"Bagaimana hasil pemeriksaan Dokter?" tanya Ningrum yang sudah penasaran dengan hasil pemeriksaan Anita. "Dokter bilang Anita hamil Ma," jawab Rudi sambil memapah Anita masuk ke dalam rumah dengan perlahan. "Alhamdulillah, akhirnya sebentar lagi Mama punya cucu. Sekarang kamu bawa Anita ke kamar biar dia bisa istirahat, Mama mau ke dapur dulu untuk meminta Marni dan Mbok Inah masak makan malam istimewa," perintah Ningrum sambil mengusap perut Anita yang masih rata lalu berjalan ke arah dapur. "Ma, tidak perlu biar Rudi saja yang ke dapur sekalian mau minta tolong Mbok Inah buatkan kopi," ucap Rudi hingga membuat Ningrum menghentikan langkahnya. "Baik kalau begitu, biar Anita Mama yang antar ke kamar. Ayo Sayang Mama bantu ke kamar, " ucap Ningrum sambil menggandeng tangan menantu kesayangannya. "Tapi Mas …." belum selesai Anita bicara Rudi langsung memotong pembicaraannya."Kamu ke kamar sama Mama dulu ya, setelah buat kopi aku akan langsung masuk ke kamar," jawab Rudi sambil ter
“Mama, Papa," ucap Rudi saat melihat Ningrum dan Andre sudah berdiri di depan kamar Syifa. “Plak," sebuah tamparan Andre berikan kepada Rudi di hadapan Ningrum dan Syifa lalu meninggalkan kamar itu dengan rasa marah. "Apa yang Mama pikirkan selama ini benar, ternyata kamu dan Syifa …." ucap Ningrum yang tiba-tiba berhenti saat melihat wajah Syifa."Maafkan Rudi Ma," ucap Rudi sambil bersimpuh di kaki Ningrum."Plak!" tiba-tiba Ningrum menampar Syifa dengan sangat keras."Dasar kamu perempuan miskin, kamu pasti sudah menggoda putraku sampai tanpa sadar dia menghamilimu dan kini harus membawamu tinggal di sini, jangan harap aku akan menerima statusmu sebagai menantu di rumah ini, karena buatku kamu adalah pembantu miskin yang tidak ada gunanya!" bentak Ningrum sambil melotot ke arah Syifa. Setelah puas membentak Syifa, Ningrum langsung berjalan meninggalkan kamar itu dan berjalan ke ruang kerja sang suami. Rudi yang melihat Ningrum meninggalkan kamar itu langsung bergegas mengejarn
“Silahkan Syifa, karena sebagai seorang istri kamu juga berhak menentukan pilihan untuk hidupmu," jawab Andre sambil mempersilahkan Syifa bicara. "Mas Rudi, apa yang dikatakan orang tuamu itu benar, pilihlah salah satu diantara kami dan apapun pilihanmu akan aku terima dengan ikhlas," ucap Syifa sambil menetap Rudi dan tersenyum walaupun dalam hatinya menyimpan luka yang sangat dalam. "Aku yakin Mas Rudi akan lebih memilihku dibandingkan kamu, karena kamu lihat saja aku jauh lebih cantik, pintar bahkan aku mempunyai karir yang bagus, iya 'kan Mas?" ucap Anita sambil memeluk tangan Rudi dengan erat. 'Iya, jika Mama jadi Rudi pasti akan memilih Anita yang jauh lebih segalanya daripada wanita kampung sepertimu," sahut Ningrum sambil berdiri dan menatap Syifa dengan tatapan penuh kebencian dan rasa jijik. "Mama! Lebih baik kamu diam, biarkan Rudi memilih sesuai hatinya dan jangan pernah kamu ikut campur dalam masalah ini," bentak Andre kepada sang istri. "Rudi cepat pilih satu d
Beberapa jam kemudian mereka pun sampai di rumah yang sudah disiapkan Andre. Terlihat wajah kesal Anita saat dia harus tinggal satu atap dengan Syifa. Dia berharap semoga ibu mertuanya segera menyingkirkan Syifa dan putranya. "Aku harap perempuan tua itu bisa secepatnya menyingkirkan perempuan miskin ini, agar aku bisa secepatnya menguras harta laki-laki tolol ini," batin Anita sambil melirik ke arah Syifa. "Anita kamarmu ada di sebelah sana," ucap Rudi sambil menunjuk sebuah kamar di lantai dua. "Kamar tamu?" tanya Anita dengan sedikit kesal saat tahu jika dia harus tidur di kamar tamu. "Iya memangnya kenapa? Apa ada yang salah dengan kamar tamu itu," tanya Rudi dengan penasaran. "Kalau aku di kamar tamu lalu bagaimana dengan kamar utama itu, tidak mungkin 'kan kamar itu kosong," jawab Anita sambil menunjuk sebuah kamar yang terlihat lebih luas daripada kamarnya. "Kamar itu akan di tempati oleh Syifa, dan Mbok Inah bisa tidur di kamar bawah bersama Akbar," jawab Rudi sambil
"Assalamualaikum, Pa." ucap Rudi sambil membuka pintu. "Waalaikumsalam, tumben jam segini kamu sudah di kantor?" tanya Andre saat melihat Rudi masuk ke ruangannya. “Ada hal yang ingin aku bicarakan sama Papa, apa pagi ini Papa tidak ada kesibukan?" jawab Rudi sambil duduk di kursi. “Kebetulan pagi ini Papa banyak jam kosong, memang apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Andre sambil bersandar di kursinya. "Bagaimana kalau pagi ini Papa traktir aku makan, karena kebetulan aku belum sarapan," ucap Rudi sambil tersenyum. "Bagaimana bisa kamu belum makan?" tanya Andre kepada sang putra dengan rasa heran. "Ceritanya panjang, nanti akan aku ceritakan saat kita sudah di tempat makan," jawab Rudi sambil berdiri. "Baik, ayo kebetulan pagi ini Marni juga tidak masak," ucap Andre sambil berdiri dari tempat duduknya lalu berjalan ke arah sang putra lalu berjalan beriringan ke arah kantin yang ada di gedung itu. ***Di Tempat terpisah Syifa yang baru saja menerima uang dengan jumlah yan
Anita yang saat itu mengendap-endap langsung terkejut saat mendengar suara bentakan dari sang suami. Terlihat jelas wajah gugupnya saat berhadapan dengan Rudi yang sudah berdiri di hadapannya dengan tatapan yang tajam. Seperti seorang penyidik kepada seorang tersangka. "Darimana saja kamu! Apa kamu tahu jam berapa sekarang?" tanya Rudi sambil membentak Anita. "Hari ini aku ada sesi pemotretan di luar kota?" jawab Anita sambil berjalan meninggalkan Rudi yang terlihat marah. "Pemotretan apa jam segini baru selesai! Kamu pikir aku tidak tahu jadwal dan waktu pemotretan seorang model sepertimu, ingat Anita kamu bukan artis terkenal yang tidak punya waktu untuk keluarga," teriak Rudi kepada Anita yang terus berjalan meninggalkannya. "Memang kenapa kalau aku pulang jam 3 pagi? Aku juga tidak merepotkanmu 'kan," jawab Anita sambil terus berjalan ke arah kamarnya. "Kamu itu seorang istri, harusnya kamu tahu tugas dan kewajibanmu sebagai seorang istri dan calon Ibu!” bentak Rudi sambil me
Suatu pagi saat Syifa, Rudi dan Akbar menikmati sarapan. Tiba-tiba Anita datang dengan wajah yang terlihat bahagia. Bahkan pagi ini dia tidak melakukan protes dengan masakan yang Syifa masak di hari ini."Selamat pagi," sapa Anita sambil duduk di sebuah kursi."Pagi, cepat kamu habiskan makananmu hari ini aku akan mengantarmu ke Dokter kandungan," jawab Rudi sambil menikmati makanannya ."Hari ini Dokter Eko sedang libur, jadi pemeriksaan ditunda sampai minggu depan," jawab Anita dengan wajah yang terlihat bahagia."Baik kalau begitu, Syifa setelah Akbar makan kamu mandikan dia karena hari ini kita akan jalan-jalan ke sebuah taman," perintah Rudi sambil tersenyum kepada putra kesayangannya."Iya Mas, Anita apa kamu tidak mau ikut dengan kami?" tanya Syifa kepada Anita yang hanya dijawab dengan gelengan kepala."Kita lihat saja apa kalian jadi pergi setelah kedatangan Ningrum si Nenek peyot itu," batin Anita sambil terus menikmati makanan yang ada di hadapannya.Setelah selesai makan S
“Mas Rudi," ucap Syifa saat melihat sang suami masuk ke dalam kamarnya. Rasa marah, kesal dan benci terlihat jelas di wajah Rudi saat menatap Syifa yang masuk duduk di tempat tidur. Perlahan Rudi mulai mendekati sang istri, dengan kasar dia mulai menggenggam tangan Syifa hingga membuatnya kesakitan. Ini adalah pertama kalinya Rudi melakukan kekerasan secara fisik kepada sang istri. "Cepat katakan siapa Ayah kandung Akbar," perintah Rudi sambil menggenggam lengan tangan Syifa dengan kasar. "Aku berani bersumpah demi apapun jika Akbar adalah putra kandungmu, Mas," jawab Syifa sambil berusaha melepaskan cengkraman tangan suaminya. "Lebih baik kamu jujur, setelah itu aku akan antarkan kamu dan Akbar pulang ke kampung sekarang juga," paksa Rudi yang masih tidak percaya dengan ucapan Syifa. "Jika kamu ingin menceraikanku kenapa harus menunggu aku jujur? Bahkan saat aku jujur pun kamu tetap percaya surat itu dibanding ucapanku!" bentak Syifa sambil menahan rasa sakit di tangannya. "Bag