal ini. Aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan, tapi aku sangat menyukai Nona Reni. Kamu sendiri juga tahu kalau aku sangat menyukainya pada pertemuan pertama kami dan sangat ingin segera menjadikannya sebagai menantuku."Viona berkata dengan tulus dan Nyonya Mirna percaya karena Viona memang menunjukkan kesukaannya pada Reni pada hari itu, kemudian berkata
Merpati milik Paviliun Prumania terus beterbangan untuk bertukar pesan dan tiba di ibu kota pada dua malam sebelum upacara pemberkatan orang meninggal setelah beterbangan selama beberapa hari. Surat-surat itu baru dibawa ke Kediaman Aldiso setelah Metta dan yang lain menyusunnya menjadi sebuah surat yang lengkap di malam hari.Metta memberi surat ini pada Marsila, tapi Marsila tidak membukanya, melainkan memanggil semua orang ke ruang kerja dan menyerahkan surat itu pada Tuan Axel, karena hal ini berhubungan dengan Jenny dan sebaiknya membiarkan Tuan Axel membukanya terlebih dahulu.Terdapat urat yang menonjol di dahi Tuan Axel setelah membaca ini, "Sungguh tidak masuk akal. Ini benar-benar merupakan sebuah konspirasi, apa itu utang budi karena telah menyelamatkannya, ini semua adalah rencana yang dibuat dengan teliti."Alfred mengambil surat itu dan berkata secara garis besar setelah membacanya, "Pembuat onar itu adalah preman lokal yang buat masalah setelah terima uang dari orang lai
Tentu saja Edi tidak mengetahui jika Nona Nesa datang ke sini deminya. Edi tidak hanya akan menjadi menteri Departemen Konstruksi jika dia adalah orang yang pintar.Semua orang masih belum makan dan sedang menunggu Edi, Edi menyerahkan pangsit pada pelayan dan meminta mereka untuk merebusnya sesegera mungkin, agar mereka semua bisa makan selagi masih panas.Yanti berkata dengan nada bercanda, "Ternyata kamu pulang terlambat karena beli pangsit? Edi, sekarang perhatianmu hanya terpusat pada istrimu dan tidak ada ibumu lagi, kamu bahkan tega membiarkan ibumu kelaparan menunggumu kembali."Edi segera meminta maaf dan tidak bisa menahan diri untuk mengeluh, "Sebenarnya aku bisa pulang lebih awal, tapi Joko menyiapkan pangsitnya dengan lambat dan Nona Nesa juga menyela antrean. Nona Nesa Warda bilang dia sangat lapar dan menyuruhku untuk mengalah pada mereka berdua, jadi aku pulang terlambat hari ini.""Nona Nesa Warda?" tanya Yanti. Yanti sangat mengenal adik iparnya yang jarang berhubunga
Pangsit kuah yang panas disajikan, wangi sekali. Nona Nesa mengucap terima kasih pada Edi, "Terima kasih atas kebaikan Tuan Edi. Kalau Tuan Edi beli daun teh di tokoku lagi, aku akan beri sedikit diskon."Edi menatap Nona Nesa. "Diskon berapa?"Nona Nesa mengedipkan mata, tampak sangat lincah. "Tuan Edi mau diskon berapa?"Nona Nesa memiliki tampang yang manis dan lugu. Terutama saat mengedipkan mata, senyuman yang tersungging di bibir seperti bunga anggrek yang mekar di malam hari. Pria pasti akan terpukau padanya.Akan tetapi, Edi seakan-akan tidak melihat kecantikan dan kecentilan Nona Nesa. Dia hanya peduli berapa banyak diskon dari daun teh. "Samakan saja dengan diskon yang Nona Nesa berikan pada Tuan Warso."Nona Nesa tertawa. Matanya sangat indah. "Bagaimana bisa? Aku harus membalas kebaikan Tuan atas pemberian pangsit ini. Kalau Tuan Edi datang sendiri, aku beri seperempat kilo untuk pembelian setengah kilo. Bagaimana?"Edi berseru dengan girang, "Sepakat.""Sepakat!" Nona Nesa
Pada petang hari, Edi keluar dari kantor Departemen Konstruksi. Sudah ada kereta kuda yang menunggu di luar. Sebelum naik, Edi berpesan, "Pergi ke ujung Jalan Sejahtera. Dua hari lalu, Nyonya bilang mau makan Pangsit Joko. Beli yang mentah untuk masak di rumah nanti.""Sekarang sepertinya belum buka," jawab pak kusir.Pangsit Joko mulai berjualan pada malam hari. Ibu Kota Negara Runa makmur. Jalan Sejahtera dan Jalan Taraman sangat ramai di malam hari."Itu sebentar lagi, tunggu saja di sana," kata Edi.Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Tuan Edi benar-benar sayang Nyonya Sanira."Edi mengetuk kepala pak kusir dengan kipas yang dia pegang. Dia tersenyum dan berujar, "Sanira menikah denganku dan sudah melahirkan anak untukku. Tentu saja aku sayang dia. Kamu juga, harus perlakukan Elmi dengan baik."Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Aku tahu."Pak kusir adalah keturunan pelayan Keluarga Widyasono, sedangkan Elmi sudah dibeli oleh Keluarga Widyasono ketika masih kecil. Dua tahun lalu