Share

Ketika Sang Pewaris Bertahta

Darren kembali ke rumah kala hari sudah petang. Keputusan dan kesepakatannya dengan Sadewo ia ceritakan kepada Rossi.

"Jika itu sudah keputusanmu, Ibu bisa apa. Ibu hanya mendukungmu. Ingat! Jadi pemimpin itu harus adil dan amanah. Jangan mentang-mentang kamu pemilik perusahaan lantas memperlakukan bawahan seenaknya saja."

Berbagai wejangan Darren Terima dari Rossi.

"Oh, iya, toko kue cabang, bagaimana? Ibu dapat kabar katanya di sana maju pesat."

"Biarkan ayah Arini saja yang mengelola, Bu. Bagaimana menurut Ibu?"

Rossi menyetujui pendapat Darren. Tidak membuang waktu lama, ia menghubungi ayah Arini. Kesepakatan antara kedua belah pihak terjadi. Sambungan telepon pun terputus.

Ibu dan anak itu memutuskan untuk beristirahat sejenak sebelum makan malam.

Makan malam tiba.

Suasana kala itu terasa sangat berbeda. Rossi harus siap menerima kesendirian di mana dirinya harus berjauhan dengan sang putra.

"Ibu kenapa?" tanya Darren.

"Ah, tidak kenapa-napa, Nak. Kapan kamu ke ibu kota?"

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status