แชร์

Part 4, Tuduhan Tak Mendasar

ผู้เขียน: Adissutria Adiss
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-10-29 19:42:56

Nyonya Andin dan Edo bangkit ketika melihat kedatangan tuan Bram, saat itu tuan Bram merasa sangat heran, mengapa anak dan ibu itu sangat akrab dan bercanda di dalam kamar yang harusnya menjadi tempat privasi antara Edo dan juga Chelsea.

"Ibu, apakah kau bisa ikut denganku ke kamar?" tawar tuan Bram memanggil istrinya.

"Ada apa Ayahnya Edo? Apa kau tidak melihat aku sedang bercanda dengan putra kita," ucap nyonya Andin masih berat sekali meninggalkan Edo.

"Ini sudah malam, seharusnya Chelsea sudah tidak melakukan pekerjaan rumah tangga di luar, harusnya dia sudah masuk ke kamar ini untuk istirahat, jadi sebaiknya kau lanjutkan lagi besok, karena kau harus sadar, bahwa saat ini putra mu ini memiliki wanita lain selain dirimu." tegas tuan Bram pada istrinya.

Mendengar itu tentu saja membuat hati nyonya Andin terasa sakit, meskipun apa yang dikatakan oleh tuan Bram adalah benar, dan wanita yang dimaksud oleh tuan Bram itu adalah Chelsea.

Saat itu nyonya Andin masih mengalungkan tangannya di lengan Edo, lalu perlahan ia turunkan karena harus mengikuti perintah suaminya itu.

"Edo, harusnya kau perhatikan ini juga, jaga sikapmu ketika bercanda dengan ibumu, Ayah tidak melarang kalian saling bercanda, tetapi lihat lah waktu dan juga tempatnya," ucap tuan Bram seketika menasehati putra nya.

"B-baik Ayah." spontan Edo mengangguk pelan dan menunduk patuh, ia tidak mampu menengadahkan kepala menatap kedua mata ayahnya yang begitu tegas.

Tatapan mata kedua laki-laki yang memiliki kedudukan sama tingginya di rumah itu, sangat lah ditakuti oleh nyonya Andin, Chelsea, Raras, Reni, dan juga Riri.

Tuan Bram membawa nyonya Andin masuk ke kamar, lalu ia menutup pintu kamar tersebut untuk menemui Chelsea. Saat itu Chelsea sedang menyeka keringat karena baru saja selesai membereskan meja makan. Mereka memiliki asisten rumah tangga yang hanya datang saat pagi tiba, lalu kembali ke rumah mereka saat sore menjelang.

Chelsea menyiapkan makan malam keluarga seorang diri dan membereskannya pun seorang diri, saat itu langkah kaki Chelsea terhenti untuk mengambil kembali piring kotor di meja, karena ada tuan Bram yang menyusul nya kembali di dapur.

"A-ayah, apa Ayah memerlukan sesuatu?" tanya Chelsea kikuk.

"Tidak menantuku, Ayah mu ini sudah kau buat kenyang dan nyaman tinggal di rumah yang selalu bersih dan tersedia banyak makanan higenis, sekarang waktunya Ayah memperhatikan dirimu. Kau istirahat lah, piring-piring kotor ini biar saja besok pagi," seru tuan Bram memperhatikan Chelsea.

"Ayah, ibuku sangat tidak suka jika aku menunda dan meninggalkan pekerjaan rumah, jadi aku akan istirahat setelah menyelesaikan pekerjaan ini, hanya sedikit lagi Ayah, jangan khawatir," senyum Chelsea terlihat tulus tanpa memperlihatkan rasa lelahnya.

"Ayah tahu, tapi sejak pagi kau sudah sangat sibuk dengan semua urusan rumah, jadi sekarang Ayah mohon, tolong kabul kan lah permintaan Ayah mertua mu ini, meskipun Ayah tidak ada di rumah hari ini, tapi Ayah tahu kalau ada sesuatu yang telah terjadi antara dirimu dan juga ibu, jadi Ayah minta kau istirahat lah." jelas tuan Bram memaksa Chelsea.

Chelsea tersenyum mau tidak mau ia harus melakukan itu, mematuhi permintaan sang ayah mertua yang begitu baik dan mengerti keadaan hatinya, Chelsea melangkah kan kakinya menuju kamarnya bersama Edo. Lalu menutup nya kembali setelah melemparkan senyum pada tuan Bram yang memperhatikan dari kejauhan.

"Kasihan kamu Nak, andai orang tua mu tahu betapa jahatnya keluarga ku memperlakukan dirimu, pasti mereka akan membawa mu pulang ke desa." ungkap tuan Bram dalam kesendiriannya.

Hembusan nafas kecil terdengar oleh Edo yang sedang duduk di sudut sofa, saat itu Edo bangkit ketika Chelsea melangkah mendekati ranjang. Rasa lelah dan kantuknya sangat terasa, namun tatapan Edo membuat Chelsea tidak kerasan saat duduk untuk istirahat.

"Mas, kenapa kau menatapku dengan tatapan seperti itu?" tanya Chelsea penasaran.

"Hebat, apa yang kau lakukan sehingga membuat ayah sangat perduli padamu, Chelsea? Apa jangan-jangan kau membuatkan ramuan welas asih dan kau berikan pada ayah mertuamu!" tuduh Edo dengan keyakinannya.

"Apa maksud mu, Mas? Tuduhan mu itu sama sekali tidak masuk akal," ucap Chelsea menggelengkan kepala.

"Aku tahu, kau sangat di benci oleh semua wanita yang tinggal di rumah ini. Aku, sebagai suami pun aku sangat membenci dirimu, tapi kenapa? Kenapa tuan Bram Wijaya Kusuma begitu sangat perduli padamu?"

Edo semakin menekan dan menuduh Chelsea yang tidak-tidak, hingga membuat keinginan Chelsea untuk istirahat dengan tenang di rumah itu menjadi sangat terganggu. Tentu saja Chelsea tidak pernah terpikir bahwa ia akan melakukan hal kotor, apalagi pada orang-orang yang ada di rumah itu, tuduhan Edo? Sungguh tidak mendasar.

"Aku lelah, sejak pagi aku melayani keluarga mu dengan begitu sabar dan telaten, lalu saat malam hari tiba, aku mohon, tolong jangan ganggu istirahat ku," ucap Chelsea yang tidak ingin mendebat tuduhan yang dilemparkan Edo padanya.

"Meskipun aku berkata dengan sangat jujur, dan Tuhan lah sebagai saksi nya, kau tetap tidak akan percaya padaku." sambung Chelsea merebahkan tubuhnya lalu memejamkan kedua matanya.

Saat itu ia tahu bahwa Edo masih belum puas menyakiti hatinya, namun karena rasa lelah dan kantuk yang melanda, membuat Chelsea memilih untuk istirahat saja. Meskipun ia sadar bahwa dalam pilihannya itu tidak akan membuat dirinya sendiri tenang.

'Dasar wanita penuh tipu muslihat, kau bohong jika kau menyayangi keluargaku.' batin Edo mengepalkan kedua tangannya.

Edo, dengan mata elangnya kini memutuskan untuk melepas kemeja kerjanya, ia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Sementara Chelsea sendiri saat mendengar suara air mengalir dari shower, ia terisak hingga keluar suara tangis nya.

'Begitu sulit menyembunyikan tangisan ini, betapa aku sangat sakit hati dengan semua tuduhan dan perlakuan dari keluarga suami ku, jika pergi dari rumah ini adalah bentuk kebebasan ku, tentu aku akan lakukan itu sejak dulu. Tapi demi ibu di kampung, aku harus bertahan dan selalu terlihat bahagia dengan keluarga yang sudah ditakdirkan olehnya untuk ku.' batin Chelsea yang tidak bisa melakukan banyak hal.

Chelsea tertidur dengan keadaan pipinya yang masih basah, dengan memeluk guling yang sangat erat dan membelakangi Edo, suami yang selama ini tidak pernah menganggapnya ada.

***

Keesokan paginya, Chelsea terbangun dengan suasana baru, dan semangat yang ia bangun kembali setelah sebelumnya runtuh dan hancur karena tuduhan dan fitnah suami juga mertuanya.

Ia sadar bahwa, kehidupannya terus berjalan dan perlu ia perjuangkan. Chelsea kembali melakukan aktivitas sebagai ibu rumah tangga, menyiapkan sarapan pagi, dan membersihkan kamar semua penghuni rumah.

Chelsea juga membangunkan mereka satu per satu untuk melakukan aktivitas mereka masing-masing, dengan sikap dan tingkah yang sama menyebalkan seperti hari-hari sebelumnya.

Pagi itu suasana sangat ramai, berkumpul semua di meja makan setelah penuh drama, saat Chelsea membangunkan mereka. Chelsea mulai menyusun makanan di meja itu dengan penuh semangat dan ceria.

"Selamat makan semua nya," ucap Chelsea penuh dengan senyuman.

Tidak ada yang menanggapi ucapan itu, bahkan mereka semua terdiam dengan acuh, kecuali tuan Bram Wijaya Kusuma yang menatap Chelsea penuh senyuman.

"Chelsea, duduk lah, makan bersama di meja makan akan membuat suasana menjadi lebih akrab," ajak tuan Bram meminta Chelsea duduk.

Spontan ucapan itu membuat isi rumah terkejut, nyonya Andin melotot tajam menatap suaminya setelah ajakan itu keluar dari mulut suaminya.

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 5, Perbuatan Jahat Adik Ipar

    "Apa maksudmu ayahnya Edo?" tanya nyonya Andin menatap tajam ke arah tuan Bram. "Loh, memangnya kenapa? Chelsea bukan lah orang lain di keluarga ini, tetapi Chelsea sudah menjadi istri dari putra kita, Ibu," ucap tuan Bram begitu sangat ingin mengakui Chelsea di depan keluarganya. "Aku benar-benar tidak habis pikir padamu, sarapan pagi ini membuat perutku tiba-tiba kenyang padahal belum ada satu suap pun yang ku masukkan kedalam mulut!" celetuk nyonya Andin bangkit dari tempat duduknya, lalu ia memalingkan wajah cetus nya. Tuan Bram menghembuskan nafas, ingin sekali rasanya saat itu ia ikut bangkit dan memerintah istrinya duduk, karena sikapnya itu tentu tidak baik untuk dicontoh oleh orang-orang yang ada di meja itu. Namun, sebelum semua itu terjadi, Chelsea menatap wajah tuan Bram dan memberikan sebuah isyarat, agar tuan Bram tidak melanjutkan rencananya. "Eemm... Ibu, Ayah, lanjutkan saja makannya, aku masih banyak pekerjaan di dapur, aku permisi dulu." pamit Chelsea memutar t

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-29
  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 6, Membela Chelsea

    "Halo," ucap Ayah Bram bersuara. "Halo tuan, tuan... Ini saya ibu Yuli, saya ingin sekali bicara dengan Chelsea, apakah Chelsea ada di sana?" tanya seorang wanita paruh baya dengan suara seraknya. "Oh ya ampun, ibu besan rupanya, tentu saja Chelsea ada di sini, Bu. Sebentar ya," ucap ayah Bram tersenyum saat mendengar suara ibu Yuli, besannya yang berada di desa. "Terima kasih banyak, tuan." jawab ibu Yuli dengan sangat senang. Tuan Bram mengangguk dan menoleh ke arah Chelsea, sekilas Chelsea mendengar sapaan tuan Bram pada penelpon itu, dan tuan Bram meminta Chelsea datang menghampiri dirinya, di saat yang sama nyonya Andin terlihat sangat tidak rela ketika melihat Chelsea tersenyum memenuhi panggilan tuan Bram. Nyonya Andin menghentakkan salah satu kakinya, karena kesal melihat tuan Bram nampak tersenyum tulus di hadapan Chelsea. "Chelsea, ini ada ibumu menelpon, dia rindu pada mu," ucap tuan Bram menyodorkan sambungan telepon itu pada Chelsea. "Terima kasih banyak, Ayah." ja

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-29
  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 7, Pembelaan tuan Bram

    "Ya sudah kalau tidak mau bicara, biar aku pergi untuk melihat apakah mereka sudah selesai makan atau belum," ucap Chelsia hendak pergi meninggalkan Edo."Tunggu!" Suara Edo tertahan bersamaan dengan ia menggenggam pergelangan tangan Chelsia yang hendak pergi meninggalkannya itu. Chelsia menatap Edo dan begitu juga sebaliknya, mereka saling menatap satu sama lain hingga beberapa detik."Apa yang telah terjadi hari ini di rumah?" tanya Edo masih menggenggam pergelangan tangan Chelsia."Apa, memangnya menurutmu apa yang telah terjadi," ucap Chelsia membalas tatapan Edo."Chelsia, jawab aku. Tidak usah berbelit seperti ini, aku serius," seru Edo memaksa Chelsia."Tidak ada sesuatu yang terjadi hari ini, sebagai ibu rumah tangga aku menyelesaikan tugasku dengan baik." jawab Chelsia dengan tenang.Edo lalu melepaskan pergelangan tangan Chelsia, ia yakin dan sadar bahwa jawaban Chelsia itu adalah bohong, ia hanya tidak mau terbuka pada suaminya lantaran sikap dingin dan kasar Edo selama in

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-29
  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 8, Mencemaskan Chelsea

    Saat itu Edo duduk terdiam cukup lama, sampai akhirnya ia tersadar bahwa ada Chelsea di dalam kamar mandi. Edo bergegas bangkit lantara jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, namun Chelsea masih tak kunjung keluar dari kamar mandi, hingga membuatnya sedikit cemas dan segera membuka pintu kamar mandi yang rupanya tak terkunci. Saat itu Edo melihat sesuatu yang tidak ia sangka sebelumnya, Chelsea berada di dalam bathtub selama beberapa jam, dan saat itu Chelsea tertidur di dalam rendaman air hangat yang sudah ia atur. Karena terlalu lelah dengan pekerjaan rumah tangga hari ini, membuat Chelsea tidak sadar bahwa dirinya tengah tidur di dalam rendaman air. Namun, Edo menangkap sesuatu yang lain, ia bergegas menghampiri Chelsea karena mencemaskan nya. Ia berpikir bahwa saat itu Chelsea tak sadarkan diri, buru-buru Edo menghampiri dan memanggil Chelsea beberapa kali. "Chelsea, Chel bangun..." panggil Edo menyentuh pipi Chelsea. Saat itu Chelsea masih tak membuka kedua matanya, waja

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-29
  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 9, Diikuti tuan Bram

    Saat itu Edo berusaha keras memejamkan matanya, namun ia nampak masih sangat gelisah hingga telinga Chelsea dapat mendengar bahwa Edo beberapa kali mengganti posisi tidurnya. Ya, benar saja, Edo nampak gelisah lantaran ada sesuatu yang ia pikirkan saat itu, apa yang diucapkan oleh tuan Bram mengenai tanggung jawabnya sebagai seorang suami mengusik tidur Edo, dan kedua matanya sama sekali tidak mampu terpejam sedetik pun. Chelsea yang merasa terganggu itu akhirnya mengubah posisi tidurnya, dan saat itu memperhatikan Edo yang sedang tengkurap meremas kepalanya. Cahaya di dalam kamar itu hanya diterangi oleh lampu yang ada di balkon, saat itu Edo terkejut melihat Chelsea yang sudah menghadap dirinya dengan kedua mata yang menghunus tajam menatap dirinya. "Apa yang kau lakukan? Kenapa kau mengagetkan aku!" marah Edo dengan detak jantung yang berdegup kencang. "Seharusnya aku yang bertanya padamu, apa yang kamu lakukan malam-malam begini Mas? Caramu miring sana, miring sini, pindah sa

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-29
  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 10, Malam Pertama

    "Ayo sayang, kita lakukan dengan semangat dan penuh cinta," rancau Edo ketika dirinya hampir saja menyentuh kaki Chelsea. Saat itu Chelsea masih tidak menyadari bahwa suaminya tengah membayangkan dirinya sebagai wanita lain, wanita yang telah ia sewa sebelum ia dalam keadaan mabuk berat. Edo mulai menyentuh tubuh Chelsea hingga sentuhan itu membuat Chelsea tersadar, ia terbangun dan menyadari bahwa suaminya itu sudah ada di atasnya, saat itu Ado tersenyum begitu manis sebelum ia menyatukan bibirnya dengan bibir Chelsea. Chelsea terbelalak mendapatkan sentuhan itu, sentuhan yang tidak pernah diberikan oleh Edo selama dua tahun ini, sentuhan yang seharusnya Chelsea rasakan justeru baru bisa ia rasakan saat pernikahannya genap dua tahun. "Mas, apa-apaan ini, lepaskan aku!" berontak Chelsea saat merasa bingung ketika Edo melakukan itu padanya. "Ayolah sayang, kita habiskan malam ini berdua saja, kita nikmati dengan penuh gairah," rancau Edo yang kala itu telah mengunci tubuh Chelsea

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-29
  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 11, Menginterogasi Edo

    "Ada apa si, kenapa Ibu kalian membuat keributan di kamar kakak kalian," protes tuan Bram yang merasa risih kala itu. "Tidak tahu Ayah, kesalahan apa lagi yang kakak ipar lakukan sampai membuat Ibu sangat marah," omel Raras yang merasa kesal. "Mungkin karena pagi ini kakak ipar tidak membuatkan sarapan, Kak," bisik Riri. "Kalian semua diam, jangan membuat suasana menjadi semakin ricuh, ada keributan kalian malah bikin suasana semakin ricuh!" marah tuan Bram menatap ketiga putrinya yang sedang membicarakan kakak iparnya itu. Mereka pun bungkam ketika mendengar tuan Bram, tuan Bram sendiri memutuskan untuk mendatangi kamar Edo, dan melihat nyonya Andin sedang menjambak kasar rambut Chelsea. Tuan Bram dengan cepat menghampiri nyonya Andin dan menghentikannya, saat itu tuan Bram melihat Edo masih dalam keadaan bertelanjang dada, tubuhnya hanya dibalut dengan handuk berwarna putih. Saat itu tuan Bram berpikir bahwa Edo dan Chelsea semalam sudah melakukan sesuatu yang sudah seharusny

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-29
  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 12, Ancaman Untuk Chelsea

    Saat itu Edo terlihat bingung hendak menjawab pertanyaan nyonya Andin yang terlihat sangat tegas menatap dirinya, namun Edo tidak bisa menutupi kebenaran yang sudah terjadi semalam. "Maaf Ibu, aku mengingkari janjiku sendiri," ucap Edo, lirih. "Apa, apa maksud kamu, Edo?" tanya nyonya Andin sedikit bernada tinggi. "Ya, ini aku yang bersalah Ibu, aku telah melakukan sesuatu yang membuat Chelsea kehilangan keperawanannya, tapi aku melakukan itu dalam keadaan tidak sadar Ibu, semalam aku dalam keadaan mabuk berat," sergah Edo yang tidak ingin disalahkan oleh nyonya Andin, dengan membuat alasan agar ia tidak terkena omelan. "Jadi benar, sikap Chelsea yang berubah pagi ini karena kamu? Dan cara Chelsea berjalan dengan sedikit mengangkang itu juga karena ulah kamu? Iya Ado!" marah nyonya Andin mendorong dada bidang Edo. Edo terdiam saat itu, ia mengangguk mengakui semua nya, karena memang di sana, dia lah yang bersalah. Dan pengakuan itu membuat nyonya Andin sangat murka, ia tidak ter

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-29

บทล่าสุด

  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 103, Chelsea dan Reno Akhirnya Menikah (Tamat)

    Di sebuah masjid yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal Chelsea, sudah ada beberapa tamu undangan yang menghadiri akad nikah antara Chelsea dan juga Reno, sengaja tamu yang diundang tidak terlalu banyak, karena itu lah yang menjadi permintaan Chelsea sebelum hari pernikahan itu berlangsung. Wajah Chelsea terlihat teduh dan tenang, kala di perintahkan duduk di samping kiri Reno, Reno menyambut dengan senyuman nervous, karena hari ini adalah hari di mana ia akan mengikrarkan janji suci bersama Chelsea. "Kedua mempelai sudah siap?" tanya pak penghulu yang ada di hadapan Chelsea dan juga Reno. "Siap Pak!" tegas Reno menjawab. "Baik, kalau begitu kita langsung saja mulai, ya." jawabnya mantap. Reno pun mengangguk siap, ketika pak penghulu tersebut mengulurkan tangan, Reno pun dengan cepat menjabat tangan tersebut lalu mengikuti arahan yang diberikan oleh pak Penghulu tersebut. Jika sebelumnya Reno merasa sangat takut dan ragu ketika mengucapkan ijab qobul, rupanya ketika ucapan it

  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 102, Doa dan Harapan Semuanya

    Chelsea dan Reno mengadakan janji temu di luar kantor, setelah insiden yang terjadi pada Chelsea. Akhirnya Chelsea memutuskan untuk masuk kerja lagi, ia sudah merasa cukup tenang karena Edo dan Irish sudah berakhir di penjara, kini hanya tinggal bagaimana ia bisa sukses mencapai gelar sebagai wanita karir setelah ia berusaha sampai sejauh ini. Kegagalan pernikahan di sebuah gedung yang cukup mewah waktu itu tidak membuat Chelsea malu dan putus asa, apalagi membatasi diri untuk tidak bertemu dengan banyak kalangan, ia justru semakin terbuka dan memperlihatkan pada mereka bahwa ia baik-baik saja, kejadian itu sama sekali tidak membuat Chelsea rapuh apalagi berkecil hati. Pertemuan demi pertemuan dengan teman satu kantor, kerap kali mengajukan pertanyaan yang sama, tetapi Chelsea justru menjawab-pi nya dengan sangat santai dan elegan. Saat makan siang tiba, Reno memanggil Chelsea untuk ke ruangannya, dengan cepat dan sigapnya, Chelsea pun sudah sampai di depan pintu ruangan Reno. Tak

  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 101, Kesadaran Nyonya Andin

    2 hari kemudianReno datang menemui Chelsea yang akan pulang hari ini, Reno merasa sangat senang karena keadaan Chelsea sudah jauh lebih baik dari sebelumnya, dan kedatangan Reno pun disambut senyum lebar oleh Chelsea yang sudah menunggu kedatangannya. Reno membalas senyuman itu lalu memeluk Chelsea dengan erat, Chelsea pun menerima pelukan itu dengan senang hati, mereka berdua menikmati beberapa saat kebersamaan tersebut , sebelum perlahan Reno melepaskan pelukannya. Reno meletakkan kedua tangannya tepat di pipi chubby Chelsea, mereka saling menatap satu sama lain, dan... Cup! Reno memberikan kecupan hangat tepat di kening Chelsea, Chelsea memejamkan kedua matanya kala menerima sentuhan sayang dari Reno. "Aku minta maaf Chelsea, karena aku terlambat menyelamatkan mu," lirih Reno menatap sendu. "Tidak Mas, kamu tidak bersalah, kamu tidak perlu meminta maaf," ucap Chelsea. "Tapi ini tetap saja salahku, aku bersalah karena teledor menjagamu, harusnya aku menyalip mobol Edo waktu it

  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 100, Aksi Nekat Chelsea

    "Mas, kamu jangan nekat, jangan gila!" Irish mencoba untuk menahan Edo. "Irish, lebih baik kamu diam saja, bukannya ini yang kita rencanakan, kamu bisa bersama Reno, dan aku bisa bersama dengan Chelsea," ucap Edo menepis tangan Irish. "Apa kamu yakin dengan keputusan kamu ini Mas?" tanya Irish ragu. "Ya, aku akan bersiap-siap, membawa Chelsea pergi jauh dari sini, dan aku akan bahagia bersama Chelsea di dalam kehidupan baru kami, sementara kamu, kamu juga pasti akan bisa mendapatkan hati Reno, kamu akan bebas memiliki Reno." jelas Edo melempar senyum. Irish akhirnya mengikuti rencana Edo, jika tujuan mereka sebelumnya hanya untuk menggagalkan pernikahan antara Chelsea dan Reno, kini berubah menjadi sebuah rencana yang tidak pernah Irish pikirkan selama ini. Edo saat itu masuk untuk melepaskan ikatan Chelsea, ia mengiming-imingi kehidupan yang bahagia, namun Chelsea tidak tertarik sama sekali, bahkan ia terus berusaha memberontak dan meminta Edo agar melepaskan dirinya, Irish yang

  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 99, Rencana Gila Edo

    "Mas, aku mohon tolong lepaskan aku," lirih Chelsea meminta. "Aku akan melepaskan kamu, Chelsea. Tapi dengan satu syarat," ucap Edo melempar senyum. "Apa Mas, apa syaratnya? Mas, apa kamu tahu apa yang kamu lakukan ini akan menghancurkan masa depanku bersama mas Reno, hari ini hari ijab qobul kami, tapi kenapa kamu dan Irish justru membawa ku ke sini," Chelsea menatap Edo kecewa. "Karena aku tidak terima kamu menikah dengan orang lain, Chelsea. Dan aku ingin pernikahan kamu dengan Reno gagal," sahut Edo tersenyum. "Kenapa Mas, apa masalahnya sama kamu, kenapa kamu ingin pernikahan ku dengan mas Reno gagal, aku tidak pernah menghalangi pernikahan kamu dengan Irish dulu Mas, tapi kenapa kamu melakukan ini padaku?!" Chelsea benar-benar kecewa saat itu, ia menatap keduanya dengan kemarahan yang tidak bisa ia salurkan dengan bebas, karena kedua tangan dan kakinya terlepas, dan ia hanya bisa duduk terpaku di kursi. "Karena aku cemburu, Chelsea. Aku ingin kamu kembali bersamaku," ucap E

  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 98, Menyekap Chelsea

    Çeklek! petugas itu membuka pintu tanpa memberi ketukan, hingga membuat Reno terkejut ketika melihat salah satu pengurus pernikahannya datang dengan wajah yang begitu panik. "Ada apa?" tanya Reno menanggapi kedatangan petugas itu. "A-anu Tuan," wanita itu gagap ketika berhadapan dengan Reno. "Anu apa? Katakan?!" Desak Reno. "N-nona Chelsea tidak ada di kamarnya." jawabnya gemetar. DegReno terkejut mendengar kabar itu, kok bisa? Kenapa bisa Chelsea bisa tidak ada di kamarnya? Percuma jika Reno mempertanyakan hal itu pada wanita yang ada di hadapannya, Reno memutuskan untuk langsung menuju ke lokasi untuk mencari tahu tentang keberadaan Chelsea, wanita yang akan ia nikahi hari ini. Reno masuk ke ruangan rias, ia menelusuri ruangan tersebut dengan jeli, dan tersadar jika Chelsea benar-benar tidak ada di sana. Di tengah kepanikan yang tidak bisa ia sembunyikan, Andika datang menemui Reno untuk memberitahukan bahwa pak penghulu sudah menunggu di lantai bawah. "Om, pak penghulu sudah

  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 97, Akad Pernikahan

    "Sudah gila Chelsea itu, sudah tidak waras! Dasar janda gatal," celetuk nyonya Andin kesal. "Bu, apa si maksud Ibu bicara seperti itu, mendengar Chelsea mau menikah kok Ibu yang sepertinya kepanasan," cetus tuan Bram memprotes sikap istrinya. "Ayah ini bagaimana si, kenapa tidak melarang Chelsea untuk menikah dengan pria itu, harusnya Ayah larang dia, dong." nyonya Andin menatap kesal. Tuan Bram mengernyitkan dahi ketika mendengar ucapan dari nyonya Andin yang seolah sangat tidak senang mendengar berita gembira itu, tuan Bram tidak menanggapi, ia justru memilih duduk kembali di sofa dan menyeruput teh pahit pesanannya. "Ayah, kenapa malah terlihat biasa dan santai saja seperti itu, bukannya panik seperti yang Ibu rasakan, bagaimana kalau pernikahan Chelsea dan pria itu justru menganggu pikiran Tasya dan Andika, kan kasihan mereka!" omel nyonya Andin yang masih tidak senang dengan keputusan Chelsea. "Bu, sepertinya Ibu sudah berlebihan sekali, jika Ibu peduli dengan kedua cucu kita

  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 96, Mengantar Kartu Undangan

    "Mas, kasih tahu aku kenapa kamu jadi kayak gini akhir-akhir ini, kamu berubah Mas, sama aku," "Nggak ada yang berubah Irish, mungkin ini hanya perasaan kamu saja,""Enggak Mas, aku yakin ada sesuatu yang bikin kamu berubah. Katakan Mas, apa salah ku?""Irish, aku mohon tolong jangan paksa aku untuk menjawab pertanyaan kamu itu, aku lagi sibuk di kantor dan aku harus menyelesaikan tugasnya dengan baik, jadi tolong, tolong kamu jangan seperti ini!"Reno mengambil beberapa berkas di meja lalu ia hendak pergi meninggalkan Irish, namun tangan Irish yang dengan cepat menahan pergelangan tangan Reno itu seketika menghentikan langkah kaki Reno, keduanya saling menatap satu sama lain, Irish meneteskan air matanya di hadapan Reno kala itu. "Mas, beritahu aku apa salahku," lirih Irish kembali mempertanyakan. "Seharusnya kamu tidak perlu bertanya apa salah mu padaku, Irish. Secara tidak langsung kamu sudah membohongi aku, kamu bilang saat kamu dekat denganku tidak akan ada orang yang marah pad

  • Aku Istrimu Bukan Pembantumu!    Part 95, Melamar Chelsea

    "B-bukan Mas, aku hanya mempertanyakan apa itu benar atau tidak," lirih Irish merasa bersalah. "Kalau kamu percaya sama aku sedari awal, kamu tidak mungkin merasa ragu hanya karena ucapan Edo yang ngawur itu, sudah lah. Aku sepertinya lelah, dan butuh waktu untuk sendiri!" celetuk Reno memutuskan untuk pergi. Irish berusaha menahan dengan meminta maaf pada Reno, namun hal itu tidak membuat keputusan Reno berubah, ia tetap pergi meninggalkan Irish dengan sengaja membuat hati Irish merasa bersalah. ***1 minggu kemudian, surat perceraian antara Edo dan Irish sudah ada di tangan Edo, waktunya ia memberikan surat perceraian itu pada wanita yang ia cintai itu, namun tega mengkhianati cintanya karena pria lain. Langkah kaki Edo sudah berada di depan rumah Irish, lalu ia mengetuk pintu beberapa kali hingga akhirnya Irish keluar dan menemui Edo. "Ada apa Mas, kamu datang ke sini?" tanya Irish saat berhadapan dengan Edo. "Aku hanya ingin mengantar surat perceraian kita, dan sekarang kita

DMCA.com Protection Status