Setelah semua selesai di bereskan, para Asisten rumah tangga membawa barang-barang Chelsea turun ke lantai bawah, sementara Chelsea sendiri dibantu turun karena ia terlihat sangat lelah sekali. Ia digiring masuk ke kamar barunya yang sudah terlihat sangat rapi, saat itu Chelsea terkejut ketika melihat kamar yang ia pilih sudah jauh berbeda dari sebelumnya, ia melihat ada beberapa peralatan bayi yang sudah tersusun rapi di sana. Ranjang bayi pun juga nampak terlihat nyata, berwarna putih senada dengan ranjang yang akan ia tiduri. "Ya ampun, kapan kamar ini di sulap sedemikian rapih nya?" tanya Chelsea yang tidak bisa menahan kebahagiaan di hatinya. "Beberapa saat yang lalu Nona, dan semua ini adalah ide dari tuan Bram, beliau lah yang telah mempersiapkan semua ini," ucap salah satu asisten rumah tangga. "Masya Allah, ayah baik sekali. Aku harus menemuinya." Chelsea dengan semangat membalikkan tubuhnya, ia ingin bertemu langsung pada ayahnya. Namun saat itu Chelsea terhenti lantara
"Tidak perlu kau bertanya dengan cara yang sopan dan baik Chelsea, ibumu itu tidak pantas mendapatkan sikap sebaik dirimu, kau harus sedikit egois agar kau mendapatkan tempat di rumah ini," celetuk tuan Bram yang memberikan pengajaran pada Chelsea. "Tapi Ayah, Ibu meminta sesuatu padaku, aku ingin melakukannya untuk Ibu," lirih Chelsea yang saat itu tidak mau ada pertikaian di antara dirinya dengan ibu mertuanya, walau kebaikan yang diberikan oleh Chelsea sama sekali tidak berpengaruh pada nyonya Andin. "Berhenti lah bersikap seolah aku adalah orang yang paling jahat di rumah ini, dan berhentilah bersikap bahwa kau adalah manusia yang paling sempurna kebaikannya di rumah ini, sikapmu itu membuat aku semakin muak!" marah nyonya Andin yang saat itu menoleh kembali ke arah Chelsea. "Kalau begitu berhenti lah berharap bahwa Chelsea akan selalu di bawah mu, perlahan aku sendiri lah yang akan menaikkan derajat putriku." tegas tuan Bram dengan sangat yakin bahwa ia akan melawan ketidak-suk
Edo menghampiri Chelsea yang saat itu terbaring di tempat tidur dengan infus yang terpasang di tangan kirinya. Bukannya kasihan pada Chelsea, Edo justru nampak menyalahkan Chelsea karena telah sengaja masuk rumah sakit agar mendapatkan perhatian dari tuan Bram dan dirinya di salahkan. Wajah Chelsea yang saat itu terlihat memerah menahan sakit justru dibuat tambah sakit lantaran ucapan dari suaminya sendiri. "Kau sengaja kan, sengaja terlihat lemah agar keluarga simpati padamu? Tapi kau tidak berhasil Chelsea, yang memperhatikan dirimu hanya lah ayah, ibu dan lainnya sama sekali tidak peduli padamu termasuk aku, aku sama sekali tidak perduli apa yang saat ini menimpamu," ucap Edo yang kala itu dengan lantang berkata demikian."Aku sama sekali tidak pernah mencari perhatian pada keluarga mu Mas, sedikit pun aku tidak pernah. Selama menjadi istrimu, aku berdiri di bawah kakiku sendiri, tapi saat kau mengatakan kalau aku sengaja mencari perhatian, kau salah besar! Mana mungkin rasa sakit
Melihat putra kesayangannya itu datang, membuat perhatian nyonya Andin teralihkan pada Edo, saat itu Edo terdiam menanti kedatangan nyonya Andin yang menghampiri dirinya. "Edo, istrimu masuk rumah sakti?" tanya nyonya Andin. "Ya Bu, dia ada di rumah sakit sekarang," ucap Edo membenarkan. "Memangnya apa yang terjadi padanya? Kenapa dia bisa masuk rumah sakit, benar-benar merepotkan!" celetuk nyonya Andin kesal. "Entah lah Bu, ayah bilang dia mengalami kontraksi, sebenarnya aku tidak peduli Bu, gara-gara dia aku dimarahi oleh ayah." jawab Edo cetus. Nyonya Andin marah dan kesal kala mendengar cerita dari Edo, ia berpikir bahwa akhir-akhir ini tuan Bram memang sangat membela Chelsea, entah itu ia salah atau pun benar. Namun sekalipun Chelsea benar, ia akan tetap dianggap salah oleh nyonya Andin dan juga Edo yang memang tidak menyukainya. Di sore hari yang cukup sunyi, lantaran semua sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Ada yang memainkan game, ada yang memainkan ponsel dan
Esok paginya, keadaan Chelsea jauh lebih baik dari sebelumnya, ia terlihat lebih segar karena semalaman di temani oleh bu Yuli, meskipun diberikan kesempatan untuk bersama dengan sang ibu, namun Chelsea sama sekali tidak manja. Atau berkesempatan untuk mengatakan semua tentang kehidupannya selama ikut dengan suami, meskipun bu Yuli bertanggung jawab atas kebahagiaan yang seharusnya dirasakan oleh Chelsea, namun Chelsea nampak pasrah menghadapi semua ujian yang ada. Pagi ini suster membawakan makanan yang tersedia di rumah sakit, dan bu Yuli meminta agar dirinya saja lah yang menyuapi putrinya, dengan senang hati suster tersebut memberikan tugasnya pada sang ibu pasien, lalu setelah itu bu Yuli melempar senyum ketika mulai menyuapkan makanan itu pada Chelsea. Karena ada di rumah sakit sejak sore dan tidak ada satu pun sanak keluarga yang menjenguk, kecuali hanya tuan Bram, membuat ibu Yuli merasa curiga, lantaran rasa bingung itu terus datang membuat bu Yuli akhirnya memberanikan di
Tiba di kediaman tuan Bram, bu Yuli yang diizinkan untuk menemani Chelsea sampai melahirkan itu merasa sangat senang, karena ia akan bisa memantau keadaan Chelsea yang saat ini sedang hamil besar. Namun tidak dengan Chelsea yang merasa cemas kala itu, ia bingung harus bagaimana ketika ibunya akan tinggal bersamanya untuk beberapa waktu, tinggal bersama dengan nyonya Andin, ketiga adik iparnya, dan juga suami yang sama sekali tidak perduli padanya membuat Chelsea cemas. Cemas karena ia tidak mungkin bisa melihat bagaimana sikap mereka nanti saat tinggal bersama, tidak mungkin juga nyonya Andin akan merubah sikap nya di hadapan bu Yuli, seorang ibu miskin yang tidak memiliki apapun. "Selamat datang di rumah ini Bu, silahkan masuk," ucap tuan Bram menyambut dengan ramah. "Terima kasih banyak Tuan, terima kasih sudah diberikan izin saya untuk tinggal bersama dengan Chelsea, saya sangat senang," seru bu Yuli melempar senyum. "Iya Bu, Chelsea itu putrimu, jadi kau berhak tinggal bersama
1 bulan kemudianSaat Chelsea sedang olahraga bersama dengan bu Yuli di taman belakang, Chelsea merasa sangat lelah, perutnya terasa keram, apa yang ia rasakan satu bulan yang lalu terasa kembali, namun ini lebih sakit dari sebelumnya, ia merasakan sakit yang jauh lebih sakit hingga ia hampir saja terjatuh karena sempoyongan. Dengan cepat bu Yuli menangkap tubuh Chelsea dan mengajaknya untuk duduk, saat itu bu Yuli melihat ada sebuah cairan yang keluar mengotori kaki kanan Chelsea, Chelsea merintih kesakitan dan wajahnya sangat pucat sekali. "Ibu, perutku sakit sekali Ibu, tolong aku," rintih Chelsea memanggil nama ibunya. "Chelsea, seperti nya kau mau melahirkan, air ketuban mu sudah membasahi kakimu, kita harus masuk sekarang untuk memberi tahu suamimu atau semua keluarga mu," kata bu Yuli tak kalah panik. "Ibu, aku tidak kuat jika harus berjalan ke rumah, Ibu tolong panggil kan ayah Bu, aku sudah tidak kuat lagi." pinta Chelsea yang justru meminta untuk di panggil kan ayah mer
Saat sudah di perbolehkan berkunjung di ruang rawat, bu Yuli dan tuan Bram lah yang terlihat sangat bahagia kala melihat kedua cucu mereka dalam keadaan sehat dan bugar. Kebahagiaan mereka tidak bisa dibandung ketika melihat dua malaikat yang sedang tertidur lelap di samping kanan dan kiri Chelsea. "Ya ampun, lucu sekali kedua anakmu Chelsea, meraka sangat imut dan begitu cantik juga tampan," puji bu Yuli yang tidak bisa membendung kebahagiaannya. "Apa yang kau katakan itu benar bu besan, kedua cucu kita ini sangat cantik dan juga tampan sekali, aku sendiri tidak menggambarkan bagaimana bahagianya aku bisa melihat kedua cucuku ini," seru tuan Bram yang begitu sangat gemas saat menatap wajah meraka. "Benar Tuan, kita sangat beruntung karena bisa melihat cucu-cucu kita lahir dengan sehat dan selamat." jawab bu Yuli menambahkan kebahagiaannya. Nyonya Andin, Edo, dan lainnya hanya bisa terdiam menatap mereka yang seakan tidak menganggap meraka ada, saat itu Edo sama sekali tidak berni
Di sebuah masjid yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal Chelsea, sudah ada beberapa tamu undangan yang menghadiri akad nikah antara Chelsea dan juga Reno, sengaja tamu yang diundang tidak terlalu banyak, karena itu lah yang menjadi permintaan Chelsea sebelum hari pernikahan itu berlangsung. Wajah Chelsea terlihat teduh dan tenang, kala di perintahkan duduk di samping kiri Reno, Reno menyambut dengan senyuman nervous, karena hari ini adalah hari di mana ia akan mengikrarkan janji suci bersama Chelsea. "Kedua mempelai sudah siap?" tanya pak penghulu yang ada di hadapan Chelsea dan juga Reno. "Siap Pak!" tegas Reno menjawab. "Baik, kalau begitu kita langsung saja mulai, ya." jawabnya mantap. Reno pun mengangguk siap, ketika pak penghulu tersebut mengulurkan tangan, Reno pun dengan cepat menjabat tangan tersebut lalu mengikuti arahan yang diberikan oleh pak Penghulu tersebut. Jika sebelumnya Reno merasa sangat takut dan ragu ketika mengucapkan ijab qobul, rupanya ketika ucapan it
Chelsea dan Reno mengadakan janji temu di luar kantor, setelah insiden yang terjadi pada Chelsea. Akhirnya Chelsea memutuskan untuk masuk kerja lagi, ia sudah merasa cukup tenang karena Edo dan Irish sudah berakhir di penjara, kini hanya tinggal bagaimana ia bisa sukses mencapai gelar sebagai wanita karir setelah ia berusaha sampai sejauh ini. Kegagalan pernikahan di sebuah gedung yang cukup mewah waktu itu tidak membuat Chelsea malu dan putus asa, apalagi membatasi diri untuk tidak bertemu dengan banyak kalangan, ia justru semakin terbuka dan memperlihatkan pada mereka bahwa ia baik-baik saja, kejadian itu sama sekali tidak membuat Chelsea rapuh apalagi berkecil hati. Pertemuan demi pertemuan dengan teman satu kantor, kerap kali mengajukan pertanyaan yang sama, tetapi Chelsea justru menjawab-pi nya dengan sangat santai dan elegan. Saat makan siang tiba, Reno memanggil Chelsea untuk ke ruangannya, dengan cepat dan sigapnya, Chelsea pun sudah sampai di depan pintu ruangan Reno. Tak
2 hari kemudianReno datang menemui Chelsea yang akan pulang hari ini, Reno merasa sangat senang karena keadaan Chelsea sudah jauh lebih baik dari sebelumnya, dan kedatangan Reno pun disambut senyum lebar oleh Chelsea yang sudah menunggu kedatangannya. Reno membalas senyuman itu lalu memeluk Chelsea dengan erat, Chelsea pun menerima pelukan itu dengan senang hati, mereka berdua menikmati beberapa saat kebersamaan tersebut , sebelum perlahan Reno melepaskan pelukannya. Reno meletakkan kedua tangannya tepat di pipi chubby Chelsea, mereka saling menatap satu sama lain, dan... Cup! Reno memberikan kecupan hangat tepat di kening Chelsea, Chelsea memejamkan kedua matanya kala menerima sentuhan sayang dari Reno. "Aku minta maaf Chelsea, karena aku terlambat menyelamatkan mu," lirih Reno menatap sendu. "Tidak Mas, kamu tidak bersalah, kamu tidak perlu meminta maaf," ucap Chelsea. "Tapi ini tetap saja salahku, aku bersalah karena teledor menjagamu, harusnya aku menyalip mobol Edo waktu it
"Mas, kamu jangan nekat, jangan gila!" Irish mencoba untuk menahan Edo. "Irish, lebih baik kamu diam saja, bukannya ini yang kita rencanakan, kamu bisa bersama Reno, dan aku bisa bersama dengan Chelsea," ucap Edo menepis tangan Irish. "Apa kamu yakin dengan keputusan kamu ini Mas?" tanya Irish ragu. "Ya, aku akan bersiap-siap, membawa Chelsea pergi jauh dari sini, dan aku akan bahagia bersama Chelsea di dalam kehidupan baru kami, sementara kamu, kamu juga pasti akan bisa mendapatkan hati Reno, kamu akan bebas memiliki Reno." jelas Edo melempar senyum. Irish akhirnya mengikuti rencana Edo, jika tujuan mereka sebelumnya hanya untuk menggagalkan pernikahan antara Chelsea dan Reno, kini berubah menjadi sebuah rencana yang tidak pernah Irish pikirkan selama ini. Edo saat itu masuk untuk melepaskan ikatan Chelsea, ia mengiming-imingi kehidupan yang bahagia, namun Chelsea tidak tertarik sama sekali, bahkan ia terus berusaha memberontak dan meminta Edo agar melepaskan dirinya, Irish yang
"Mas, aku mohon tolong lepaskan aku," lirih Chelsea meminta. "Aku akan melepaskan kamu, Chelsea. Tapi dengan satu syarat," ucap Edo melempar senyum. "Apa Mas, apa syaratnya? Mas, apa kamu tahu apa yang kamu lakukan ini akan menghancurkan masa depanku bersama mas Reno, hari ini hari ijab qobul kami, tapi kenapa kamu dan Irish justru membawa ku ke sini," Chelsea menatap Edo kecewa. "Karena aku tidak terima kamu menikah dengan orang lain, Chelsea. Dan aku ingin pernikahan kamu dengan Reno gagal," sahut Edo tersenyum. "Kenapa Mas, apa masalahnya sama kamu, kenapa kamu ingin pernikahan ku dengan mas Reno gagal, aku tidak pernah menghalangi pernikahan kamu dengan Irish dulu Mas, tapi kenapa kamu melakukan ini padaku?!" Chelsea benar-benar kecewa saat itu, ia menatap keduanya dengan kemarahan yang tidak bisa ia salurkan dengan bebas, karena kedua tangan dan kakinya terlepas, dan ia hanya bisa duduk terpaku di kursi. "Karena aku cemburu, Chelsea. Aku ingin kamu kembali bersamaku," ucap E
Çeklek! petugas itu membuka pintu tanpa memberi ketukan, hingga membuat Reno terkejut ketika melihat salah satu pengurus pernikahannya datang dengan wajah yang begitu panik. "Ada apa?" tanya Reno menanggapi kedatangan petugas itu. "A-anu Tuan," wanita itu gagap ketika berhadapan dengan Reno. "Anu apa? Katakan?!" Desak Reno. "N-nona Chelsea tidak ada di kamarnya." jawabnya gemetar. DegReno terkejut mendengar kabar itu, kok bisa? Kenapa bisa Chelsea bisa tidak ada di kamarnya? Percuma jika Reno mempertanyakan hal itu pada wanita yang ada di hadapannya, Reno memutuskan untuk langsung menuju ke lokasi untuk mencari tahu tentang keberadaan Chelsea, wanita yang akan ia nikahi hari ini. Reno masuk ke ruangan rias, ia menelusuri ruangan tersebut dengan jeli, dan tersadar jika Chelsea benar-benar tidak ada di sana. Di tengah kepanikan yang tidak bisa ia sembunyikan, Andika datang menemui Reno untuk memberitahukan bahwa pak penghulu sudah menunggu di lantai bawah. "Om, pak penghulu sudah
"Sudah gila Chelsea itu, sudah tidak waras! Dasar janda gatal," celetuk nyonya Andin kesal. "Bu, apa si maksud Ibu bicara seperti itu, mendengar Chelsea mau menikah kok Ibu yang sepertinya kepanasan," cetus tuan Bram memprotes sikap istrinya. "Ayah ini bagaimana si, kenapa tidak melarang Chelsea untuk menikah dengan pria itu, harusnya Ayah larang dia, dong." nyonya Andin menatap kesal. Tuan Bram mengernyitkan dahi ketika mendengar ucapan dari nyonya Andin yang seolah sangat tidak senang mendengar berita gembira itu, tuan Bram tidak menanggapi, ia justru memilih duduk kembali di sofa dan menyeruput teh pahit pesanannya. "Ayah, kenapa malah terlihat biasa dan santai saja seperti itu, bukannya panik seperti yang Ibu rasakan, bagaimana kalau pernikahan Chelsea dan pria itu justru menganggu pikiran Tasya dan Andika, kan kasihan mereka!" omel nyonya Andin yang masih tidak senang dengan keputusan Chelsea. "Bu, sepertinya Ibu sudah berlebihan sekali, jika Ibu peduli dengan kedua cucu kita
"Mas, kasih tahu aku kenapa kamu jadi kayak gini akhir-akhir ini, kamu berubah Mas, sama aku," "Nggak ada yang berubah Irish, mungkin ini hanya perasaan kamu saja,""Enggak Mas, aku yakin ada sesuatu yang bikin kamu berubah. Katakan Mas, apa salah ku?""Irish, aku mohon tolong jangan paksa aku untuk menjawab pertanyaan kamu itu, aku lagi sibuk di kantor dan aku harus menyelesaikan tugasnya dengan baik, jadi tolong, tolong kamu jangan seperti ini!"Reno mengambil beberapa berkas di meja lalu ia hendak pergi meninggalkan Irish, namun tangan Irish yang dengan cepat menahan pergelangan tangan Reno itu seketika menghentikan langkah kaki Reno, keduanya saling menatap satu sama lain, Irish meneteskan air matanya di hadapan Reno kala itu. "Mas, beritahu aku apa salahku," lirih Irish kembali mempertanyakan. "Seharusnya kamu tidak perlu bertanya apa salah mu padaku, Irish. Secara tidak langsung kamu sudah membohongi aku, kamu bilang saat kamu dekat denganku tidak akan ada orang yang marah pad
"B-bukan Mas, aku hanya mempertanyakan apa itu benar atau tidak," lirih Irish merasa bersalah. "Kalau kamu percaya sama aku sedari awal, kamu tidak mungkin merasa ragu hanya karena ucapan Edo yang ngawur itu, sudah lah. Aku sepertinya lelah, dan butuh waktu untuk sendiri!" celetuk Reno memutuskan untuk pergi. Irish berusaha menahan dengan meminta maaf pada Reno, namun hal itu tidak membuat keputusan Reno berubah, ia tetap pergi meninggalkan Irish dengan sengaja membuat hati Irish merasa bersalah. ***1 minggu kemudian, surat perceraian antara Edo dan Irish sudah ada di tangan Edo, waktunya ia memberikan surat perceraian itu pada wanita yang ia cintai itu, namun tega mengkhianati cintanya karena pria lain. Langkah kaki Edo sudah berada di depan rumah Irish, lalu ia mengetuk pintu beberapa kali hingga akhirnya Irish keluar dan menemui Edo. "Ada apa Mas, kamu datang ke sini?" tanya Irish saat berhadapan dengan Edo. "Aku hanya ingin mengantar surat perceraian kita, dan sekarang kita