Beranda / Romansa / Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu / 03. Menyambut Kekasih Suami

Share

03. Menyambut Kekasih Suami

Penulis: Meriatih Fadilah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Oh ya Pa, di sekolah nanti ada acara, Raina ditunjuk membacakan karangan Raina di depan orang banyak, papa bisa hadirkan?” tanya Raina setelah mereka selesai sarapan.

“Raina, Papa ada meeting, sama Oma atau Tante Sari, saja ya?” bujuk Ardi tanpa melihat ke wajah putrinya sendiri.

“Maaf Raina sayang Oma ada urusan penting sama Tante Sari, kamu ditemani sama Mbak Sarah saja ya, Mbok Darmi pulang kampung selama dua Minggu. Dan kamu Aluna tetap di rumah saja jangan pergi ke mana-mana, Mama nggak mau kalau keluarga kita menjadi bahan topik  perbincangan di luar sana karena mempunyai menantu cacat seperti kamu!” ancam Bu Rini ketus.

Ardan diam saja tidak membela istrinya yang selalu di hina oleh ibunya sendiri.

“Oh ya  Ma, Delia akan datang dari luar negeri dan Ardan akan menjemputnya di bandara, dan bolehkah Delia menginap sementara di sini, kebetulan rumahnya sedang renovasi dan dia tidak biasa tinggal di hotel terlalu lama,” jelas Ardan mengalihkan pembicaraan.

“Apa! Delia pulang? Boleh dong Sayang, kapan pun dia mau tinggal di sini bahkan kalau perlu kamu nikahi saja Delia, bagaimana?” usul Bu Rini  dengan tersenyum puas melihat  Aluna  terdiam dengan mata yang berkaca-kaca.

“Oke Ma, Ardan pergi kantor dulu ada meeting pagi dan tolong siapkan hidangan untuk menyambut kedatangan Delia, Mama tahu kan kesukaannya?” tanya Ardan sekilas melihat wajah Aluna.

“Sudah kamu tenang saja, begitu kalian pulang semuanya akan sudah siap di meja makan,” sahutnya bersemangat.

“Ardan tahu kalau Mama bisa diandalkan, Ardan pergi Ma.”

Pria tampan itu berlalu tanpa memperhatikan Aluna dia pergi begitu saja dan membuat hati Aluna bertambah perih.

Sebisa mungkin Aluna bersikap cuek, tidak ingin menanggapinya walaupun kedua tangan seperti mati rasa dan bergetar,  tetapi hatinya hampir tergoyahkan saat nama wanita lain terucap manis di bibir pria bertubuh tinggi itu. Ardan kembali menggoreskan luka bahkan luka lama pun belum sepenuhnya tertutup kini terbuka kembali  tetapi kenapa yang tak berdarah hanya terasa perih dan sakit?

Hatinya kembali bergemuruh menahan amarah dan tangis yang ingin diluapkannya, tetapi seperti ada yang menahannya.

“Hei, kamu kenapa Aluna? Apakah kamu cemburu ?” tanya Bu Rini merasa puas melihat menantunya berwajah muram.

“Ayolah jangan sedih gitu tambah jelek tahu,  kamu tahu Delia itu sangat sempurna, seharusnya Ardan menikah dengan Delia, dia  tunangan Ardan sebelum kamu masuk di  dalam hidupnya Ardan. Kalian menikah hanya karena perjodohan yang tidak masuk akal ini, kamu itu sebenarnya tidak pantas menjadi menantu di rumah ini, kamu itu anak sopir kami yang kata papa  telah

menyelamatkan papa dan Ardan saat pergi ke puncak. Jadi tidak udah cemberut gitu, kamu akan lihat dia begitu sempurna menjadi seorang wanita ,” ejek Sari  dengan tersenyum sinis diikuti oleh Bu Rini membalas senyuman Sari.

“Oh ya Mbak,  apakah Mbak Sari  termasuk wanita sempurna itu? Buktinya Mbak sudah dua kali menjanda tetapi tidak ada pun satu anak yang Mbak lahirkan? Mereka kabur karena tidak tahan dengan kelakuan Mbak, mungkin kalian masih beruntung bisa sekaya ini tetapi bagaimana jika  kalian tiba-tiba bangkrut karena ulah kalian sendiri  yang suka menghambur-hamburkan uang begitu mudahnya,” ejek Aluna  dengan nada sinis.

“Plak!” Sebuah tamparan berhasil mendarat  di pipi  Aluna sehingga menambah perih lukanya.

“Lancang sekali kamu Aluna, begini kamu bicara dengan orang yang lebih tua dari kamu, dia itu kakak ipar kamu, jangan lupa itu!” hardik Rini terlihat emosi.

“Dan kalian harus tahu juga kalau aku adalah menantu di rumah ini, aku memang cacat tetapi bukan berati kalian seenaknya membuatku menderita.”

“Dan jika papa tahu akan kelakuan kalian seperti ini pasti kalian akan di usir dan hidup di kolong jembatan!” ancam Aluna dengan nada gemetar.

Seketika mereka terdiam sejenak, tetapi tiba-tiba tawa menggelegar keluar dari mulut mereka. "Kamu dengar sendiri Sari, dia mulai banyak bertingkah dan banyak bicara."

“Silakan Aluna, silakan Mama tidak peduli, dengan begitu kamu mempermudah Mama untuk menghabisi Papa, dan Mama dengan bebas bisa menikah lagi.” Jawaban dari Bu Rini  membuat Aluna terkejut dan tidak percaya kalau ternyata Bu Rini sudah tidak membutuhkan lagi Pak Ardi  yang selalu mencintai dirinya.

“Sari Sayang ambilkan kertas dan pulpen, hari ini kita kedatangan tamu spesial dan kita harus menyambutnya dengan berbagai macam hidangan untuk dia,” ucapnya sambil menatap Aluna.

Sari  membawa kertas dan pulpen, dia lalu memberikan kepada mamanya. Rini  lalu menuliskan beberapa hidangan untuk dibuat oleh Aluna. Dia tahu Aluna sangat pandai memasak, semua itu diturunkan dari bakat ibunya yang dulunya  pernah bekerja di sini rumah  ini juga  sebagai tukang masak di rumah ini.

Namun, baik Pak Sugeng dan Mbok Narsih tidak mau nasib anak gadisnya sama dengan mereka, sehingga mereka membawa Aluna  menuntut ilmunya di kota lain. Sebagai orang tua Aluna, mereka ingin Aluna menjadi wanita sukses dan mandiri, mengejar cita-citanya yang diinginkan tanpa harus mengikuti jejak mereka.

Semua tidak direncanakan, hanya takdir yang menentukan ke mana kita pergi, begitu juga dengan Aluna yang tidak mengerti akan takdirnya menikah dengan anak majikan orang tuanya, padahal kedua orang tua itu tidak pernah membayangkan hal ini terjadi di keluarga mereka.

Peristiwa itu  sudah setahun berlalu saat semua keluarga Ardan berlibur ke puncak , di waktu bersamaan Aluna juga mempunyai kegiatan kerja di daerah sana, sampai akhirnya saat di pertengahan jalan wanita itu  melihat terjadinya sebuah kecelakaan beruntun. Bersama temannya Aluna berniat untuk menolong korban kecelakaan di sana. Hal ini mengejutkan bagi dirinya ternyata korban kecelakaan itu diantara mereka adalah bapaknya. Panik dan histeris melihat sekujur tubuh orang tua itu yang dipenuhi dengan luka dan darah.

Saat ingin mengevakuasi bapaknya, Aluna melihat seorang pria berjalan tertatih-tatih dengan tubuh penuh luka ingin menghampiri dirinya, disaat bersamaan pula ada sebuah mobil pick berlawanan arah melaju kencang, tanpa berpikir panjang wanita itu segera berlari dan menangkap tubuh tinggi pria itu sekuat tenaga dan mendorongnya ke samping badan jalan, tetapi tiba-tiba salah satu kaki Aluna mengalami keram sehingga tidak sempat menghindar sehingga mobil pick up itu pun melindas kakinya. Aluna pun tak sadarkan diri dia pun dibawa lari ke rumah sakit.

***

Sore ini di rumah besar itu akan kedatangan tamu istimewa bagi mereka khususnya untuk  Ardan, tetapi tidak untuk Aluna, perih dan sakit hati hal itu lagi yang harus di ia  dirasakan. Selain menyambutnya kini Aluna harus memberikan suguhan yang istimewa dengan menyenangkan perutnya.  Walaupun tidak sulit untuk menyiapkan masakan yang diminta karena dia pun pintar memasak tetapi waktu yang terlalu singkat untuk memasak apalagi mertuanya hanya ingin Aluna mencicipi masakan dari tangan menantu yang tidak dianggap itu.

Apakah ini sebuah tantangan atau hanya ingin membuat malu Aluna, bagaimana dia bisa menyelesaikannya sendiri dalam keadaan fisik seperti dia?

Sebisanya kedua pembantu itu ingin menolong Aluna  tetapi ancaman Bu Rini telah menciutkan nyali mereka sehingga mereka pun tidak berani untuk melanggar apa yang menjadi keputusan majikannya itu. Di saat masih  diliputi kegundahan hatinya,  tak lama kemudian terdengar ponsel Aluna berbunyi, dia lalu mengambil dari saku gamisnya dan menatap layar ponsel itu, seketika matanya berbinar  dan sedikit terbit sebuah senyuman kecil dari sudut bibir mungilnya.

“Siapa Neng?”

“Mas Ardan, Mbok.”

“Cepat angkat siapa tahu penting,” ucap Sarah bersemangat.

Bab terkait

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    04. Sakit Hati

    "Halo, iya Mas ada apa?""Mama sudah memberikan tugas untukmu kan?""Iya Mas, sudah ini lagi mau menyiapkan bahannya dulu.""Dengarkan baik-baik Aluna, Delia adalah tunanganku, dan aku akan segera menikahinya. Pilihan kamu ada satu bertahan dengan siap di madu atau kita bercerai, segera kamu pikirkan baik-baik, kamu pasti tidak mungkin memilih bercerai karena jika papa sampai tahu dia akan mengalami serangan jantung, jadi aku mohon jika Papa sampai tahu kalau aku menikah lagi kamu yang harus menjawabnya kalau kamu setuju untuk di madu, aku tidak perlu mengulanginya lagi kan?."Belum juga Aluna menjawabnya, sambungan telepon itu terputus secara sepihak tanpa mengetahui setuju atau tidak. Matanya memerah dan terduduk kembali setelah mendapat kabar yang sangat menyakitkan hatinya.“Ada apa lagi Neng?” tanya Mbok Asih penasaran.“Nggak ada Mbok, Aluna mau ke kamar mandi dulu.”“Perlu Sarah bantu Neng?” “Nggak usah Mbak Sarah, aku bisa sendiri kok,” jawabnya pelan dan melangkah menuju

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    05. Ejekan

    “Saya memang suka berpenampilan seperti ini Bu, apakah Ibu keberatan?” “Dan mengenai kaki saya, tidak perlu mencari tahu kenapa dan apa, karena kita di sini untuk menghadiri acara anak-anak kita, apakah Ibu keberatan?” tanya Aluna dengan sikap tenangnya.“Sudah cacat sombong pula,” sahutnya dan bergegas pergi dari hadapan Aluna.“Loh Aluna kamu di sini?” tanya seorang wanita paruh baya itu yang dia kenal.“Siapa dia Jeng?” tanya Ibunya Vivi penasaran.“Ini bukan mamanya Raina, tetapi menantunya Bu Rini keluarga Batara pengusaha properti itu loh, kan yang bangun sekolah ini adalah Bapak Ardin Bagas Batara dan dia menantunya yang cacat itu,” celetuk Bu Yeni salah satu tetangga mereka.“Kamu memang diizinkan keluar, bukannya kamu nggak boleh keluar ya, jangan-jangan kamu pergi begitu saja dari rumah itu?” sindir Bu Yeni kembali memojokkan Aluna.Namun, Aluna masih bersikap tenang menghadapi Bu Yeni yang hampir sama tabiatnya dengan mertuanya itu.“Saya memang bukan ibunya Raina, tet

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    06. Cemburu

    “Sayang ada apa? Kenapa kamu melihat dia seperti mau marah gitu?” tanya Ardan sambil merangkul pinggang ramping Delia. Aluna melihatnya, bohong kalau dia tidak cemburu, tapi apalah daya Ardan lebih menyukai wanita seksi itu daripada istrinya yang cacat.“Oh enggak apa-apa, Sayang.” Delia mendaratkan satu ciuman di pipi suaminya membuat Aluna semakin tidak tahan dengan kelakuan mereka.Akan tetapi dia tidak mau bertindak gegabah, sebisa mungkin menahan hati agar bersikap tenang.Wanita cantik itu tetap melayani tamu yang datang. Tamu kehormatan bagi mereka sehingga semuanya sangat bahagia menyambutnya. Gelak tawa masih terdengar sampai balik pintu dapur. Dengan kaki pincang Aluna masih tetap mengatur hidangan itu agar terlihat rapi di meja makan. Dia tidak ingin membuat Ardan kecewa. “Sayang, bagaimana kalau kita makan dulu, Tante sudah menyiapkan makanan kesukaanmu, pasti kamu akan ketagihan deh,” ucap Bu Rini bersemangat. “Tante tahu aja kalau perut Delia lapar.” Delia dan lainnya

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    07. Kedatangan Rayhan

    Aluna menatap wajah mertuanya. “Lantai dua, bukannya kamar tamu ada di bawah?” tanya Aluna bingung.“Iya tapi saya mau dia di kamar atas. Lagian banyak kamar di sini, kan, kamu keberatan?” sindir Bu Rini dengan senyuman merendahkan.“Ma, tapi ini sangat berat dan Luna enggak ...“Kenapa? Enggak bisa begitu, ayolah Luna membawa koper itu tidak akan memakan waktu sampai semalaman kan, katanya kamu wanita yang kuat, kalau begitu buktikan dong jangan hanya omongan saja. Oh ya satu lagi jangan membuat alasan karena kamu cacat sehingga tidak mau mengangkat koper itu,” lanjut Bu Rini menekankan.Aluna menghela napas panjang, dia tidak mau berdebat lagi toh hasilnya tidak ada yang mendukungnya selalu dia yang harus mengalah. Mau tak mau Aluna menyeret dengan perlahan untuk bisa sampai dianak tangga. Ardan melihat sekilas dan ada sedikit rasa empati tapi karena Delia mengajaknya mengobrol sehingga pria tampan itu kembali mendengarkan ocehan Delia. Namun, sesekali hatinya terusik saat istrinya

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    08. Cemburu

    “Maaf saya tidak sengaja dan siapa .... Ucapan Aluna terhenti saat pria tampan itu mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. “Kenalkan saya Rayhan, saya sahabatnya Ardan,” jawab pria tampan itu dengan wajah tersenyum.“Ray?” panggil Ardan dari atas dan langsung menjabat tangan Rayhan.“Halo apa kabar, kenapa kamu tidak memberitahukan sama aku sih kalau kamu akan datang? Bagaimana dengan bisnismu di sana apa semuanya lancar?” tanya Ardan basa basi.Rayhan membalas pelukan sahabatnya itu tapi setelahnya dia langsung melepaskan pelukan itu karena kembali fokus dengan apa yang ada di depan matanya. “Dan dia?” “Rayhan kami juga sudah kangen sama kamu, betul kata Ardan kenapa enggak kabari kami sih?” Kini Sari ikutan naik ke atas anak tangga di mana Luna ingin mengangkat koper besar itu.“Maaf Mbak sebuah kejutan dan ini apakah dia istrimu?” Lagi-lagi Rayhan masih penasaran meskipun dia sudah tahu kalau wanita yang ada dihadapanya adalah istri Ardan.Saat pernikahan Ardan terjadi mema

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    09. Kesal

    “Dasar menyebalkan, berani sekali dia mengatakan seperti dan apa yang aku lakukan, menggendongnya? Pasti sekarang dia loncat kegirangan saat ini di kamar, dan .... Entah kenapa pikiran Ardan malah ke istrinya sendiri padahal tadi sangat membencinya ditambah lagi kedatangan Rayhan yang langsung menyentuh tubuh istrinya.Rasa kesal pun masih ada, dia langsung ingin menemui Rayhan dan memarahinya. Dengan langkah lebar dan tergesa-gesa untuk sampai di hadapan Rayhan yang duduk santai di ruang keluarga sambil menikmati teh hangat dan beberapa camilan yang disuguhkan oleh Sarah.Ardan menghempaskan bokongnya di samping Rayhan. “Kenapa kamu enggak bilang kalau sudah mau pulang ke Jakarta?” tanya Ardan yang berusaha menenangkan hatinya sendiri.Rayhan masih memegang cangkir teh itu. Sesekali menyasapi minuman itu dengan nikmat. “Kenapa? Apakah kamu takut aku bisa melihat apa yang terjadi barusan? Ayolah Ar, kamu tahu kan selain menjadi sahabatmu aku juga sebagai mata-mata papamu dan kamu t

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    10. Penasaran

    Ardan masuk dan menghampiri Aluna yang sedang tertidur dengan masih memakai mukena berwarna putih. Pria tampan itu melirik jam yang terpasang di dinding menunjukkan pukul tiga dini hari. Ada perasaan yang aneh yang tidak bisa digambarkan oleh dirinya. Entah saat Rayhan menyentuh tubuh Aluna saat dia hampir terjatuh di anak tangga itu.Dengan sangat hati-hati Ardan menggendong Aluna pindah ke tempat tidur. Dia lalu berusaha membuka mukena yang masih dia pakai. Ardan memperhatikan sosok wajah itu yang tak pernah dia lihat secara detail. “Cantik!” Kata yang pertama dia ucapkan saat melihat wajah polos itu masih memejamkan matanya. Rambut hitam bergelombang tergerai indah sepanjang bahu. Alis hitam bagaikan barisan semut hitam yang berbaris rapi dengan bulu mata lentik dan tebal. Hidung yang mancung dan bibir mungil berwarna pink muda. Tanpa sadar pria tampan itu mendaratkan sebuah kecupan di kening Aluna. Ardan lalu mengambil ponselnya dan mengabadikan wajah istrinya dalam posisi terp

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    11. Bingung

    Setelah menyiapkan air hangat Aluna kembali ke kamar dan membangunkan sang suami untuk segera bangun. Meskipun biasanya Ardan sangat sulit dibangunkan dan pasti akan terbawa emosi dia tetap membangunkannya. “Mas, bangun sudah jam enam pagi, semua sudah aku siapkan, segeralah mandi dan sarapan pagi juga sudah ada di meja makan,” ucap Aluna tanpa jeda. Tidak ada pergerakan dari Ardan, wanita cantik itu kembali mendekat. Wajahnya sedikit dicondongkan dan menatap wajah tampan itu. “Apakah dia sakit?” gumamnya seraya menempelkan telapak tangannya ke kening Ardan. “Tidak panas, tapi biasanya sudah bangun meskipun dengan omelan. Kenapa ya?” Aluna masih bingung sementara Ardan malah sengaja berpura-pura masih terlelap tidur. Aluna kembali menggoyangkan tubuh Ardan tapi pria tampan itu tidak juga bangun. “Kenapa hari ini sangat sulit dibangunkan sih?” ucapnya sedikit kesal. Masih penasaran Aluna masih berusaha untuk membangunkan sang suami. Namun, dengan sengaja Ardan malah menarik tubu

Bab terbaru

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    122. Aku Mencintaimu Aluna

    Naya bangun dan melihat Ardan sedang menutup matanya. “Apakah Abi sangat kelelahan sehingga di jam seperti ini masih bisa beristirahat?” gumamnya dalam hati sambil menatap kearah Ardan. Naya beranjak dari tempat duduknya dengan perlahan-lahan lalu sampai lah dia di sofa tempat Ardan duduk dengan posisi sang masih sama. Muncul dalam pikirannya untuk bisa meringankan masalah yang dihadapi olehnya. Gadis kecil itu pun berinisiatif untuk memijat kening Ardan dengan tangan kecilnya. Ardan pun belum menyadari siapa yang telah membuatnya sedikit rileks. Dia beranggapan kalau itu adalah tangan Aluna. Ardan pun mengingat masa lalu saat tanpa disuruh Aluna langsung memijat kening Ardan begitu lembut. Awalnya menolak karena menjaga gengsi tapi lama kelamaan pijatan itu semakin terasa enak dan membuat Ardan tertidur. “Luna?” panggilnya seketika dan mengagetkan Naya yang sedang memijit keningnya. Mata Ardan melotot seperti hampir keluar dari tempatnya. “Na—naya?” Ardan masih tidak percaya

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    121. Minta Izin

    Wajah imut menggemaskan membuat pria tampan itu tidak bosan memandangnya. Baru kali ini Ardan bisa melihat putri kandungnya terlelap dalam mimpi. Dia pun tak menyangka jika telah dianugerahi dengan buah hati yang cantik dan sholehah. Seketika lamunannya tersadar bagaimana dia bisa sampai disini, apakah hati Aluna sudah mencair karena mau mengizinkan putrinya bersama ayah kandungnya sendiri?“Anaya? Dia di sini juga? Apa Dena sudah meminta izin untuk membawanya ke sini?” tanya Ardan kembali terkejut.“Nggak Pi, soalnya hari Tante Luna tidak masuk mengajar dia sibuk dengan orderan, kata Naya sih. Tadinya juga Naya nggak dijemput makanya Dena bawa saja ke sini,” jelasnya.“Jadi Tante Luna tidak tahu dong kalau Anaya ada di sini?”“Iya Pi.”“Gawat ini Dena, kenapa kamu tidak beritahu Tante Luna, kamu kan bisa menghubunginya?” Ardan begitu panik karena Aluna akan marah besar dan akan menuduh kalau Ardan lah yang merencanakan semuanya. “Papi lupa ya ponsel Dena kan sama Papi dan sekarang

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    120. Masa Lalu

    Mengingat masa lalu itu Ardan semakin marah. Apalagi dia menyalahkan Tuan Ardin atas semua yang terjadi. Menurut Ardan seandainya Tuan Ardin mengatakan siapa Aluna sebenarnya tentu tidak akan seperti ini.Hubungan antara ayah dan anak itu pun menjadi renggang, akan tetapi Ardan masih peduli dengan Tuan Ardin sehingga masih mau merawatnya sampai sekarang ini. Pria tua itu kini kembali sakit-sakitan karena terus memikirkan Aluna. Sedangkan Ardan antara marah dan merasa bersalah karena dirinya sendiri yang tidak peka dengan Aluna.“Kenapa Papa menyembunyikan hal sebesar ini? Kenapa Pa? Dan Aluna kenapa juga tidak memberitahukan kalau dia yang telah menolongku dari kecelakaan, bahkan kakinya menjadi korban karena aku! Aku memang tidak bisa melihat kebaikan Aluna, bahkan dia rela bertahan selama dua tahun dari keluarga ini padahal dia sudah banyak membantu. Aku tidak bisa diam begitu saja, aku harus mencarinya tapi di mana? Sedangkan nomor ponselnya saja sudah tidak aktif dan menyuruh or

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    119. Tertidur Di Kantor

    Lima belas menit perjalanan akhirnya mereka sampai di sebuah gedung menjulang tinggi. Naya sampai tertegun saat melihat gedung dan sekitarnya yang begitu indah di pandang mata. Pak supir menurunkan mereka di halaman parkir. Dena yang sering pergi ke kantor ayahnya sudah terbiasa untuk keluar masuk di gedung itu. “Sungguh ini kantor Abi? Tinggi sekali? Apakah banyak orang di dalam sana?” tanya Naya dalam hati begitu takjub melihatnya.Dena memperhatikan Naya yang begitu lugu melihat bangunan itu. “Apakah kamu tidak pernah melihat gedung-gedung seperti ini?” tanya Dena bingung. “Pernah lihat tapi hanya di televisi. Ini sungguhan kan?” Naya begitu bersemangat untuk mengitari pemandangan itu. “Ya iyalah, masa mainan. Ayuk, kita masuk!” “Tunggu Dena!” panggilnya lagi.“Ada apa, Naya?” Naya berlari kecil menghampiri Dena yang telah jalan duluan. “Memang anak kecil seperti kita boleh masuk ke sana , nanti kalau diusir bagaimana?” tanya Naya meragukan.“Naya sayang, kantor ini milik P

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    118. Naik Mobil Mewah

    Mendengar ucapan Bu Nia Aluan pun terkejut. Bu Nia kembali menjelaskan kalau Dena sendiri yang berinisiatif membawa Naya ikut dengannya, karena sampai di kantor Ardan pun terkejut dengan kedatangan dua gadis kecil itu ke kantornya. Setengaj jam yang lalu ....Bel sekolah telah berbunyi yang menandakan mereka pulang sekolah. Anak-anak berlarian ke luar mencari penjemput mereka. Hanya Naya dan Aluna yang belum terlihat. Meskipun Naya tahu kalau hari ini Umminya sedang sibuk dengan pesanan orderan yang semakin meludak. “Naya, kamu belum dijemput ya?” tanya Dena polos.“Iya, mungkin Ummi lupa kalo jemput Naya,” sahutnya sedikit kecewa.“Dena juga belum di jemput, hari ini. Papi juga sibuk pasti papi tidak menjemput Dena .”“Nasib kita kok sama ya?” tanya Naya menatap sendu.“Kita tunggu di luar yuk!” ajak Dena kembali bersemangat.“Oke!”Mereka pun melangkah pergi untuk sampai di depan gerbang sekolah. Pak Agus melihat mereka berdua saling berpegangan tangan “Kalian berdua belum dije

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    117. Di mana Naya

    Hari-hari berlalu dijalani oleh dua keluarga yang berbeda. Dena semakin akrab dengan Naya. Mereka begitu lengket bagaikan prangko, selalu bersama-sama. Dena pun memang tak pernah lagi ikut menertawakan Naya jika dia kena di bully malah Dena yang akan membela Naya jika asa yang berani mengganggu Naya. Aluna semakin sibuk dengan urusan warungnya karena semakin hari semakin banyak orderan yang datang untuknya. Aluna sampai kewalahan untuk mengatasinya sehingga Ardan pun memperkerjakan karyawan tetap untuk membantu Aluna. Ya berkat Ardan yang melobi ke sana kemari untuk memperkenalkan masakan Aluna sehingga banyak yang ingin mencobanya, ada juga yang memesan tiap hari untuk dijadikan menu makan mereka di kantin.Aluna menolak uang pemberian Ardan. Dia berdalih untuk kebutuhan Anaya tapi Aluna tidak mau memakai uang itu dan mengembalikannya kepada mantan suaminya itu. Ardan berpikir keras untuk bisa membantu perekonomian Aluna, sehingga timbul ide untuk membuat warung Aluna semakin dike

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    116. Perubahan Sikap

    Naya memperhatikan wajah pria itu lebih dekat lagi. Wajah yang sempurna dan memang mempunyai kemiripan dengan Naya. “Abi memang sangat tampan pantas saja banyak yang menyukai Abi, tapi apakah Abi juga banyak pacar? Buktinya Abi dulu tidak menyukai Ummi karena Ummi cacat, dan sekarang Abi kembali dan ingin mengajak kami untuk hidup bersama. Naya Ingin sekali mempunyai keluarga yang utuh. Naya ingin memeluk Abi. Naya ingin mereka tahu kalau Naya masih mempunyai Abi tapi bagaimana dengan nasib Dena? Apakah dia akan membenci Naya jika dia tahu Nayalah putri kandungnya bukan Dena,” gelisahnya dalam hati.“Apakah Naya tidak merindukan Abi dan apa yang dikatakan Ummi tentang Abi Naya?” desak Ardan ingin mengetahui apa saja yang diajarkan oleh Aluna. “Awalnya iya, Naya kan nggak pernah melihat wajah Abi Naya, tapi setiap Naya bertanya di mana Abi Naya Ummi langsung terlihat sedih. Dari situ Naya nggak akan pernah bertanya lagi tentang jika membuat Ummi menangis,” jelasnya panjang lebar.De

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    115. Pendekatan

    Ardan langsung melepaskan Aluna karena dia juga tidak mau akan terjadi sesuatu hal dengannya dan Naya.“Maaf Lun, aku hanya ....” ucapan menggantung saat Aluna langsung bertanya tentang kondisi papanya. “Bagaimana kondisi papa apakah beliau baik-baik saja?” akhirnya Aluna juga penasaran dengan kondisi kesehatan mantan mertuanya itu. “Alhamdulillah untuk saat ini baik-baik saja. Papa tidak bekerja lagi di perusahaan, kini aku yang mengambil tanggung jawab itu. Ternyata apa yang papa lakukan di perusahaan aku baru menyadarinya kalau tanggung jawab papa semasa itu sangat berat, aku baru menyadari semuanya,” jelas Ardan pelan.Aluna kembali duduk diikuti oleh Ardan. Dia senang akhirnya Aluna mau mendengarkan keluh kesahnya. “Alhamdulillah akhirnya kamu bisa berubah, Mas. Kamu mengambil tanggung jawab dengan benar. Berarti permintaan papa sudah kamu turuti,” sahutnya tersenyum lega jika mantan mertuanya masih sehat.“Nggak semuanya Lun, ada satu permintaan yang belum bisa aku turuti,”

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    114. Permintaan Maaf Dena

    Aluna pun melihat sekelilingnya dan benar memang masih banyak pembeli yang ingin dilayaninya.“Maaf, tapi tidak bisa lama-lama karena warung masih ramai atau mau menunggu sebentar, saya nggak bisa meninggalkan mereka?” bujuknya karena memang masih terlihat ramai. “Tante, Dena juga harus istirahat, kami juga belum pulang ke rumah kecuali kami boleh menginap di rumah Tante, boleh kan?” Dena begitu bersemangat. “Tidak!” jawab lantang Naya hampir sebagian orang melihat ke arahnya.Aluna tak enak hati jika dilihat banyak orang. Mau tak mau Aluna membawanya ke rumah yang terletak di samping warungnya. Mereka pun duduk di teras rumah. Sedangkan Naya tetap berdiri di samping Aluna yang sudah duduk bersama Ardan dan Dena. Ada sedikit rasa canggung untuk bisa duduk bersama apalagi jarak duduk mereka tidak terlalu jauh. Ardan tak lepas memandangi terus wajah Aluna sehingga wanita cantik itu pun bersemu merah. Dena yang tidak mengetahui apa-apa pun sedikit merasa curiga dengan gerak tubuh pa

DMCA.com Protection Status