"Chelsea, sebenarnya ada apa kamu datang ke sini bersama ibu dan Tasya? Bukannya Tasya ini tinggalnya sama Edo, lalu kenapa tiba-tiba ada sama kamu?" pertanyaan tuan Bram cukup mewakili nyonya Andin yang justru memilih diam sejak tadi. "Ayah, masalah ini cukup serius, aku tidak mau menutupi semua ini dari Ayah atau kelurga lainnya," ucap Chelsea berusaha untuk meyakinkan dirinya agar berani bicara. "Apa masalah seriusnya Chelsea, jangan terlalu berbelit-belit, katakan saja," celetuk nyonya Andin tidak sabar. "Bu, Yah, sebenarnya bukan kenapa aku yang membawa Tasya ke sini, tapi pertanyaan yang sebenarnya adalah, kenapa Tasya terlihat berbeda saat aku bawa ke rumah ini, apa Ibu dan Ayah tidak melihat ada perbedaan dari wajah Tasya sejak tadi?" Chelsea berusaha untuk mencoba menjebol gawang atas pertanyaan kakek dan nenek Tasya itu, sementara mereka mulai mengamati tatapan Tasya yang kosong dan sedikit aneh dan berbeda, namun mereka sendiri tidak yakin itu karena apa. "Ayah, Ibu, ak
"Oke, aku memang melakukan tindakan itu, tapi kamu tahu kan Mas, alasannya? Tasya itu nakal," ucap Irish. "Se-nakalnya anak saya, saya tidak pernah melakukan tindak-kekerasan pada mereka, apalagi jika hal itu hanya hal yang sangat sepele, mungkin tanpa kamu sadari, bahwa kamu juga pernah melakukan tindakan itu," serah Chelsea tidak terima. "Kamu membela karena dia anak kandung kamu Chelsea, dia akan patuh di hadapan kamu karena dia anak kandung mu, berbeda saat dia bersamaku, dia berubah menjadi anak yang pembangkang." jelas Irish masih berusaha membela diri. Edo terdiam, sejenak ia merasa bahwa apa yang dikatakan oleh Irish ada benarnya. Ada kalanya seorang anak akan terlihat menurut dan baik-baik saja jika bersama orang tua kandung, namun tidak jika bersama orang tua tiri, mungkin hal itu dilakukan oleh Tasya karena belum bisa menerima ibu lebih dari satu. Ucapan Irish seolah sudah menghipnotis Edo untuk mempercayai dirinya, meskipun Chelsea masih terus berusaha untuk membela Tas
Di tempat lain, Irish justru sedang berpesta, setelah pulang dari rumah mertuanya, dan Edo memutuskan untuk berangkat ke kantor, tinggal lah Irish seorang diri di rumah. Ia meraih wine di lemari yang terdapat berbagai jenis dan merk, saat itu Irish menertawakan nasib Tasya yang kalah saat melawan dirinya, dengan terus menuang dan meneguk minuman itu. "Hahaha, Tasya... Tasya... Kamu itu gadis lugu, anak kemarin sore, tapi kamu sudah berani ingin melawanku, kamu lupa Tasya, bahwa aku bukan lah Chelsea, ibumu yang sangat lemah dan bodoh itu!"Irish merancau dan terus menertawakan kekalahan Tasya, saat itu dering ponsel mengheningkan suasana, wajah Irish pun fokus pada layar ponselnya yang terdapat nomor baru di sana. Irish meraih ponsel hendak mengangkat. "Halo,""Halo, selamat siang, bisa bicara dengan nona Irish?""Ya, saya sendiri, ini siapa ya?""Saya Reno, pria yang berusaha memberanikan diri untuk menghubungimu setelah cukup lama menjadi penggemar rahasia mu,""Penggemar rahasia?
Irish terlihat terkesima saat mendengar Reno memujinya, wajahnya nampak memerah seperti gadis yang sedang jatuh cinta, bahkan ia lupa dengan status nya saat ini yang bergelar istri. "Mas Reno bisa aja mujinya, aku jadi malu," ucap Irish merapihkan rambutnya ke samping. "Aku serius Irish, aku tidak bercanda, apalagi berbohong. Oh ya, apa ada yang marah jika kamu bertemu denganku di tempat seperti ini, malam-malam lagi?" tanya Reno sengaja memancing Irish. "Emmm, ya enggak dong Mas, siapa si yang marah sama aku kalau ketemuan sama kamu," seru Irish melempar senyum. "Wah, berarti kamu masih sendiri dong, ya?!" tegas Reno memastikan. Tatapan Reno penuh harap kala itu, dan sementara Irish nampak kebingungan ketika harus menjawab lebih dalam, namun karena sudah terlanjur nyaman bersama Reno, akhirnya Irish harus berbohong demi mendapatkan kepercayaan dari Reno, dan demi agar Reno tidak menghindar darinya. Setelah mengobrol cukup serius, akhirnya Reno mengajak Irish untuk bersulang. Dan
"Mas, ini buat aku?" tanya Irish memastikan sebelum menerima kartu berwarna hitam itu. "Ya, itu untuk mu, tapi kamu jangan ulangi lagi semua kesalahan yang kamu lakukan sebelumnya, ya!" ancam Edo menatap tajam. "Ya Mas, siap." jawab Irish melempar senyum bahagia. Irish pun berlalu pergi, membiarkan Edo sarapan pagi seorang diri tanpa berniat untuk menemani dan mengantarkan Edo sampai di depan pintu. Saat itu tiba-tiba Edo teringat akan sesuatu, teringat akan bayangan saat dirinya masih menjadi suami Chelsea dulu, saat itu Chelsea begitu setia menemani dirinya di meja makan sampai makanannya habis tak tersisa, bahkan Chelsea tidak pernah meminta uang sekalipun saat menjadi istrinya, Edo lah yang kerap kali memberikan uang karena merasa bahwa itu adalah hak dari Chelsea sendiri. Namun saat bersama dengan Irish, wanita lain yang ia nikahi, Edo justru menangkap sesuatu yang jauh sangat berbeda, bahkan Edo tidak melihat Irish ketika ia ingin menyambung kebaikan yang sebelumnya merenggan
Malam itu Reno terlihat sangat gelisah, lantaran Chelsea beberapa hari ini terlihat sedikit menjauh, sejak ia tahu bahwa Reno justru dekat dengan Irish. Chelsea selalu menolak ketika Reno mengajaknya untuk makan bersama, apalagi saat pergi meeting, Chelsea kerap kali menghindar dari tatapan matanya. "Gue nggak bisa gini aja, Chelsea harus tahu kalau alasan gue deket sama Irish cuma mau buat Edo hancur, gue nggak mau Chelsea salah paham." ungkap Reno dengan yakin, bahwa ia harus meluruskan hal ini. Reno pun memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah, dan ia akan menemui Chelsea agar ia tahu alasan terbesar Reno mendekati Irish. Tibanya di kediaman Chelsea, saat itu Chelsea sedang berbincang ringan dengan ibunya, dan ketika menyadari kedatangan Reno, ibu Yuli dengan reflek mempersilakan Reno masuk dan duduk. Chelsea dan Reno pun kini duduk bersebrangan, Reno tetap dapat membedakan sifat dan Chelsea yang berbeda saat itu, karena melihat ada kecanggungan satu sama lain, akhirnya bu Yuli
"Sebenarnya males banget ke ruangan Reno, tapi aku nggak boleh terlalu menunjukkan kalau aku cemburu sama Reno yang deket sama Irish, aku harus profesional, mungkin Reno mau membahas soal kantor."Chelsea melangkahkan kakinya menuju ruangan Reno, meskipun sebenarnya ia merasa sangat enggan bertemu. Langkah kaki Chelsea tiba di depan pintu dan ketukan pintu itu disadari oleh Reno, Reno mempersilahkan masuk setelah merapihkan posisi duduk dan kemejanya. "Bapak manggil saya?" Chelsea berdiri di hadapan Reno dengan tatapan mengarah ke bawah. Mendengar panggilan dari Chelsea yang sebelumnya tidak pernah ia dengar kecuali di hadapan para klien dan karyawan lain, membuat Reno spontan mengernyitkan dahi lalu bangkit dari tempat duduknya. Reno menatap Chelsea yang saat itu justru memilih untuk berpaling. "Chelsea, kenapa kamu aneh banget si hari ini?" Reno mendekap pundak Chelsea agar Chelsea fokus membalas tatapan matanya. "Ren, apaan si, jangan kayak gini, nanti kalau ada karyawan lain ya
"Aku tidak mau kamu bicara seperti itu padaku Irish, kalau begitu kita harus ketemu sekarang di suatu tempat, aku akan menjemputmu," ucap Reno dengan yakin bahwa ia akan melakukan apa yang sudah ia rencanakan. "Oke, kita memang harus bertemu, tapi kamu tidak perlu menjemput ku di depan rumah," seru Irish yang takut jika Edo akan mengetahui nya. "Memangnya kenapa Irish? Ini sudah malam, akan lebih baik kalau aku menjemput kamu di depan rumah," sahut Reno pura-pura tidak tahu. "A-aku tidak mau sampai orang rumah tahu kalau aku dijemput sama laki-laki, itu akan membuat mereka tidak suka dan marah, sekarang aku akan pamit kepada mereka bahwa aku akan bertemu dengan teman wanitaku, dan kamu bisa menjemput ku di tempat biasa, ya!" jelas Irish yang langsung mematikan ponselnya. Reno menyunggingkan senyum, lalu ia bergegas pergi, sementara Irish sendiri mengendap-endap ketika berhasil membuka pintu, ia berharap jika Edo tidak akan menyadarinya yang sudah bersiap untuk bertemu dengan Reno.
Di sebuah masjid yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal Chelsea, sudah ada beberapa tamu undangan yang menghadiri akad nikah antara Chelsea dan juga Reno, sengaja tamu yang diundang tidak terlalu banyak, karena itu lah yang menjadi permintaan Chelsea sebelum hari pernikahan itu berlangsung. Wajah Chelsea terlihat teduh dan tenang, kala di perintahkan duduk di samping kiri Reno, Reno menyambut dengan senyuman nervous, karena hari ini adalah hari di mana ia akan mengikrarkan janji suci bersama Chelsea. "Kedua mempelai sudah siap?" tanya pak penghulu yang ada di hadapan Chelsea dan juga Reno. "Siap Pak!" tegas Reno menjawab. "Baik, kalau begitu kita langsung saja mulai, ya." jawabnya mantap. Reno pun mengangguk siap, ketika pak penghulu tersebut mengulurkan tangan, Reno pun dengan cepat menjabat tangan tersebut lalu mengikuti arahan yang diberikan oleh pak Penghulu tersebut. Jika sebelumnya Reno merasa sangat takut dan ragu ketika mengucapkan ijab qobul, rupanya ketika ucapan it
Chelsea dan Reno mengadakan janji temu di luar kantor, setelah insiden yang terjadi pada Chelsea. Akhirnya Chelsea memutuskan untuk masuk kerja lagi, ia sudah merasa cukup tenang karena Edo dan Irish sudah berakhir di penjara, kini hanya tinggal bagaimana ia bisa sukses mencapai gelar sebagai wanita karir setelah ia berusaha sampai sejauh ini. Kegagalan pernikahan di sebuah gedung yang cukup mewah waktu itu tidak membuat Chelsea malu dan putus asa, apalagi membatasi diri untuk tidak bertemu dengan banyak kalangan, ia justru semakin terbuka dan memperlihatkan pada mereka bahwa ia baik-baik saja, kejadian itu sama sekali tidak membuat Chelsea rapuh apalagi berkecil hati. Pertemuan demi pertemuan dengan teman satu kantor, kerap kali mengajukan pertanyaan yang sama, tetapi Chelsea justru menjawab-pi nya dengan sangat santai dan elegan. Saat makan siang tiba, Reno memanggil Chelsea untuk ke ruangannya, dengan cepat dan sigapnya, Chelsea pun sudah sampai di depan pintu ruangan Reno. Tak
2 hari kemudianReno datang menemui Chelsea yang akan pulang hari ini, Reno merasa sangat senang karena keadaan Chelsea sudah jauh lebih baik dari sebelumnya, dan kedatangan Reno pun disambut senyum lebar oleh Chelsea yang sudah menunggu kedatangannya. Reno membalas senyuman itu lalu memeluk Chelsea dengan erat, Chelsea pun menerima pelukan itu dengan senang hati, mereka berdua menikmati beberapa saat kebersamaan tersebut , sebelum perlahan Reno melepaskan pelukannya. Reno meletakkan kedua tangannya tepat di pipi chubby Chelsea, mereka saling menatap satu sama lain, dan... Cup! Reno memberikan kecupan hangat tepat di kening Chelsea, Chelsea memejamkan kedua matanya kala menerima sentuhan sayang dari Reno. "Aku minta maaf Chelsea, karena aku terlambat menyelamatkan mu," lirih Reno menatap sendu. "Tidak Mas, kamu tidak bersalah, kamu tidak perlu meminta maaf," ucap Chelsea. "Tapi ini tetap saja salahku, aku bersalah karena teledor menjagamu, harusnya aku menyalip mobol Edo waktu it
"Mas, kamu jangan nekat, jangan gila!" Irish mencoba untuk menahan Edo. "Irish, lebih baik kamu diam saja, bukannya ini yang kita rencanakan, kamu bisa bersama Reno, dan aku bisa bersama dengan Chelsea," ucap Edo menepis tangan Irish. "Apa kamu yakin dengan keputusan kamu ini Mas?" tanya Irish ragu. "Ya, aku akan bersiap-siap, membawa Chelsea pergi jauh dari sini, dan aku akan bahagia bersama Chelsea di dalam kehidupan baru kami, sementara kamu, kamu juga pasti akan bisa mendapatkan hati Reno, kamu akan bebas memiliki Reno." jelas Edo melempar senyum. Irish akhirnya mengikuti rencana Edo, jika tujuan mereka sebelumnya hanya untuk menggagalkan pernikahan antara Chelsea dan Reno, kini berubah menjadi sebuah rencana yang tidak pernah Irish pikirkan selama ini. Edo saat itu masuk untuk melepaskan ikatan Chelsea, ia mengiming-imingi kehidupan yang bahagia, namun Chelsea tidak tertarik sama sekali, bahkan ia terus berusaha memberontak dan meminta Edo agar melepaskan dirinya, Irish yang
"Mas, aku mohon tolong lepaskan aku," lirih Chelsea meminta. "Aku akan melepaskan kamu, Chelsea. Tapi dengan satu syarat," ucap Edo melempar senyum. "Apa Mas, apa syaratnya? Mas, apa kamu tahu apa yang kamu lakukan ini akan menghancurkan masa depanku bersama mas Reno, hari ini hari ijab qobul kami, tapi kenapa kamu dan Irish justru membawa ku ke sini," Chelsea menatap Edo kecewa. "Karena aku tidak terima kamu menikah dengan orang lain, Chelsea. Dan aku ingin pernikahan kamu dengan Reno gagal," sahut Edo tersenyum. "Kenapa Mas, apa masalahnya sama kamu, kenapa kamu ingin pernikahan ku dengan mas Reno gagal, aku tidak pernah menghalangi pernikahan kamu dengan Irish dulu Mas, tapi kenapa kamu melakukan ini padaku?!" Chelsea benar-benar kecewa saat itu, ia menatap keduanya dengan kemarahan yang tidak bisa ia salurkan dengan bebas, karena kedua tangan dan kakinya terlepas, dan ia hanya bisa duduk terpaku di kursi. "Karena aku cemburu, Chelsea. Aku ingin kamu kembali bersamaku," ucap E
Çeklek! petugas itu membuka pintu tanpa memberi ketukan, hingga membuat Reno terkejut ketika melihat salah satu pengurus pernikahannya datang dengan wajah yang begitu panik. "Ada apa?" tanya Reno menanggapi kedatangan petugas itu. "A-anu Tuan," wanita itu gagap ketika berhadapan dengan Reno. "Anu apa? Katakan?!" Desak Reno. "N-nona Chelsea tidak ada di kamarnya." jawabnya gemetar. DegReno terkejut mendengar kabar itu, kok bisa? Kenapa bisa Chelsea bisa tidak ada di kamarnya? Percuma jika Reno mempertanyakan hal itu pada wanita yang ada di hadapannya, Reno memutuskan untuk langsung menuju ke lokasi untuk mencari tahu tentang keberadaan Chelsea, wanita yang akan ia nikahi hari ini. Reno masuk ke ruangan rias, ia menelusuri ruangan tersebut dengan jeli, dan tersadar jika Chelsea benar-benar tidak ada di sana. Di tengah kepanikan yang tidak bisa ia sembunyikan, Andika datang menemui Reno untuk memberitahukan bahwa pak penghulu sudah menunggu di lantai bawah. "Om, pak penghulu sudah
"Sudah gila Chelsea itu, sudah tidak waras! Dasar janda gatal," celetuk nyonya Andin kesal. "Bu, apa si maksud Ibu bicara seperti itu, mendengar Chelsea mau menikah kok Ibu yang sepertinya kepanasan," cetus tuan Bram memprotes sikap istrinya. "Ayah ini bagaimana si, kenapa tidak melarang Chelsea untuk menikah dengan pria itu, harusnya Ayah larang dia, dong." nyonya Andin menatap kesal. Tuan Bram mengernyitkan dahi ketika mendengar ucapan dari nyonya Andin yang seolah sangat tidak senang mendengar berita gembira itu, tuan Bram tidak menanggapi, ia justru memilih duduk kembali di sofa dan menyeruput teh pahit pesanannya. "Ayah, kenapa malah terlihat biasa dan santai saja seperti itu, bukannya panik seperti yang Ibu rasakan, bagaimana kalau pernikahan Chelsea dan pria itu justru menganggu pikiran Tasya dan Andika, kan kasihan mereka!" omel nyonya Andin yang masih tidak senang dengan keputusan Chelsea. "Bu, sepertinya Ibu sudah berlebihan sekali, jika Ibu peduli dengan kedua cucu kita
"Mas, kasih tahu aku kenapa kamu jadi kayak gini akhir-akhir ini, kamu berubah Mas, sama aku," "Nggak ada yang berubah Irish, mungkin ini hanya perasaan kamu saja,""Enggak Mas, aku yakin ada sesuatu yang bikin kamu berubah. Katakan Mas, apa salah ku?""Irish, aku mohon tolong jangan paksa aku untuk menjawab pertanyaan kamu itu, aku lagi sibuk di kantor dan aku harus menyelesaikan tugasnya dengan baik, jadi tolong, tolong kamu jangan seperti ini!"Reno mengambil beberapa berkas di meja lalu ia hendak pergi meninggalkan Irish, namun tangan Irish yang dengan cepat menahan pergelangan tangan Reno itu seketika menghentikan langkah kaki Reno, keduanya saling menatap satu sama lain, Irish meneteskan air matanya di hadapan Reno kala itu. "Mas, beritahu aku apa salahku," lirih Irish kembali mempertanyakan. "Seharusnya kamu tidak perlu bertanya apa salah mu padaku, Irish. Secara tidak langsung kamu sudah membohongi aku, kamu bilang saat kamu dekat denganku tidak akan ada orang yang marah pad
"B-bukan Mas, aku hanya mempertanyakan apa itu benar atau tidak," lirih Irish merasa bersalah. "Kalau kamu percaya sama aku sedari awal, kamu tidak mungkin merasa ragu hanya karena ucapan Edo yang ngawur itu, sudah lah. Aku sepertinya lelah, dan butuh waktu untuk sendiri!" celetuk Reno memutuskan untuk pergi. Irish berusaha menahan dengan meminta maaf pada Reno, namun hal itu tidak membuat keputusan Reno berubah, ia tetap pergi meninggalkan Irish dengan sengaja membuat hati Irish merasa bersalah. ***1 minggu kemudian, surat perceraian antara Edo dan Irish sudah ada di tangan Edo, waktunya ia memberikan surat perceraian itu pada wanita yang ia cintai itu, namun tega mengkhianati cintanya karena pria lain. Langkah kaki Edo sudah berada di depan rumah Irish, lalu ia mengetuk pintu beberapa kali hingga akhirnya Irish keluar dan menemui Edo. "Ada apa Mas, kamu datang ke sini?" tanya Irish saat berhadapan dengan Edo. "Aku hanya ingin mengantar surat perceraian kita, dan sekarang kita