"Beraninya kamu ngomong begitu sama Anita?" kata mas Arman dengan suara lantang, aku yakin Nita di sana sedang senyum penuh kemenangan.
"Memang kenapa Mas kan memang benar kan," balasku sesantai mungkin, aku sudah tak selemah kemarin Mas.
"Kamu minta maaf sama Nita sekarang atau..."
"Atau apa mas?"
"Aku akan membuat hidupmu lebih menderita dari sekarang!" Mas Arman mengancam ku.
"Ya sudah lakukan saja hidupku memang sudah menderita sejak menikah denganmu Mas," tantang ku.
"Oke kalau itu mau mu,"
"Baiklah Mas tapi jangan marah kalau Bibi Kayla dan keluargamu tau jika aku ini adalah istri barumu yang sah!" kataku dengan suara lantang.
Tut Tut Tut ......
Mereka memutuskan sambungan telepon secara sepihak, apakah kata kataku tadi berhasil menciutkan nyali keduanya? ah entahlah yang penting aku sudah puas karena sudah tidak terlihat lemah lagi di hadapan keduanya.
****
Suara deru mesin mobil mas Arman sudah terdengar, tapi tumben hari ini dia pulang lebih awal biasanya kan dia akan pulang malam hari.
"Anisa......" panggil mas Arman setengah berteriak.
Dengan tergesa-gesa aku menghampirinya di mobil, karena ia terlihat kerepotan membawa belanjaan yang lumayan banyak. Kukira dia pulang cepat karena ingin menceramahi diriku sebab berani melawan kekasih hatinya, rupanya ia sedang belanja toh.
Tapi eits.... kenapa pintu samping mobil juga terbuka? apakah wanita itu juga datang kemari.
"Nisa kamu bawa belanjaan ini !" titah mas Arman.
"Loh kok aku? kan ada Nita jadi kalian bisa membawanya bersama,"
"Gak usah protes saya bilang bawa ya bawa!" ucap mas Arman dengan suaranya yang lantang.
Daripada aku dimarahi olehnya di hadapan Nita lebih baik saat ini aku mengalah dulu. Nita menggandeng suamiku dengan mesra, dan juga memberikan senyum hina padaku.
Mataku memanas dengan ajang pamer keduanya, mungkin ini adalah balas dendam keduanya atas ucapan ku siang tadi. "Kalian tunggu saja pembalasanku," kataku dalam hati.
Dengan bersusah patah aku membawa belanjaan yang dapur yang super banyak hingga selesai dan tertata rapi di dapur.
"Nisa....." panggil mas Arman lagi dari ruang keluarga.
Dengan malas ku hampiri mas Arman yang tengah bersantai bersama Nita, huh sebel harus melayani wanita perusak rumah tangga orang.
"Ya,"
"Buatkan saya dan Nita minum,"
"Saya mau minum teh aja tapi gulanya dikit aja, takut nanti gendut terus ayang aku gak cinta lagi," ucap Nita dengan nada bicaranya super manja.
"Saya kopi seperti biasa saja Nis," ucap mas Arman.
Baiklah Nita teh tanpa gula kan, mungkin sedikit rasa gurih akan membuat tubuhmu semakin body goal.
"Baik," balasku mantap dan langsung segera menuju dapur menyiapkan minuman untuk tamu spesial di hari ini.
Pertama-tama ku hidangkan dulu kopi hitam kesukaan mas Arman, lalu kemudian membuat teh yang kuberi dua sendok makan garam dan tak lupa kuberi es batu agar terlihat begitu menggoda.
Dengan senyum sesempurna mungkin ku hidangkan minuman spesial ini pada tamuku.
"Silahkan dinikmati ya mbak Nita," ucapku padanya sembari tersenyum.
Mas Arman tampak menikmati kopinya dan Nita wajahnya memerah saat mulai meminum teh spesial dariku.
"Gimana Mbak enak kan? jangan lupa dihabiskan ya saya kebelakang dulu," kataku.
Ingin sekali aku tertawa di hadapannya, rasain tuh pembalasanku Anita. Apakah body mu akan tetap seksi ataukah tensi darahmu yang akan naik sekarang? aku tak bisa membayangkannya lagi.
Sepertinya tadi Nita terlalu terkejut dengan sajian dariku sehingga ia tak melapor pada mas Arman, tapi baguslah aku bisa dengan mulus menjalankannya rencana ku.
"Nisa kamu buatkan nasi goreng seafood untuk makan malam," kata mas Arman.
Baiklah mas ku turuti tapi berhubungan sudah adzan maka ku putuskan untuk sholat magrib dulu baru mempersiapkan hidangan spesial yang kedua.
"Tapi saya magriban dulu mas,"
"Terserah."
****
Usai ku jalankan kewajiban ku sebagai umat muslim, ku persiapkan bahan-bahan untuk membuat nasi goreng sebagai menu makan malam ini sesuai dengan permintaan mas Arman. Ku buat senikmat mungkin dan tak lupa aku menyisihkan sepiring untuk Kayla, karena anak itu tidak akan keluar dari kamarnya karena ada Nita di rumah ini.
Nasi goreng untuk Nita tak langsung ku taruh dalam piring, kubiarkan dulu di wajan dan kumasukkan obat pencahar yang kubawa dari kamar tadi.
Maafkan Anisa Ya Allah karena telah melakukannya ini, semuanya ku lakukan agar wanita itu sadar dan meninggalkan Arman sehingga aku masih bisa membangun rumah tangga seperti yang ku impikan.
Aku tidak mau munafik karena sejujurnya aku masih memiliki sedikit cinta untuk mas Arman, maka ku perjuangkan dulu dan mendepak selingkuhannya itu.
Setelah dirasa semua siap aku pun membawa semua hidangan istimewa ini di meja makan, tak lupa ku bawakan pula sepiring nasi untuk Kayla di kamarnya.
****
"Ayo sayang kita makan malam bareng bareng," kata mas Arman pada Nita.
Aku yang duduk di hadapan mereka hanya bisa tersenyum kecut.
"Ayo Mbak Nita dimakan spesial nih aku yang masak," kataku dengan senyum yang dipaksakan.
Mereka menikmati nasi goreng buatan ku dengan lahap, sesuap dua suap masih aman terkendali. Namun saat setengahnya sudah dihabiskannya oleh Nita, reaksi obat pencahayaan pun mulai bekerja.
"Mas kok perutku kembung ya," ucap Nita.
"Kok bisa masuk angin mungkin,"
Aku hanya bisa menahan senyum agar mereka tak mencurigai ku, kan bisa berabe kalau mereka tau yang sebenarnya.
Tuuuuut...... jangan tanya suara apa itu yang pasti itu adalah kentut ya suatu zat yang mengandung unsur gas dan memiliki aroma yang sangat khas, membuat siapapun yang menciumnya ingin mengeluarkan kata-kata mutiara.
"Sayang kamu kentut ya bau banget akh," kata mas Arman sambil menatap Nita dan menutup hidungnya.
"Iya maaf sayang gak aku gak tahan," ucap Nita sembari memegang perutnya.
"Rasain pembalasanku Nita jangan main main lagi denganku." kataku dalam hati.
Tuuuuut...... gas itu keluar lagi dan aromanya sangat memabukkan.
"Sayang kamu ngentut lagi?" lontar mas Arman.
"Mbak Nita gimana sih kentut kok di meja makan, bikin gak selera makan aja," ucapku sambil menunjukkan ekspresi tak suka.
"Diam ya elo!" bentak Nita.
Tuuuuut..... brot
"Nita kamu kok jorok banget sih sayang, selera makanku jadi hilang gara-gara kamu," kata mas Arman geram.
"Sayang maaf ...." ucap Nita memelas sambil terus memegangi perutnya.
Wajah cantik Nita kini berubah menjadi merah, mungkin karena ia menahan amarah dan juga malu sekaligus. Ingin sekali aku tertawa sekarang tapi melihatnya seperti ini, aku merasa kasihan padanya.
"Ini pasti gara-gara elo kan, elo yang ngerjain gue kan makanya gue sekarang mules kayak gini!" tuduh Nita yang memang adalah benar, akulah dalang dibalik semua ini.
"Nita sudah cukup!" kata mas Arman tiba-tiba. "Tapi sayang aku begini karena kelakuan istri kamu yang gak becus itu," "Mungkin kamu yang salah makan tadi kalau Nisa yang gak bener masaknya pasti aku juga akan sakit perut buktinya hanya kamu kan yang bermasalah," "Kamu belain dia sayang? dia udah bikin aku keracunan tau," "Lebih baik kamu sekarang ke kamar mandi tuntaskan hajatmu daripada membuat keributan disini," balas mas Arman dengan tatapan dingin pada Nita. Wah rasanya aku tak percaya melihat rencana licik ku sukses membuat mereka berselisih, ini baru awal Nita tunggu saja pembalasan selanjutnya. "Kamu tega Mas! hiks hiks hiks," ucap Nita meninggalkan meja makan sambil menangis. Padahal aku memberi obat pencahar dalam makanan Nita hanya sedikit, tapi efeknya bekerja dengan cepat. Maafkan aku Nita bukan maksudku untuk meracuni mu tapi kalau hanya dengan omongan kau tidak akan pernah mendengar ku mungkin dengan cara seperti ini kau akan mundur dan melepaskan mas Arman. Ki
"Mas...... aku mohon hentikan," Mas Arman sedikitpun tidak mendengarkan kata-kataku ia semakin buas dan menatapku dengan liar. Kedua tangannya yang kekar mencengkeram kuat tubuhku hingga aku semakin tak berdaya. Aku pasrah tidak berdaya air mataku tak henti-hentinya mengalir, tubuhku dan hatiku sangat menolak tetapi nafsu telah menggiring mas Arman melakukan ini. "Aaakh sakit Mas.....," pekik ku saat tangannya mulai menjarah bagian dadaku. Bukannya menghentikan kegiatan tangannya dan menyudahi semua ini Mas Arman justru menyumpal bibirku dengan bibirnya sehingga membuatku kesulitan bernafas. Tangannya menggerayangi tubuhnya dan melucuti pakaian yang ku gunakan satu persatu. Dia sama sekali memperdulikan diriku yang tengah kesakitan karena perlakuan kasarnya, jangan tanya nikmat atau tidaknya karena pasti jawabnya adalah sangat tidak mengenakkan justru sangat menyiksa. Dia mulai melakukan hal itu padaku, suara suara desahan yang keluar dari bibirnya membuat bulu kudukku merinding
Setelah kepergian mas Arman ku paksakan diriku untuk mandi sekedar membersihkan badanku, aku tak mau memanjakan rasa sakit yang tengah bersarang di tubuhku karena jika dimanjakan sakit yang biasa saja bisa menjadi penyakit sebenarnya. Rasanya badanku sedikit ringan usai dibersihkan, kepalaku yang tadinya pusing sudah mulai membaik dan mataku yang tadinya berat pun sudah kembali normal. Hanya saja badanku masih terasa sedikit nyeri, mungkin akibat aktivitas semalam. Aku belum pernah melakukan hubungan layaknya suami-istri dengan mas Arman bisa jadi nyeri yang tengah ku rasakan merupakan bentuk ketidaksiapan dari tubuh. Suara deru mas Arman sudah terdengar, terlihat beberapa cemilan dan dua bungkusan yang ditentengnya dalam plastik. Kutebak isi dalam bungkusan tersebut adalah nasi kuning, aromanya begitu khas dan sangat kukenal. "Cepat sarapan dulu," ucapnya sambil berjalan ke ruang makan aku hanya mengikutinya dari belakang. Sebelum menyantap sarapan aku mencuci tangan terlebih dahu
Ku hembusan nafasku secara perlahan, untuk menenangkan hatiku yang sedang berkecamuk dan di selimuti oleh ketakutan. Bibir ini terus melafazkan istighfar agar menjadi lebih tenang, dan berusaha berpikir positif. Ku yakinkan diri sendiri bahwa tidak ada apa-apa dan semua baik-baik saja, pria itu hanya kebetulan memarkirkan mobilnya dan tidak sedang mengintai ku. Ku tepis pikiran pikiran negatif yang sempat meracuni otakku. "Semoga yang sempat kupikirkan tadi tidak benar, dan semua baik-baik saja." kataku pada diri sendiri. Setelah keadaanku terasa lebih baik dari sebelumnya, ku seduh coklat hangat untuk menemaniku membaca novel. Hari-hariku selalu ditemani novel online berbeda jauh dengan dulu, jujur rasanya sangat membosankan. Setiap hari aku harus mengerjakan pekerjaan rumah, antar jemput Kayla, dan membaca novel online, semua kegiatan itu terasa sangat monoton. Tidak ada canda tawa yang mengisi kesunyian hari-hariku, berbeda jauh dengan dulu kala dimana setiap hari aku bebas mel
Apa yang bisa kau lakukan dengan tubuhmu yang kecil ini, dengan sekali sentakan aku mampu mematahkan tulang mu," ucap mas Arman datar dan dingin. Aku hanya diam dan kaku, tak bisa ku bayangkan bila mas Arman serius dengan kata katanya barusan, bagaimana jika dia benar-benar mematahkan tulang ku dengan kedua tangan kekarnya? "Jika kamu masih mau hidup dan selamat lebih baik ikuti saja semua kata-kata ku dan jangan pernah campuri urusan ku dan Nita," ucapnya "Dan ingat status mu saat ini hanyalah pembantu berkedok istri, jangan pernah kau ajari saya tentang pernikahan aku tak pernah tertarik padamu," lanjutnya. Berdebar jantungku berdebar nafasku tercekat saat tangan kirinya mencengkeram leherku dengan kasar, penampakan nya seperti malaikat pencabut nyawa yang siap mencabut nyawaku kapanpun. "Sa-sakit Mas," ucapku terbata-bata menahan sakit di pergelangan tangan dan leherku. Bukannya iba denganku mas Arman justru memperkuat cengkeramannya di tanganku menambahkannya rasa nyeri disan
Tiba-tiba kakiku merasakan telah menginjak sesuatu, dan saat ku tengok ternyata aku menginjak sebuah kotak berwarna merah pekat dengan pita di atasnya, dengan cepat kuambil kotak itu dan masuk rumah kemudian kembali mengunci pintu dan berlari menuju kamar secepat mungkin karena aku penasaran apa isi kotak ini. *****Setelah tiba di kamar, aku langsung berkonsentrasi pada kotak yang ku temukan barusan. Ku bolak balikkan kotak merah ini berharap mendapat petunjuk siapa yang mengirimkan hadiah yang menurutku misterius, namun g,a kotak tersebut, tumpukan foto-foto mas Arman bersama Nita juga foto diriku ada di dalamnya pasti pengirim kado ini adalah seseorang yang sama dengan orang yang telah mengirimkan pesan padaku.Ku pandang foto-foto itu dengan hati yang pilu sulit tuk dijelaskan bagaimana perasaan ku saat ini. Marah, kecewa, sedih, dan sakit butiran kristal bening pun tanpa permisi lewat begitu saja.Sebuah kertas putih menyita perhatianku, mungkin ini adalah petunjuk dari si pengir
"Sebenarnya kami selama ini mengawasi mu dari kejauhan dan juga mengetahui tabiat suamimu," jawab Papa dengan suara bergetar.Begitu sayangnya mereka terhadapku tanpa ku sadari mereka selalu ada di sekitarku, rasa bersalah dan menyesal kian bertambah pada keduanya. Aku hanya bisa menundukkan kepalanya sembari kedua tanganku menutup wajah, air mataku sudah mengalir deras disana.Aku menangis tanpa suara, Mama merengkuh tubuhku dan memberi kehangatan dalam di dalam hatiku. Dalam hatiku aku mengutuk diriku sendiri yang sangat bodoh tidak mempertimbangkan segalanya untuk mengambil keputusan terbesar dalam hidupku. Aku terlalu buta dan tidak mendengarkan orang-orang di sekitarku, memang benar petuah orang orang terdahulu ridho orang tua adalah ridho dari Allah, jika orang tua tidak meridhoi jalan yang kita pilih berarti Allah pun tak memberikan ridho-Nya. Nasi memang sudah jadi bubur, tapi bubur yang ku buat harus diperbaiki dengan sedikit perubahan akan membuat orang menjadi tertarik da
Kamu....." ucapku dan pria itu bersamaan saling menodongkan jari telunjuk sedangkan Mama dan Papa hanya terdiam heran dengan sikap kami."Anisa ya," ucap pria itu sambil tersenyum."Iya, kamu Rayhan bukan?" "Iya betul gak nyangka kita bisa bertemu lagi," "Kalian berdua sudah saling kenal?" lontar Papa sambil terus memperhatikan aku dan Rayhan."Rayhan ini teman SMA aku Pa tapi beda kelas dari kelas 1 sampai lulus," balasku diiringi senyum karena senang dapat bertemu dengan teman lama.Rayhan pun membalas pertanyaan Papa dengan tersenyum dan duduk di sebuah kursi yang masih kosong."Baguslah kalau kalian sudah saling mengenal, oh ya Nisa ini adalah orang yang selama ini mengumpulkan informasi tentang Arman dan kamu, dan sekarang dia juga yang Papa percayakan untuk mengurus proses perpisahan mu dengan Arman," terang Papa.Jadi selama ini Rayhan lah yang membantu Mama dan Papa mengontrol ku dari jauh, apakah dia juga yang mengirimiku pesan dan kado itu? "Nisa....," panggil Mama sambi
"Mas bantuin dong, barang kamu banyak banget loh berat lagi," ucap Anisa sambil mengangkat karton yang lumayan berat berisi barang barang Arman.Arman memutar bola matanya dengan malas dan tidak menanggapi atau membantu Anisa."Mas bisa gak bantuin saya, ini juga kan semuanya barang barang kamu," kata Anisa lagi dengan suara yang sedikit lantang.Arman menghentikan langkahnya kemudian menoleh ke arah Anisa."Kamu bisa diam gak sih, berisik banget heran saya angkat semuanya sendiri gak usah manja," sergah Arman, kemudian laki laki itu pergi ke kamarnya."Tapi kan Mas....""Nggak ada tapi tapian, saya mau mandi jangan berisik!"Memang keterlaluan pria itu, memberikan sedikit bantuan pada istrinya sangat berat di lakukan padahal itu semua adalah barang barang miliknya. Sebagai pria sejati yang baik seharusnya dia tidak melakukan itu, apalagi usia pernikahan mereka baru memasuki bulan pertama.'Apa yang harus ku lakukan untuk memberimu pelajaran mas, supaya kamu tuh tau aku istri bukan ba
"Bapak mau ngembaliin fasilitas saya dan Nita Pak? terimakasih banyak Bapak memang bos yang paling terbaik deh, saya janji tidak akan mengecewakan Pak bos," ucap Arman dengan girang bahkan dia mencium punggung tangan Faisal.'Dasar penjilat memangnya kau pikir aku orang bodoh? menjijikkan' batin Faisal dalam hati, sebenarnya dia sangat jijik dengan apa yang dilakukan Arman."Eits jangan girang dulu pak Arman, saya akan memberimu kendaraan yang tentunya cocok denganmu, ini kuncinya semoga kamu suka ya," balas Faisal sambil tersenyum dan memberikan sebuah kunci motor pada Arman."Kalau begitu saya pamit. Ingat ya besok pagi-pagi kalian langsung menuju ruangan cleaning servis!' lanjutnya.Arman dan Nita menatap nanar kunci motor yang kini tengah berada di telapak tangan mantan manajer itu. Apalagi saat mata mereka menatap sebuah motor matic keluaran lama terparkir dengan manis di hadapan keduanya. Meskipun kondisi mesin dan body motor itu masih sangat mulus, tapi menurut mereka motor itu
POV Rayhan.Hari itu aku mendapat tugas dari klien untuk menyelidiki suami dari putrinya. Awalnya aku menolak bagi bagiku orang tuanya terlalu protektif terhadap putri semata wayangnya itu. "Maaf Pak tapi apakah ini terlalu berlebihan dan mengganggu privasi anak bapak?" tanyaku pada klienku."Justru ini untuk kebaikan anak saya, karena keadaannya berbeda dari yang lain saya curiga anak saya menikah karena dipaksa sehingga dia tidak menghubungi saya dan ibunya ketika menikah," jawab bapak itu.Aku paham setiap orang tua pasti ingin yang terbaik bagi anak-anak mereka, apalagi jika itu anak satu-satunya. Bisa dibayangkan sehancur apa hati para orang tua jika mendapati anaknya di sia siakan, tapi menurutku ini terlalu berlebihan toh mereka sudah dewasa dan dapat memutuskan yang terbaik untuk masa depan mereka sendiri."Saya dengar kamu adalah pengacara muda tapi sangat profesional, dan saya bersedia bayar berapapun yang kamu minta asal tolong selidiki tentang putri saya," kata bapak itu
Ini pasti karena kamu nikah sama Anisa makanya rencana kita terbongkar, wanita itu memang pembawa sial Mas!" ucap Nita menambah emosi Arman kian memuncak."Aarrgh.... Anisa lagi Anisa terus, aku pusing Nita!""Kenyataannya memang begitu kan sejak Anisa masuk dalam kehidupanku kamu, kesialan terus menimpa kita," ucap Nita."Kamu juga kenapa pake bawa bawa namaku sih, kan aku juga kena batunya," Bukannya membujuk Arman agar tidak bertambah emosi, Nita justru membuat suasana hati Arman bertambah panas."Keluar kamu bikin saya tambah stres saja pergi kamu!" usir Arman pada Nita. lantas saja wanita itu keluar dari ruangan arman sambil mencebikkan bibirnya dan menghentak hentakan kakinya.Sungguh hari yang sangat memalukan bagi Arman dan Nita. Bagaimana tidak malu beberapa menit yang lalu kedok mereka berdua terbongkar di hadapan para staf."Apa apaan ini kamu mau bikin perusahaan ini bangkrut hah!" bentak pak Faisal pada Arman yang tadinya sangat percaya diri tingkat dewa.Wajahnya panas
"Bagaimana sayang kalau jika laporan ini di setujui oleh pak Faisal kita akan semakin kaya, aku bakal belikan apa saja yang kamu inginkan," ucap Arman pada Nita sambil memegang map berwarna biru."Kalau gitu nanti kita check-in hotel yuk, aku kangen....." balas Nita dengan manjanya sambil memainkan rambutnya dan tersenyum nakal, tentu saja sebagai pria normal gestur tubuh Nita membuat Arman menjadi panas dingin."Hmmm ya udah di sini aja kalau kangen," balas Arman."Nggak mau nanti ada yang lihat bisa berabe kita," "Makanya dulu dulu kamu sok jual mahal, sekarang malah ketagihan minta duluan," ujar Arman.h dong takutnya kami ninggalin aku padahal udah dapet enaknya," balas Nita dengan bibirnya agak di monyongin.Bibir seksi Nita yang di monyong kan pemiliknya, sontak membuat Arman semakin tidak tahan dan memagut bibir seksi sekertaris nya itu dengan ganas dan terjadilah pergulatan bibir antara Arman dan Nita.****"Halo assalamualaikum Om," sapa Anisa pada on Faisal melalui sambunga
"Kamu masih ingat dengan Desi?" tanyanya"Hmm ingat dia kan temanku masa SMA, dan dia juga teman sekelas ku bahkan kami dulu semeja," "Jadi begini mbak Anisa Desi itu adalah mantan istri suami mbak," ucap Rayhan berhasil membuat ku terkejut hingga hp di tanganku terjatuh."A-apa maksudmu? Desi ibu kandungnya kayla?" tanyaku sambil terbata-bata."Iya benar,"Desi Indarwati adalah teman sekolah sekaligus salah satu sahabat terbaik yang pernah ku miliki, Desi adalah sosok yang periang dia yang selalu menghiburku di saat-saat aku sedih karena di tinggal Mama dan Papa ke luar kota.Kenyataan yang tak pernah terpikirkan oleh diriku sedikit pun jika sahabat baikku pernah menjadi pasangan hidup suamiku. Sayangnya nasibnya tidak beruntung, mungkin selama menjadi istri mas Arman Desi mengalami penderitaan hingga akhir hayatnya.Yang ku ketahui Desi adalah anak yatim piatu sedari kecil dia tinggal bersama nenek dan bibinya."Dari mana kamu bisa tau jika Desi dulunya istri masa Arman," tanyaku p
[Aku ingin mereka menerima pelajaran dan konsekuensi atas perbuatan yang telah mereka lakukan][Baik lakukan apapun yang kamu inginkan Nak]Aku tidak ingin mas Arman dan Nita di pecat begitu saja karena pemecatan bukan jaminan mereka akan jera. Namun mereka berdua memang harus di berikan pelajaran agar dapat memberikan efek jera bagi keduanya, dan akulah yang akan melakukannya.Sore ini Kayla sudah diizinkan pulang oleh dokter karena keadaannya sudah pulih hanya saja Kayla harus meminum beberapa obat agar virus dalam tubuhnya benar-benar hilang dan sembuh total.Betapa bahagianya anak itu saat matanya melihat pemandangan luar rumah sakit, walaupun wajahnya masih pucat tapi senyumnya yang manis itu masih tetap indah.Hari ini aku sendirian yang membawa Kayla pulang menggunakan taksi online karena mas Arman seperti biasa susah di hubungi biarpun ia tahu putrinya sedang tidak sehat.Rencananya besok aku akan bertemu dengan om Faisal untuk mulai melancarkan aksiku membuat jera mas Arman d
"Mbak Anisa mohon maaf sebelum ada yang ingin saya sampaikan," lanjutnya"Ada apa Rey?" spontan aku langsung bertanya karena jujur ada sedikit rasa penasaran."Sebenarnya mantan istri Arman itu....." "Nisa!"panggil seseorang yang suaranya tidak asing.Ya pemilik suara itu adalah mas Arman suamiku, wajahnya mengguratkan kecemasan."Ada apa dengan Kayla kenapa dia bisa di infus seperti ini,""Kata dokter Kayla terkena DBD Mas," balasku sesuai dengan perkataan dokter.Penyakit yang sedang di derita Kayla saat ini adalah DBD (Demam berdarah) merupakan suatu penyakit yang lumayan ganas dan menghawatirkan, jika terlambat penanganannya bisa menyebabkan kematian."Ini pasti kamu kan yang gak becus kan ngurus Kayla," ucap mas Arman sontak membuat emosiku menjadi tidak terkendali jika aku tidak memiliki etika mungkin aku sudah melayangkan tanganku ini di wajahnya."Mas ini di rumah sakit tolong jaga sikap," kataku setengah berbisik Rayhan nampak menatapku dengan iba."Halah memang kamu yang ti
Kamu....." ucapku dan pria itu bersamaan saling menodongkan jari telunjuk sedangkan Mama dan Papa hanya terdiam heran dengan sikap kami."Anisa ya," ucap pria itu sambil tersenyum."Iya, kamu Rayhan bukan?" "Iya betul gak nyangka kita bisa bertemu lagi," "Kalian berdua sudah saling kenal?" lontar Papa sambil terus memperhatikan aku dan Rayhan."Rayhan ini teman SMA aku Pa tapi beda kelas dari kelas 1 sampai lulus," balasku diiringi senyum karena senang dapat bertemu dengan teman lama.Rayhan pun membalas pertanyaan Papa dengan tersenyum dan duduk di sebuah kursi yang masih kosong."Baguslah kalau kalian sudah saling mengenal, oh ya Nisa ini adalah orang yang selama ini mengumpulkan informasi tentang Arman dan kamu, dan sekarang dia juga yang Papa percayakan untuk mengurus proses perpisahan mu dengan Arman," terang Papa.Jadi selama ini Rayhan lah yang membantu Mama dan Papa mengontrol ku dari jauh, apakah dia juga yang mengirimiku pesan dan kado itu? "Nisa....," panggil Mama sambi