"Ayah, Ibu," sapa Kenzo sambil menahan penolakan dalam hatinya."Ya, anak baik." Sebelumnya Tania merasa agak kesal karena Kenzo tidak menjemput putrinya. Kini, setelah melihat Kenzo yang begitu tampan dan berkarisma, kekesalan itu sontak sirna. Wajah Tania dipenuhi senyuman puas.Jika dibandingkan dengan ekspresi Sugian yang suram, keduanya terlihat sangat kontras. Sugian mendengus dan tidak meladeni Kenzo. Kemudian, dia kembali ke ruang privat.Suasana seketika menjadi canggung. Untung saja, Melvin sudah terbiasa dengan acara seperti ini. Melvin bertanya, "Eh, Odessa, siapa mereka berdua?"Sebelum Odessa menjawab, Jaeli sudah memperkenalkan diri, "Halo, Paman. Aku kakak Odessa. Ini suamiku, Declan."Kemudian, Jaeli menatap Odessa dan menegur, "Odessa, sapa kakak iparmu dong."Odessa mengepalkan tangannya. Lantaran terpaksa, dia tersenyum sambil menyapa, "Kak Jaeli, Kak Declan."Odessa tidak pernah memanggil Jaeli dengan sebutan kakak karena terus ditindas. Kini, Jaeli pun mendapat ke
Taman Gangga? Melvin melirik putranya. Kalau tidak salah ingat, itu adalah lahan relokasi. Anak perusahaan di bawah Grup Eternal membangun gedung itu untuk pemerintah secara gratis sebagai imbalan.Ketika melihat senyuman tipis Kenzo, Melvin tahu dugaannya benar. Dia berpura-pura terkagum-kagum. "Oh, Taman Gangga? Aku pernah dengar. Itu proyek perusahaan besar. Ternyata kamu mengerjakan proyek besar. Sepertinya level Odessa jadi menurun karena menikah dengan Kenzo."Saat ini, Sugian yang diam sejak tadi, akhirnya berkata dengan ekspresi dingin, "Pak Melvin, mereka memang sudah nikah, tapi acara tetap harus diadakan. Kami seharusnya nggak meminta ini, tapi sepertinya kalian nggak bakal mengadakan acara kalau kami nggak bilang apa-apa."Sugian menatap Odessa dan meneruskan, "Kami membesarkannya dengan susah payah. Kami juga nggak bisa apa-apa karena dia mengambil akta nikah tanpa izin kami. Tapi, sebagai orang tua, kami nggak ingin usaha kami sia-siap. Jadi, kira-kira berapa mahar yang b
"Kapan bakal terkumpul? Aku mau tahu tanggal pastinya!" Sugian makin merajalela.Kenzo tidak pernah melihat orang yang begitu tidak tahu malu seperti Sugian. Sambil menahan diri, dia berucap dengan ekspresi datar, "Aku baru beli rumah untuk pernikahan, jadi nggak ada uang sekarang. Kalau Ayah Mertua bersikeras, kita buat surat utang saja dulu."Begitu ucapan ini dilontarkan, Jaeli yang menonton sejak tadi pun tak kuasa tertawa. Declan juga merasa lucu, bahkan bersikap makin sombong.Sambil menggerakkan tubuh gendutnya, Declan mengejek, "Apa perlu buat surat utang? Aku bisa menghasilkan 1 miliar dalam setengah tahun. Masa kamu harus buat surat utang?""Declan, kami tahu kamu hebat. Tapi, jangan merendahkan orang seperti ini." Mata Tania memerah. Hari ini adalah hari bahagia putrinya, tetapi Sugian malah mengacaukannya.Ini pertama kalinya Kenzo dihina oleh orang-orang yang asal-usulnya tidak jelas. Karena diancam ayahnya, Kenzo hanya bisa menahan diri untuk tidak mengamuk.Setelah diam
Kenzo sedang merasa pusing karena harus menghadapi keluarga Odessa yang serakah."Rupanya kamu di sini." Odessa menemukan Kenzo yang berwajah murung di tangga.Kenzo merasa kesal melihat Odessa. "Kamu masih berani muncul di hadapanku? Apa-apaan ayahmu itu? Dia ingin kaya dengan menjual putrinya ya?"Odessa merasa bersalah. Dia menunduk dan terdiam beberapa saat sebelum menyahut, "Semalam aku sudah beri tahu kamu. Apa pun yang dibilang keluargaku, anggap saja angin lalu ....""Huh! Mudah sekali kamu bicara. Kamu kira aku begitu murah hati? Gimana kalau kita tukaran posisi? Gimana kalau orang tuaku yang menghinamu?" sahut Kenzo."Aku nggak bakal mengeluhkan apa pun.""Apa katamu?"Odessa mengangguk dengan sungguh-sungguh. "Ya. Aku yang pilih jalan ini. Aku nggak seharusnya menyesali pilihanku sendiri."Odessa mengisyaratkan bahwa Kenzo harus menahan segala kekesalannya karena ini pilihannya sendiri."Berhenti mengatakan hal seperti itu. Saat mengambil akta nikah, aku sudah bilang aku mis
"Odessa, kenapa kamu nggak bisa merasakan cintaku kepadamu? Apa hebatnya pria itu? Dia cuma lebih tampan sedikit. Selain itu, nggak ada lagi yang bisa dibanggakan. Nggak seperti aku yang ....""Cukup!" Odessa sungguh murka. Jika bukan karena takut mengganggu ibunya, dia pasti sudah memaki Sugian habis-habisan.Odessa memejamkan matanya dan menarik napas dalam-dalam, lalu menggertakkan gigi sambil berkata, "Sugian, jangan keterlaluan. Kesabaran orang ada batasnya. Kalau sampai aku terdesak, aku bisa menghancurkan reputasimu.""Kamu minta mahar sebesar 1 miliar, 'kan? Kamu rasa kamu punya kesempatan untuk menghamburkannya? Apa aku perlu melapor polisi kalau kamu diam-diam membudidayakan bunga opium?""Kamu pasti tahu tindakan ini ilegal, 'kan? Hukuman untuk orang yang membudidayakan 500 tangkai bunga opium setidaknya adalah 5 tahun penjara. Sementara itu kamu punya ribuan tangkai. Kamu mau dipenjara seumur hidup ya?"Sekujur tubuh Sugian sontak bergetar. Dia mengira tidak ada yang tahu t
Saat berikutnya, ponsel Declan berdering. Ketika melihat nama si penelepon, dia merasa sangat senang. Sebelum menjawab panggilan, dia tidak lupa menyombongkan diri pada Melvin dan Kenzo. "Tim proyek Taman Gangga meneleponku. Pasti aku menang tender. Sepertinya hari ini ada banyak kabar bahagia."Kemudian, Declan menerima panggilan dengan senang. Sebelum dia sempat menjawab panggilan, entah apa yang dikatakan orang di ujung telepon. Wajah Declan sontak menjadi sangat masam."A ... apa ada yang salah, Pak?" Declan bangkit dari kursinya. Tangannya yang menggenggam ponsel pun bergetar.Setelah orang di ujung telepon melontarkan beberapa patah kata lagi, panggilan pun diakhiri. Proyek yang didapat Declan memang hanya proyek kecil, tetapi dia telah bersusah payah untuk mendekati Grup Eternal.Declan ingin menjadi kontraktor terkenal di Kota Blackwood. Akan tetapi, sekarang mimpinya harus padam ....William dari anak perusahaan Grup Eternal, Real Estat Grande, telah mendepak Declan dari proye
"Ayah, ngapain kalian ikut nginap? Memangnya kita mau pesta besar?" Kenzo tahu ayahnya ini punya tujuan lain, yaitu mencari tahu seperti apa kehidupannya dengan Odessa. Dengan kata lain, ayahnya ingin memastikan mereka tidur bersama atau tidak!Namun, Tania tidak bermaksud seperti ini. Dia hanya menyuruh putranya mencari tahu seperti apa lingkungan tempat tinggal putrinya."Jangan bicara sembarangan. Rumahmu punya tiga kamar. Kamu dan Odessa, Howie sendirian, aku dan Kanye. Apa yang salah?""Ayah, dua kamar tamu itu belum dibereskan," ucap Odessa."Nggak apa-apa. Nanti kami yang bantu bereskan.""Mana ada mertua dan adik ipar yang ganggu pengantin baru. Kalian ini gimana saja?" Kenzo masih berusaha menghalangi ayahnya.Tania mengira Kenzo marah. Dia menatap Odessa dengan pasrah sambil bertanya, "Odessa, Kenzo nggak mau kasih Howie nginap ya?"Odessa segera menjelaskan, "Bukan begitu, Ibu. Maksudnya ....""Howie boleh nginap, tapi aku dan Kanye nggak boleh?" sela Melvin yang menatap put
Melvin tidak benar-benar ingin menginap di sini. Namun, dia harus meninggalkan mata-mata. Dia berucap, "Odessa, aku baru ingat ada janji malam nanti. Aku nggak jadi nginap. Kanye saja yang nginap."Melvin menoleh dan berkata kepada putranya, "Kanye, aku pergi dulu ya. Telepon saja aku kalau ada masalah."Kanye tetap menyetujui dengan senang hati, "Oke, Ayah."Ketika Odessa mengantar Melvin keluar, Kenzo menghampiri Kanye yang berdiri di samping sofa dan bertanya dengan suara lirih dan nada mengancam, "Kamu masih nggak mau pergi?"Tidak terlihat perubahan pada ekspresi Kanye. "Aku cuma menuruti ucapan Ayah."Kenzo ingin berbicara lagi, tetapi Kanye tiba-tiba meneruskan, "Nggak ada gunanya mengancamku. Pokoknya aku cuma menuruti ucapan Ayah."Hari sial memang tidak ada di kalender. Kenzo mengembuskan napas panjang, lalu mengangguk dan menggerutu, "Aku seharusnya mengirimmu ke Avika juga!"Kemudian, Kenzo kembali ke kamarnya dengan kesal. Setelah mengantar Melvin pergi, Odessa pun kembali