Share

Siapa yang Jahat?

Penulis: Ri III
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-16 18:26:21

Di depan ruangan banyak orang yang menunggu dengan gelisah. Suasana benar-benar genting, sampai akhirnya semua tatapan tertuju pada Monica dan Nathan yang baru saja tiba.

“Kak, bagaimana keadaan ibu?” tanya Nathan getir. Seorang pria yang jauh lebih tua darinya itu memandang dan berusaha menahan rasa sedihnya sendiri.

“Tenanglah! Kita semua masih menunggu keterangan dokter sekarang,” balasnya dengan satu tangan yang menepuk bahu Nathan perlahan. Monica kini terlihat lebih santai, meski sedikit gelisah, sementara dua wanita yang tak jauh darinya malah menatap sinis.

“Arini, kau sudah benar-benar sembuh ternyata?”

Nathan menatap istrinya yang kebingungan, menggenggam jemari lembutnya sebelum tersenyum ke arah dua wanita itu.

“Tapi baru kemarin aku melihatmu terbaring sakit seperti orang mati. Bukankah terlalu cepat sampai kau bisa berdiri di hadapan kami semua sekarang?” Ambar membuatnya sedikit takut, bagaimana jika Monica tahu banyak tentang rahasianya.

“Kak Ambar, tolong fokus pada kondisi ibu sekarang!”

Semuanya kini terdiam, seiring dengan pintu ruangan yang kini terbuka. Wajah dokter menyembul.

“Dok, bagaimana keadaannya?”

Penutup wajah dibuka, memperlihatkan senyuman tipis di sana. Berarti kabar baik yang mereka terima, wanita tua itu sekarang sudah mulai stabil, dan kabar itu membuat semuanya lega.

Baru saja Ambar akan masuk, dokter kini menyela dan meminta Arini dan Nathan yang boleh masuk menjenguk lebih dulu. Rasa benci dan marahnya pada Arini semakin menjadi, di matanya wanita itu pandai memanipulasi, mengandalkan paras dan sikap lembut palsu untuk merebut hati semua orang, termasuk hati suaminya.

“Mengapa harus Arini? Anda tahu ‘kan kalau putri kandungnya itu saya, bukan Arini.”

“Maaf, Nyonya. Tapi ini permintaan dari nyonya Yuan sendiri.”

‘Kelihatannya dia sangat membenci Arini. Tapi, tunggu! Jika Arini bukan putrinya, lalu siapa? Menantu. Ah iya, Arini adalah menantu. Tunggu! Apa!? Menantu? Jadi, dia menikahiku karena obsesinya pada mantan istrinya dulu. Sial kau, Nathan.’

“Arini, mengapa masih berdiri di situ? Masuk, Sayang!”

Nathan membuyarkan lamunannya, Monica langsung masuk ketika tangannya digandeng sang suami, menghilang dari pandangan Ambar juga cara paling aman agar terhindar dari kedengkiannya.

Wanita tua masih terbaring dengan tabung oksigen sebagai alat bantu pernapasan, kondisinya belum benar-benar stabil, wajah pucat dengan senyum tipis yang hampir tak terlihat, rambut yang dihiasi beberapa helai warna putih tak membuat kecantikannya pudar.

Bohong jika keberadaan Monica di sini karena wanita tua itu, nyatanya ia di sini karena menginginkan kebebasan tempat tinggal dan juga uang. Dan sekarang ia harus melakukan drama agar identitas aslinya tidak terbongkar, bisa saja Nathan mengambil kembali apa yang sudah ia kasih. Membayangkan saja ia tak sanggup.

“Nathan, tolong temui dokter dan tanyakan obat apa saja yang harus ibu konsumsi lagi?” Suara Yuan parau dan melemah, sedikit ragu akhirnya Nathan bergegas keluar dan menggandeng tangan Monica.

“Biarkan Arini di sini bersama ibu! Sudah lama sekali ibu tidak menghabiskan waktu bersama menantu kesayangan ibu ini,” ujarnya berusaha menahan Monica. Nathan menatap Monica yang hanya mengangguk patuh, seperti meyakinkan Nathan.

“Aku titip ibu ya, Sayang!”

Tangannya mengusap lembut pipi kiri Monica, bagai pasangan romantis, sebelah tangan Monica ikut mengusap punggung tangan Nathan lembut.

“Sudah 5 tahun pernikahan dan kalian tidak pernah berubah, selalu saja membuat ibu iri,” ucap Tuan menggoda keduanya.

Monica menatap punggung Nathan yang menghilang di balik pintu, sekarang ia yang kebingungan, memulai obrolan dengan orang yang baru ia temui sebenarnya tidak terlalu sulit, kalau hanya sekedar kata-kata vulgar dan menggoda lawan jenisnya, tapi ini adalah wanita tua yang sebelumnya sangat dekat dengan Arini.

“Bagaimana keadaan ibu sekarang?”

Monica mencoba memulai pembicaraan sembari duduk di sebelah Yuan, wanita tua itu meraih tangannya, kemudian menatap mata Monica jujur saja tindakan Yuan membuat Monica gugup, seperti pencuri yang baru saja tertangkap basah.

“Terima kasih sudah menjengukku.”

Yuan terdiam sebentar.

“Siapa namamu?”

Mendengar pertanyaan itu Monica semakin takut, habislah sudah riwayatnya jika Nathan tahu identitasnya mulai terbongkar.

“Ibu ini bicara apa? Aku Arini, Bu.”

Monica berusaha meyakinkan Yuan.

“Baiklah jika tak mau berkata jujur, anggap saja kau memang benar Arini. Sekarang jawab pertanyaanku! Apa makanan yang paling Nathan suka?”

 Pertanyaan jebakan, Monica terdiam dan Yuan menganggapnya sudah kalah.

“Sudah ku katakan hanya Arini yang tahu. Siapa namamu?” Yuan terus mendesaknya.

“Apa pun yang berbau vegetarian, karena Nathan dari dulu tidak suka seafood atau sejenis daging lain, dia juga alergi udang. Arini juga masih ingat ketika mas Nathan masuk rumah sakit dan hampir mati karena alerginya itu,” jawab Monica lugas. Membuat Yuan akhirnya bernapas lega.

“Lalu mengapa kau terdiam lama seperti sedang berpikir, Arini?”

Monica menunduk memasang raut sedih.

“Arini hanya terkejut, karena sekarang ibu sudah tidak bisa mengenali Arini lagi. Apa setelah lama tak bertemu, aku akan menjadi asing di mata ibu?” Mendengar itu membuat Yuan merasa bersalah.

“Maafkan ibu, Sayang! Hanya karena melihat perubahanmu malah membuat ibu ragu.”

Yuan memeluk erat Monica. Beruntung sebelum menikah, Monica sudah menghafal beberapa peraturan dan apa saja yang bersangkutan dengan Nathan, rupanya insiden ini akan terjadi, Nathan memang tidak salah memprediksi.

Yuan dan Monica akhirnya terlibat obrolan panjang, tepat saat Nathan masuk dengan beberapa obat-obatan milik Yuan, ia dibuat sedikit terkejut ketika melihat kedekatan Yuan dan Monica yang tergolong singkat, Monica rupanya cepat memainkan perannya.

“Ibu harus banyak istirahat, fokus untuk kesembuhan. Memangnya ibu nyaman berada di sini dan jauh dari Arini terus?” Bibirnya melengkung bak bulan sabit ke arah Yuan.

“Iya, Sayang. Melihat wajahmu saja sudah membuat semangat ibu bertambah.”

“Ehem, sepertinya ada yang sedang membicarakan ku, ya?”

Keduanya menoleh, Monica tersenyum tipis.

“Siapa juga yang membicarakanmu? Nanti besar kepala, iya ‘kan, Bu?”

Yuan tertawa dan menggeleng kecil. Pemandangan seperti inilah yang ia rindukan selama terbaring di rumah sakit, dari awal bahkan sebelum ia sakit, sebenarnya Arini sudah menghilang tanpa mengabarinya sama sekali, kepergiannya juga tak diketahui, sementara Nathan terus saja berkilah kalau Arini sedang sibuk dengan bisnisnya di luar negeri seorang diri, tapi anaknya yang lain mengatakan Arini pergi dan sudah lama mati, itulah alasannya masuk ke rumah sakit sampai hari ini.

Setelah puas mengobrol, mereka kembali meninggalkan Yuan untuk beristirahat. Monica berjalan di belakang Nathan, dan sedari tadi Ambar menatap wajahnya penuh kebencian. Keduanya berhenti sebentar, Ambar mengambil kesempatan itu untuk mendekati Monica, kemudian berbisik lirih.

“Harusnya kau sudah mati, Arini. Tapi sepertinya semesta memang memberimu nyawa baru untuk merasakan penderitaan yang sama.”

Monica menatap mata Ambar, kemudian tersenyum sinis, sebelum akhirnya ia menggandeng tangan Nathan dan pergi dari rumah sakit.

Bab terkait

  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Trauma yang Sama

    “Aku begitu khawatir ketika meninggalkanmu bersama ibu, tapi rupanya kau adalah bakal aktor hebat, Monica.”Jika biasanya Monica yang terdengar cerewet, sekarang ia malah tak acuh pada pernyataan konyol Nathan, tidak penting. “Kau pasti sedang berpikir keras siapa itu Arini,” celetuknya lagi berusaha memancing Monica untuk bicara. Monica memilih memejamkan matanya, dan melipat kedua tangan di dada, dengan wajah yang ia arahkan ke arah jendela.Nathan menyerah. Ternyata seperti ini rasanya mencari topik pembicaraan, tapi yang diajak bicara adalah batu karang. Sepanjang jalan keduanya hanya bisu, tak lama mobil berhenti, otomatis membuat Monica langsung terjaga. “Tetap di sini!” perintah Nathan. Monica menguap malas, ternyata Nathan membawanya ke rumah ini, bukan kediamannya. Netranya menatap Nathan yang telah menghilang di balik pintu. Awalnya ia memang sabar menunggu, memainkan ponsel dan mencoba aplikasi baru yang belum ia tahu, sampai menonton video, Nathan belum juga keluar.“Ng

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20
  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Jasad Bernyawa

    Jemarinya bergerak, disusul netra yang perlahan terbuka memindai sekeliling, ruangan serba putih ia lihat lagi setelah menjadi istri Nathan. Bodohnya mengapa terlihat lemah di hadapan pria angkuh seperti Nathan, harusnya ia bisa mengendalikan dirinya sendiri.Bayangan Nathan membentaknya harusnya adalah hal sepele, hanya saja kenapa wajah Budi yang melintas di hadapannya, bedanya Nathan tak membawa serta cambuk, atau mungkin belum. Itu yang membuatnya tak ingin mengenal lelaki lebih jauh, atau nasibnya akan memburuk di tangan laki-laki. ‘Aku yakin pasti ada seseorang selain dirinya di tempat itu,’ batinnya. Untuk melihat keadaan di luar saja ia tak bisa, jendela yang tertutup gorden itu menghalangi pandangannya. Perlahan ia bangkit, mencabut selang yang menempel di punggung tangan, lagi pula dirinya tak sakit keras.Kedua tangan menyingkap gorden, ternyata langit sudah gelap. Baru saja berdiri, suara bariton Nathan terdengar dari belakang. “Kau sudah sadar?” Sudut bibir Monica teran

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Nomor Tak Dikenal

    Kolam belakang rumah menjadi tempat favoritnya di pagi ini, entah karena kelelahan tapi semua badannya terasa remuk, membuat tidur malamnya tenang tanpa hambatan. Secangkir kopi panas yang ia buat sendiri itu menemani. Sumpah, rasanya ia belum pernah hidup sesantai ini di rumah sendiri. Sepasang kaki jenjang menjuntai ke dalam air, ingin berenang tapi terlalu takut tenggelam. Ia ingat, terakhir berenang pun hanya ketika masih berusia 8 tahun, di sungai bersama teman sebayanya, meski berakhir dengan bekas rotan di betis mungilnya karena nekat main basah-basahan.Kehadiran Nathan ternyata mengubah hidupnya menjadi lebih baik, meski terkadang pria itu juga yang membangkitkan traumanya. Benda pipih ia arahkan pada kaki yang menjuntai indah ke dalam air jernih yang sedikit kebiruan, karena pantulan keramiknya, iseng mengunggahnya ke sosial media untuk pertama kalinya.Tiba-tiba satu pesan masuk di akunnya. [Kaki yang indah, pasti wajahnya juga tak kalah jelita.]Monica bergidik geli. Apa-

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Budak Nathan

    “Malam ini kayaknya aku harus ke rumah Nathan deh. Kan ngga mungkin banget harus mesan makanan cepat saji lagi. Atau aku sewa tukang masak khusus aja ya di rumah? Atau aku minta salah satu pelayan di rumah itu aja buat tinggal di sini, lagian di sana juga kebanyakan deh kayaknya,” gumamnya sendiri.Monica bersiap, merias diri seadanya dan meraih benda pipih yang tak pernah ia lepas itu. Mobil pesanannya sudah menunggu di halaman. Berhubung ia belum bisa mengemudi sendiri, terpaksa mobil pribadinya hanya berdiam diri di garasi. Sepanjang jalan ia berusaha menahan diri agar tidak merokok, mengunyah beberapa permen untuk mengalihkan kebiasaan buruknya, bisa saja di dalam mobil ini juga dilarang merokok. Tak lama mobil itu berhenti di depan gerbang rumah mewah Nathan, bangunan yang jarang ia kunjungi. Kaki jenjangnya menuntunnya ke dalam, seiring dengan gerbang yang sudah dibuka lebar mempersilahkan. Wanita cantik serupa Arini itu tak lagi sungkan, ia masuk tanpa harus merasa asing atau

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Kecurigaan Yuan

    “Ada yang kau sembunyikan dari ibu ‘kan?” selidik Yuan. Ia tetap menatap mata Nathan untuk mendeteksi kebohongan. Nathan terdiam. Khawatir jika Monica juga akan disiksa Yuan sama seperti perlakuan mereka pada Arini. Ia tahu tugasnya, tapi tidak untuk dikerjakan sekarang Nathan butuh waktu untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. “Apa Arini membangkang lagi?” “Ibu, diamlah! Ini bukan tentang Arini. Nathan hanya punya masalah dengan pesaing perusahaan kita. Hanya itu saja,” kilahnya meyakinkan.Yuan diam. Entah tapi ia merasa Nathan sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Sebenarnya kedatangannya ke sini juga untuk itu, ingin meluruskan kejanggalan yang terjadi waktu dirinya masih berada di rumah sakit.“Kau yakin yang bersamamu itu adalah Arini?” “Apa maksud ibu?”“Nathan. Arini dibesarkan dengan tanganku juga. Ibu tahu seperti apa Arini, dia memang masih terlihat sopan, tapi Arini bukan tipikal wanita yang banyak bicara, bagaimana cara dia tersenyum, mengajak bercanda, dari mana Ari

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Aku Bukan Arini

    Langit pekat sedikit menarik, membuat sepasang netra itu hanya memfokuskan pandangannya ke satu arah meski tak ada sedikit cahaya pun yang terlihat di cakrawala. Balkon atas diterpa angin sedingin salju, tapi gadis itu masih bergeming berdiri sembari mengeratkan pakaian tebalnya. “Ibu, entah seperti apa rupamu. Mungkin aku hanya akan merasakan rindu tanpa temu. Kata mereka ibu berhati lembut, bertutur kata halus, pribadi yang sabar dan patuh.” Tak terasa dua sudut matanya berair, untuk ke sekian kalinya ia lemah jika sudah mengingat ibunya, terlebih jika kenangan pahit itu terputar bak film lawas yang penuh derita, gadis kecil yang bermain saja seperti melakukan dosa besar, berapa banyak luka yang disembuhkan sendiri, mendapat tatapan iba dan kasihan dari tetangga.Sosok pria yang harusnya mengayomi dan menjadi cinta pertamanya, malah menuduh dirinya pembunuh dan pembawa sial, anak terkutuk yang mengancam nyawa hingga bidadarinya terbujur kaku, rasanya tidak pantas seorang bayi yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Melawan Yuan

    Semua uang berada di ruangan pun terkejut, tak terkecuali Yuan sendiri. Melihat keberanian di mata Monica, ia memutuskan untuk berhenti mencari raut ketakutan yang dulu sering Arini tunjukkan padanya. Monica kembali berusaha mengendalikan diri, tetap memasang senyum dan menyuruh Yuan untuk berhenti bersikap seperti tak mengenalinya. “Ibu, aku berusaha memperbaiki semuanya. Tolong jangan memperbesar masalah yang seharusnya tidak menjadi masalah!”“Baiklah,” ucap Yuan akhirnya. Ia tak bisa terus menerus berdebat atau bahkan bertengkar dengan Monica, karena sejatinya yang ia hadapi bukan Arini. Untuk mencairkan suasana, Monica mengalihkan emosi Yuan dengan mengajaknya makan bersama. Sifatnya benar-benar jauh berbeda. Sekarang ia mulai sedikit memahami, Arini sejatinya bukan menantu kesayangan, justru dia gadis malang yang sering disiksa. Lalu, mengapa sikapnya begitu manis ketika berada di rumah sakit, bertingkah seolah ia paling mencintai Arini, dan seakan tak peduli pada darah daginy

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Arini Berubah?

    Setelah Irish ke dapur, Nathan juga mulai beranjak dari tempatnya, membuat Monica sedikit menaruh curiga. Matanya memicing, tatapan intimidasi ia hadiahkan dan itu membuat Nathan harus memutar otak mencari alasan. “Mau ke mana?” selidik Monica.“Ke sudut mana pun yang aku mau. Ini rumahku ‘kan?” balas Nathan bersikap tak acuh. Monica memutar bola mata malas, dan memilih untuk berhenti bertanya, lagi pula arahnya bukan ke dapur. Tanpa sepengetahuan Monica, Nathan memutar balik arah dan menghampiri Irish. Ditariknya Irish agak sedikit bersembunyi, tangan kekarnya mencekal leher pelayan Monica itu dengan kejam, membuat Irish ketakutan dan hanya bisa menatap wajah jahatnya saja.“Jangan senang dulu karena berhasil menjaga jarak dariku! Aku tetap mengawasimu. Jika kau nekat membocorkan semua pada Monica, maka keluargamu yang akan jadi sasarannya. Kau paham?!” “I-iya. Tolong lepaskan aku, Tuan!”Nathan mendorong Irish, kemudian berlalu setelah puas membuatnya ketakutan. Monica uang kala

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26

Bab terbaru

  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Rahasia Apa?

    Ponsel Monica berdering lagi, panggilan dari William. Wanita keras kepala itu memilih tak acuh, persetan dengan penjelasan yang tak masuk akal, ia benci karena William mengambil keputusan secara sepihak.Setelah beberapa panggilan ia lewatkan, satu pesan masuk dari William. Dengan enggan ia pun membacanya.[Aku tahu kau marah. Tapi aku sama sekali tak membebaskan Nathan, ia murni dibebaskan karena sikap baik dan juga sering disakiti di dalam sel sampai hampir mati, itu yang aku dengar dari penjelasan polisi. Awalnya aku juga tak mau menampung Nathan, tapi dia tak punya rumah dan sepeser pun harta, aku bertemu dengannya di tengah jalan dalam keadaan pingsan.]"Pembohong besar," sungut Monica. Satu pesan susulan masuk lagi.[Kau boleh memaki, atau bahkan menghancurkan wajahku. Tapi, Monica. Aku hanya bersikap sebagai seorang kakak, hanya dia yang dibebaskan, bukan ibu atau pun Ambar. Untuk keamanan dua keponakanku, aku juga tak berniat memberitahukannya pada Nathan, keputusan ada di tan

  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Nanti

    Edward, apa kau sudah menemukan informasi tentang Daddy?" Edgard masuk dan duduk di sebelah Edward, anak itu begitu sibuk dengan laptop di hadapan, sesekali membenarkan kacamata. Tangannya bergerak lancar di tombol, menemukan beberapa informasi penting yang sekiranya berguna. Edward menggeleng lemah, menciptakan raut kecewa yang terlihat jelas di wajah Edgard. Edgard melipat kedua tangan di meja, kemudian menjadikannya penyangga dagu. "Kapan kita akan bertemu Daddy?" Edward terlihat serius dan belum menyerah, ia yakin masih ada petunjuk lain. Keduanya terus menjalin komunikasi dengan William dan juga Sean, yang berulang kali mengatakan jika dirinya begitu merindukan kedua cucunya tersebut. "Entah. Padahal keluarga Daddy sangat mudah dikenal, tapi mendapatkan potretnya saja terasa sulit. Apa mungkin semua informasi tentang Daddy terhapus dari media?" sahut Edward. Edgard berpikir keras. Ia tak yakin jika ayah kandung mereka mirip dengan William, bisa saja ayahnya jauh lebih

  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Jangan Usir Aku!

    "Baguslah kau sudah bangun. Setelah ini aku akan mengantarmu kembali ke kantor polisi, aku juga tak ingin menampung buronan terlalu lama," ujar William yang berdiri sembari bersandar pada pintu. Nathan menoleh, tak menyangka ia sekarang berada di rumah kakak kandungnya. Sedari tadi dia berusaha mencari tempat berlindung, dan takdir masih memihak padanya, ia bertemu dengan salah satu keluarga, setidaknya Nathan bersyukur karena tak akan terlantar di jalanan. Melihat Nathan yang tersenyum malah membuat William muak, ia tak pernah melihat adik laki-lakinya itu tersenyum bahkan untuk menghormati dirinya yang lebih tua saja tidak ia lakukan. Sejak kecil Nathan adalah adik yang menyebalkan, yang selalu menempatkannya ke dalam masalah. "Kau pikir dengan senyum palsu mu itu bisa merayuku? Lupakan dan cepat pergi dari sini!" usirnya terang-terangan. "Kak, ..." William terkejut. Pertama kalinya ia mendengar panggilan Kakak dari bibir Nathan. Tapi William tak boleh terkecoh, bisa saja ini a

  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Kabur dari Sel?

    "Saudara Nathan, Anda dibebaskan!"Nathan yang masih terbatuk darah itu terlihat lemas, tak terhitung sudah ribuan kali ia dihajar selama di tahan, padahal ia sudah kerap berganti ruangan sel, tapi semuanya terasa mengancam nyawa. Nathan bahkan tak pernah melakukan perlawanan, ia sama sekali tak diberi kesempatan untuk membela diri, dan itu juga yang membuatnya masa tahanannya dikurangi, atau Nathan akan benar-benar mati konyol di dalam sel."Nasib baik kau bisa keluar dari sini. Tapi kau tahu, namamu sudah buruk di luar sana."Pria kekar itu kembali menghantam wajahnya, sebelum petugas kepolisian menarik Nathan keluar. Ia pingsan, dan langsung dilarikan ke rumah sakit. Sementara Yuan, tiga tahun yang lalu ia mati di dalam sel karena kesehatan fisiknya menurun, dan Nathan belum mengetahui kebenaran tersebut karena sel mereka terpisah. Cukup lama ia terbaring, setelah dilakukan serangkaian perawatan, Nathan terbangun dengan suara batuknya. Ya, paru-parunya bermasalah dan harus seger

  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Di mana Daddy

    "Edward, apa kau sudah menemukan informasi tentang Daddy?" Edgard masuk dan duduk di sebelah Edward, anak itu begitu sibuk dengan laptop di hadapan, sesekali membenarkan kacamata. Tangannya bergerak lancar di tombol, menemukan beberapa informasi penting yang sekiranya berguna. Edward menggeleng lemah, menciptakan raut kecewa yang terlihat jelas di wajah Edgard. Edgard melipat kedua tangan di meja, kemudian menjadikannya penyangga dagu. "Kapan kita akan bertemu Daddy?" Edward terlihat serius dan belum menyerah, ia yakin masih ada petunjuk lain. Keduanya terus menjalin komunikasi dengan William dan juga Sean, yang berulang kali mengatakan jika dirinya begitu merindukan kedua cucunya tersebut. "Entah. Padahal keluarga Daddy sangat mudah dikenal, tapi mendapatkan potretnya saja terasa sulit. Apa mungkin semua informasi tentang Daddy terhapus dari media?" sahut Edward. Edgard berpikir keras. Ia tak yakin jika ayah kandung mereka mirip dengan William, bisa saja ayahnya jauh lebih

  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Bayi Kembar

    6 Bulan kemudian ... Ruang operasi menampakkan beberapa orang yang terlihat sibuk, dengan kepanikan luar biasa. Pasien wanita terbaring lemah tak sadarkan diri setelah disuntikan bius. Banyak darah yang terbuang dan membuatnya membutuhkan transfusi darah. Untungnya tidak terlalu sulit. Setelah satu masalah selesai, operasi persalinan mulai dilakukan, semuanya siap dengan tugas masing-masing. Tak ada keluarga yang menunggu, pasien itu datang seorang diri dan mengurus semuanya sendiri. Waktu operasi memakan waktu selama dua jam, dua bayi kembar berhasil diselamatkan. Beberapa orang di ruangan itu bernapas lega, sebelum akhirnya memindahkan pasien tersebut ke ruang rawat khusus selama masa pemulihan. Perawat pria masuk untuk mengecek kondisinya, menyuntikkan sesuatu pada cairan infus dan menatap pasiennya cukup lama. "Kau memang wanita yang hebat. Aku harap, setelah ini kau hanya akan mendapatkan kebahagian yang tak berujung," ujarnya lirih. Di balik masker bibirnya terseny

  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Penjara

    Kedatangan Sean dan William tentu saja disambut baik oleh Budi, pria itu turut senang ketika mengetahui kedatangan keduanya yang bermaksud untuk melamar Arini. Dari yang ia dengar dari anak-anaknya, Sean dan William adalah orang baik yang mengasingkan diri dan juga kerap melindungi Arini.Budi beruntung hal-hal baik masih menimpa dirinya, andai saja Arumi masih hidup, pasti istrinya akan sangat bahagia. Arini pun tak keberatan dan menerima lamaran William, meski mereka berdua juga heran ke mana perginya Monica, William hanya memberitahu jika Monica sedang ada urusan bisnis di luar negeri selama beberapa tahun ke depan, dan tidak bisa diganggu untuk sementara waktu.Satu bulan setelah kedatangan William, mereka benar-benar menikah, dan memutuskan untuk tetap menetap di desa, lagi pula William juga menyukai suasana di sana, meski sesekali mengurus pekerjaan di kota, ia tetap tak lupa pada tanggung jawabnya."Sayang, masak apa hari ini?"Tangan kekar William melingkar di pinggang ramping

  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Hamil

    "Selamat, ya! Usia kehamilan Anda sudah memasuki tiga bulan." Bagaimana tersambar petir, ini kabar yang tidak ingin ia dengar. Monica semakin panik, tapi berusaha sebisa mungkin untuk mengendalikan emosinya sendiri. Ingin marah pada siapa? Nathan? Pria itu sudah mendekam di penjara. "Dokter yakin ini hasil akhirnya?" Dokter tersebut tersenyum. Ia malah menawarkan tes USG, akhirnya Monica menyetujui. Dan hasilnya, ia bisa melihat dengan jelas wujud makhluk kecil di dalam perutnya. Refleks ia menangis, membuat dokter berpikir jika Monica hanya terharu. Ia pergi, dengan perasaan yang entah. Karena tak percaya, ia memutuskan untuk mengecek kandungannya di beberapa rumah sakit kota dan hasilnya tetap sama. Di dalam mobil pikirannya entah ke mana. Monica meremas kuat perutnya, berharap makhluk tak berdosa itu segera pergi dan hancur di dalam sana. Ia memukul beberapa kali tapi berakhir dengan suara tangis yang menggema di seisi mobil. Malam semakin larut, sementara dirinya ma

  • Istri Kedua dari Rumah Bordil   Petaka

    Pintu tiba-tiba terbuka, beberapa orang berseragam datang menerobos masuk secara paksa ke ruangan Nathan. "Apa-apaan ini? Kalian bersikap tidak sopan di tempatku," bentak Nathan garang. "Angkat tangan dan jangan bergerak! Anda ditangkap atas kasus penganiayaan yang dilakukan terhadap saudari Arini." Nathan langsung menoleh cepat ke arah Monica. Wanita itu memasang wajah sedih dan juga air mata palsunya. "Pak, ini pasti hanya salah paham. Tolong jangan tangkap suami saya!" "Maaf, Bu. Barang bukti sudah ada di kantor polisi. Jika ingin menjelaskan lebih lanjut, silahkan ke kantor polisi. "Sayang, apa ini rencanamu?" Monica yang tadinya nangis malah tersenyum miring. Buru-buru ia mengganti ekspresi dan berbicara mengiba pada beberapa anggota itu. "Bolehkah saya memeluknya dulu?" Mereka saling adu tatap seperti meminta persetujuan, atau mungkin keheranan. Karena sebagai korban, Monica dianggap terlalu baik pada suaminya. "Baiklah. Satu menit!" Monica tersenyum antus

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status