"Bu, sudah lah, jangan terlalu keras sama Irish. Dia tidak biasa melakukan ini, lagi pula ini sudah malam, nggak masalah rumah sedikit kotor karena tidak ada asisten rumah tangga," ucap Edo tidak tega dengan istrinya. "Ya nggak bisa dong Edo, rumah itu adalah tempat ternyaman untuk kita, jadi harus dalam keadaan bersih dan sehat, Ibu tidak setuju dengan kamu," celetuk nyonya Andin. "Ya tapi ini sudah hampir jam 21:00 malam Bu, sudah waktunya istirahat, besok lagi ya Bu." Edo berusaha merayu. Ia lalu menggandeng tangan Irish dan membawanya masuk ke kamar, meninggalkan nyonya Andin yang sedang memegang sapu, karena Edo lah yang menyerahkan sapu tersebut padanya. Tibanya di kamar Irish terlihat sangat marah, ia meng-hardik ibu mertua dengan sumpah serapahnya, karena telah berani memerintahkan dirinya untuk melakukan sesuatu yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya. "Mas, pokoknya kamu harus bawa aku pergi dari rumah ini, aku udah nggak betah, Mas!" marah Irish menatap Edo dengan kesal
"Apa, kamu mau pindah dari sini? Nggak, nggak, nggak, Ibu tidak setuju!" tolak nyonya Andin marah. "Bu, ayolah... Aku cinta sama Irish Bu, aku pengen dia bahagia setelah menikah denganku," ucap Edo meminta pengertian pada ibunya. "Apa tidak ada cara lain Edo, Ibu tidak mau kehilangan kamu, harusnya kamu itu ajarin Irish dong, supaya dia bisa jadi istri yang baik, tidak membangkang dan tidak boros, dia harus tahu kalau dia itu harus menjaga sikap, bukan malah menuruti dia saat dia ingin pergi dari rumah ini. Ibu jadi nyesel tahu nggak pernah kasih lampu hijau ke kalian," celetuk nyonya Andin kesal. "Bu, aku datang ke sini untuk meminta izin, bukan untuk mendengarkan Ibu yang menjelek-jelekkan Irish, lagian mungkin Ibu dan Irish itu memang tidak cocok, sama-sama tidak mau disalahkan, jadi kalau tetap tinggal satu rumah akan terus menimbulkan konflik-konflik baru. Bu, Ibu tidak bisa menyamaratakan Irish dengan Chelsea, jika Chelsea dulu selalu patuh dan nurut, itu karena dia dalam wani
"Ayah hanya ingin mengajak Andika keluar sebentar, agar dia merasa sedikit terhibur, daripada di rumah, Ibu justru mengompori agar dia benci dengan ibu tirinya," celetuk tuan Bram yang sudah menggenggam pergelangan tangan Andika. "Ayah!" nyonya Andin terlihat sangat marah. Namun dengan cepat tuan Bram menghilang dari pandangannya, membawa Andika bersamanya, nafas nyonya Andin memburu saat itu, tetapi ia tidak bisa berkata apapun, karena saat itu tuan Bram dan Andika sudah tidak ada lagi di hadapannya. Di sebuah restoran, tuan Bram mengajak Andika duduk, sambil menunggu Chelsea yang belum ada tanda-tanda kemunculannya. "Kek, sebenarnya kita mau ngapain di sini?" tanya Andika. "Kita akan bertemu dengan ibu Chelsea. Kakek tadi sudah mengirimkan pesan, untuk mengajak ketemuan di sini," ucap tuan Bram melempar senyum. "Wah, ketemu Ibu, Andika seneng banget Kek." Andika tersenyum bahagia ketika mendengar ibunya akan datang. Tak lama kemudian Chelsea pun melambaikan tangan saat ia masi
Dering telpon menyadarkan Tasya dari lamunannya, dengan cepat ia mengambil ponsel di atas nakas dan melihat nama ibunya, senyum pun mengembang di wajah Tasya ketika menyadari bahwa yang menelpon nya adalah Chelsea. "Halo Ibu," "Halo sayang, belum tidur?""Belum Bu, aku tidak betah tinggal di__""Sssst... Sayang, kau baru beberapa hari bersama ayahmu di sana, jadi kau mungkin lagi butuh banyak waktu untuk membiasakan diri. "Tapi Bu, aku tidak__""Tasya, Ibu paham. Tapi semoga kamu juga bisa lebih paham karena semua itu butuh proses, yang sabar ya." Chelsea menahan tangis ketika ia selalu memotong kalimat putrinya, yang mengeluhkan bahwa sebenarnya ia sangat tidak betah tinggal bersama ayah dan ibu tirinya. Bukan Chelsea tidak mau mendengarkan keluhan Tasya, ia hanya ingin Tasya bisa lebih dewasa dalam menghadapi semua ujiannya. Tasya pun menyeka air matanya, suka tidak suka, Tasya harus mendengarkan nasehat dari ibunya, meskipun sebenarnya ia merasa sedikit kecewa karena Chelsea na
"Tasya!"Pekik Irish memanggil anak tirinya itu. Tasya yang mendengar namanya dipanggil buru-buru menghampiri dan berdiri dengan gemetar di hadapan ibu tirinya. "Iya Bu," lirih Tasya tanpa menatap wajah Irish. "Kamu itu dari mana aja si? Di panggil dari tadi baru nongol! Kamu tahu nggak ini sudah jam berapa, masak dong, buat makan malam," titiah Irish yang seolah memperlakukan Tasya seperti asisten rumah tangga. "Tapi Bu, tugas masak bukannya sudah diberikan pada Bibi? Aku tidak bisa Bu, ada PR dari sekolah yang harus aku selesaikan, karena besok mau dikumpul," tolak Tasya keberatan. "Kamu berani melawan perintah saya, ha!" Irish seketika menjambak rambut lurus Tasya hingga menimbulkan rasa nyeri di kepalanya. Tasya nyengir kesakitan saat Irish melakukan itu padanya, lagi-lagi Irish melakukan sesuatu yang terlewat batas, kali ini fisik Tasya yang disakiti olehnya. Saat sedang memarahi Tasya dengan amukannya, di saat itu juga Chelsea datang untuk mengunjungi putrinya yang sudah h
"Maafkan Ibu sayang, karena kesibukan Ibu, Ibu tidak mengunjungi kamu, dan akhirnya Ibu melihat kejadian seperti ini," ucap Chelsea penuh penyesalan. "Ibu, Ibu tidak perlu merasa bersalah seperti itu, ini bukan salah Ibu," lirih Tasya mencoba untuk menghibur ibunya. "Nggak sayang, ini tetap salah Ibu, Ibu benar-benar minta maaf sama kamu, sekarang kamu bebas tinggal di rumah Ibu, selama dan sesuka hati kamu." Chelsea menekan kedua pipi Tasya menggunakan kedua tangannya, ia juga memeluk Tasya dengan perasaan bersalah. Tok! Tok! Tok! Ketukan pintu terdengar ketika mereka masih dalam keadaan berpelukan, Chelsea menyeka air matanya asal-asalan lalu membuka mata. Namun Tasya tiba-tiba menahan pergelangan tangan Chelsea dengan wajah yang terlihat sangat ketakutan. "Jangan dibuka Bu, aku takut itu ibu Irish yang sedang mencari ku," ucap Tasya dengan nada cemas. "Sayang, di sini tidak ada ibu Irish, yang tinggal di rumah ini hanya ibu Chelsea dan juga nenek Yuli, kamu jangan khawatir ya,
"Chelsea, sebenarnya ada apa kamu datang ke sini bersama ibu dan Tasya? Bukannya Tasya ini tinggalnya sama Edo, lalu kenapa tiba-tiba ada sama kamu?" pertanyaan tuan Bram cukup mewakili nyonya Andin yang justru memilih diam sejak tadi. "Ayah, masalah ini cukup serius, aku tidak mau menutupi semua ini dari Ayah atau kelurga lainnya," ucap Chelsea berusaha untuk meyakinkan dirinya agar berani bicara. "Apa masalah seriusnya Chelsea, jangan terlalu berbelit-belit, katakan saja," celetuk nyonya Andin tidak sabar. "Bu, Yah, sebenarnya bukan kenapa aku yang membawa Tasya ke sini, tapi pertanyaan yang sebenarnya adalah, kenapa Tasya terlihat berbeda saat aku bawa ke rumah ini, apa Ibu dan Ayah tidak melihat ada perbedaan dari wajah Tasya sejak tadi?" Chelsea berusaha untuk mencoba menjebol gawang atas pertanyaan kakek dan nenek Tasya itu, sementara mereka mulai mengamati tatapan Tasya yang kosong dan sedikit aneh dan berbeda, namun mereka sendiri tidak yakin itu karena apa. "Ayah, Ibu, ak
"Oke, aku memang melakukan tindakan itu, tapi kamu tahu kan Mas, alasannya? Tasya itu nakal," ucap Irish. "Se-nakalnya anak saya, saya tidak pernah melakukan tindak-kekerasan pada mereka, apalagi jika hal itu hanya hal yang sangat sepele, mungkin tanpa kamu sadari, bahwa kamu juga pernah melakukan tindakan itu," serah Chelsea tidak terima. "Kamu membela karena dia anak kandung kamu Chelsea, dia akan patuh di hadapan kamu karena dia anak kandung mu, berbeda saat dia bersamaku, dia berubah menjadi anak yang pembangkang." jelas Irish masih berusaha membela diri. Edo terdiam, sejenak ia merasa bahwa apa yang dikatakan oleh Irish ada benarnya. Ada kalanya seorang anak akan terlihat menurut dan baik-baik saja jika bersama orang tua kandung, namun tidak jika bersama orang tua tiri, mungkin hal itu dilakukan oleh Tasya karena belum bisa menerima ibu lebih dari satu. Ucapan Irish seolah sudah menghipnotis Edo untuk mempercayai dirinya, meskipun Chelsea masih terus berusaha untuk membela Tas
Di sebuah masjid yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal Chelsea, sudah ada beberapa tamu undangan yang menghadiri akad nikah antara Chelsea dan juga Reno, sengaja tamu yang diundang tidak terlalu banyak, karena itu lah yang menjadi permintaan Chelsea sebelum hari pernikahan itu berlangsung. Wajah Chelsea terlihat teduh dan tenang, kala di perintahkan duduk di samping kiri Reno, Reno menyambut dengan senyuman nervous, karena hari ini adalah hari di mana ia akan mengikrarkan janji suci bersama Chelsea. "Kedua mempelai sudah siap?" tanya pak penghulu yang ada di hadapan Chelsea dan juga Reno. "Siap Pak!" tegas Reno menjawab. "Baik, kalau begitu kita langsung saja mulai, ya." jawabnya mantap. Reno pun mengangguk siap, ketika pak penghulu tersebut mengulurkan tangan, Reno pun dengan cepat menjabat tangan tersebut lalu mengikuti arahan yang diberikan oleh pak Penghulu tersebut. Jika sebelumnya Reno merasa sangat takut dan ragu ketika mengucapkan ijab qobul, rupanya ketika ucapan it
Chelsea dan Reno mengadakan janji temu di luar kantor, setelah insiden yang terjadi pada Chelsea. Akhirnya Chelsea memutuskan untuk masuk kerja lagi, ia sudah merasa cukup tenang karena Edo dan Irish sudah berakhir di penjara, kini hanya tinggal bagaimana ia bisa sukses mencapai gelar sebagai wanita karir setelah ia berusaha sampai sejauh ini. Kegagalan pernikahan di sebuah gedung yang cukup mewah waktu itu tidak membuat Chelsea malu dan putus asa, apalagi membatasi diri untuk tidak bertemu dengan banyak kalangan, ia justru semakin terbuka dan memperlihatkan pada mereka bahwa ia baik-baik saja, kejadian itu sama sekali tidak membuat Chelsea rapuh apalagi berkecil hati. Pertemuan demi pertemuan dengan teman satu kantor, kerap kali mengajukan pertanyaan yang sama, tetapi Chelsea justru menjawab-pi nya dengan sangat santai dan elegan. Saat makan siang tiba, Reno memanggil Chelsea untuk ke ruangannya, dengan cepat dan sigapnya, Chelsea pun sudah sampai di depan pintu ruangan Reno. Tak
2 hari kemudianReno datang menemui Chelsea yang akan pulang hari ini, Reno merasa sangat senang karena keadaan Chelsea sudah jauh lebih baik dari sebelumnya, dan kedatangan Reno pun disambut senyum lebar oleh Chelsea yang sudah menunggu kedatangannya. Reno membalas senyuman itu lalu memeluk Chelsea dengan erat, Chelsea pun menerima pelukan itu dengan senang hati, mereka berdua menikmati beberapa saat kebersamaan tersebut , sebelum perlahan Reno melepaskan pelukannya. Reno meletakkan kedua tangannya tepat di pipi chubby Chelsea, mereka saling menatap satu sama lain, dan... Cup! Reno memberikan kecupan hangat tepat di kening Chelsea, Chelsea memejamkan kedua matanya kala menerima sentuhan sayang dari Reno. "Aku minta maaf Chelsea, karena aku terlambat menyelamatkan mu," lirih Reno menatap sendu. "Tidak Mas, kamu tidak bersalah, kamu tidak perlu meminta maaf," ucap Chelsea. "Tapi ini tetap saja salahku, aku bersalah karena teledor menjagamu, harusnya aku menyalip mobol Edo waktu it
"Mas, kamu jangan nekat, jangan gila!" Irish mencoba untuk menahan Edo. "Irish, lebih baik kamu diam saja, bukannya ini yang kita rencanakan, kamu bisa bersama Reno, dan aku bisa bersama dengan Chelsea," ucap Edo menepis tangan Irish. "Apa kamu yakin dengan keputusan kamu ini Mas?" tanya Irish ragu. "Ya, aku akan bersiap-siap, membawa Chelsea pergi jauh dari sini, dan aku akan bahagia bersama Chelsea di dalam kehidupan baru kami, sementara kamu, kamu juga pasti akan bisa mendapatkan hati Reno, kamu akan bebas memiliki Reno." jelas Edo melempar senyum. Irish akhirnya mengikuti rencana Edo, jika tujuan mereka sebelumnya hanya untuk menggagalkan pernikahan antara Chelsea dan Reno, kini berubah menjadi sebuah rencana yang tidak pernah Irish pikirkan selama ini. Edo saat itu masuk untuk melepaskan ikatan Chelsea, ia mengiming-imingi kehidupan yang bahagia, namun Chelsea tidak tertarik sama sekali, bahkan ia terus berusaha memberontak dan meminta Edo agar melepaskan dirinya, Irish yang
"Mas, aku mohon tolong lepaskan aku," lirih Chelsea meminta. "Aku akan melepaskan kamu, Chelsea. Tapi dengan satu syarat," ucap Edo melempar senyum. "Apa Mas, apa syaratnya? Mas, apa kamu tahu apa yang kamu lakukan ini akan menghancurkan masa depanku bersama mas Reno, hari ini hari ijab qobul kami, tapi kenapa kamu dan Irish justru membawa ku ke sini," Chelsea menatap Edo kecewa. "Karena aku tidak terima kamu menikah dengan orang lain, Chelsea. Dan aku ingin pernikahan kamu dengan Reno gagal," sahut Edo tersenyum. "Kenapa Mas, apa masalahnya sama kamu, kenapa kamu ingin pernikahan ku dengan mas Reno gagal, aku tidak pernah menghalangi pernikahan kamu dengan Irish dulu Mas, tapi kenapa kamu melakukan ini padaku?!" Chelsea benar-benar kecewa saat itu, ia menatap keduanya dengan kemarahan yang tidak bisa ia salurkan dengan bebas, karena kedua tangan dan kakinya terlepas, dan ia hanya bisa duduk terpaku di kursi. "Karena aku cemburu, Chelsea. Aku ingin kamu kembali bersamaku," ucap E
Çeklek! petugas itu membuka pintu tanpa memberi ketukan, hingga membuat Reno terkejut ketika melihat salah satu pengurus pernikahannya datang dengan wajah yang begitu panik. "Ada apa?" tanya Reno menanggapi kedatangan petugas itu. "A-anu Tuan," wanita itu gagap ketika berhadapan dengan Reno. "Anu apa? Katakan?!" Desak Reno. "N-nona Chelsea tidak ada di kamarnya." jawabnya gemetar. DegReno terkejut mendengar kabar itu, kok bisa? Kenapa bisa Chelsea bisa tidak ada di kamarnya? Percuma jika Reno mempertanyakan hal itu pada wanita yang ada di hadapannya, Reno memutuskan untuk langsung menuju ke lokasi untuk mencari tahu tentang keberadaan Chelsea, wanita yang akan ia nikahi hari ini. Reno masuk ke ruangan rias, ia menelusuri ruangan tersebut dengan jeli, dan tersadar jika Chelsea benar-benar tidak ada di sana. Di tengah kepanikan yang tidak bisa ia sembunyikan, Andika datang menemui Reno untuk memberitahukan bahwa pak penghulu sudah menunggu di lantai bawah. "Om, pak penghulu sudah
"Sudah gila Chelsea itu, sudah tidak waras! Dasar janda gatal," celetuk nyonya Andin kesal. "Bu, apa si maksud Ibu bicara seperti itu, mendengar Chelsea mau menikah kok Ibu yang sepertinya kepanasan," cetus tuan Bram memprotes sikap istrinya. "Ayah ini bagaimana si, kenapa tidak melarang Chelsea untuk menikah dengan pria itu, harusnya Ayah larang dia, dong." nyonya Andin menatap kesal. Tuan Bram mengernyitkan dahi ketika mendengar ucapan dari nyonya Andin yang seolah sangat tidak senang mendengar berita gembira itu, tuan Bram tidak menanggapi, ia justru memilih duduk kembali di sofa dan menyeruput teh pahit pesanannya. "Ayah, kenapa malah terlihat biasa dan santai saja seperti itu, bukannya panik seperti yang Ibu rasakan, bagaimana kalau pernikahan Chelsea dan pria itu justru menganggu pikiran Tasya dan Andika, kan kasihan mereka!" omel nyonya Andin yang masih tidak senang dengan keputusan Chelsea. "Bu, sepertinya Ibu sudah berlebihan sekali, jika Ibu peduli dengan kedua cucu kita
"Mas, kasih tahu aku kenapa kamu jadi kayak gini akhir-akhir ini, kamu berubah Mas, sama aku," "Nggak ada yang berubah Irish, mungkin ini hanya perasaan kamu saja,""Enggak Mas, aku yakin ada sesuatu yang bikin kamu berubah. Katakan Mas, apa salah ku?""Irish, aku mohon tolong jangan paksa aku untuk menjawab pertanyaan kamu itu, aku lagi sibuk di kantor dan aku harus menyelesaikan tugasnya dengan baik, jadi tolong, tolong kamu jangan seperti ini!"Reno mengambil beberapa berkas di meja lalu ia hendak pergi meninggalkan Irish, namun tangan Irish yang dengan cepat menahan pergelangan tangan Reno itu seketika menghentikan langkah kaki Reno, keduanya saling menatap satu sama lain, Irish meneteskan air matanya di hadapan Reno kala itu. "Mas, beritahu aku apa salahku," lirih Irish kembali mempertanyakan. "Seharusnya kamu tidak perlu bertanya apa salah mu padaku, Irish. Secara tidak langsung kamu sudah membohongi aku, kamu bilang saat kamu dekat denganku tidak akan ada orang yang marah pad
"B-bukan Mas, aku hanya mempertanyakan apa itu benar atau tidak," lirih Irish merasa bersalah. "Kalau kamu percaya sama aku sedari awal, kamu tidak mungkin merasa ragu hanya karena ucapan Edo yang ngawur itu, sudah lah. Aku sepertinya lelah, dan butuh waktu untuk sendiri!" celetuk Reno memutuskan untuk pergi. Irish berusaha menahan dengan meminta maaf pada Reno, namun hal itu tidak membuat keputusan Reno berubah, ia tetap pergi meninggalkan Irish dengan sengaja membuat hati Irish merasa bersalah. ***1 minggu kemudian, surat perceraian antara Edo dan Irish sudah ada di tangan Edo, waktunya ia memberikan surat perceraian itu pada wanita yang ia cintai itu, namun tega mengkhianati cintanya karena pria lain. Langkah kaki Edo sudah berada di depan rumah Irish, lalu ia mengetuk pintu beberapa kali hingga akhirnya Irish keluar dan menemui Edo. "Ada apa Mas, kamu datang ke sini?" tanya Irish saat berhadapan dengan Edo. "Aku hanya ingin mengantar surat perceraian kita, dan sekarang kita