Kenzo sedang merasa pusing karena harus menghadapi keluarga Odessa yang serakah."Rupanya kamu di sini." Odessa menemukan Kenzo yang berwajah murung di tangga.Kenzo merasa kesal melihat Odessa. "Kamu masih berani muncul di hadapanku? Apa-apaan ayahmu itu? Dia ingin kaya dengan menjual putrinya ya?"Odessa merasa bersalah. Dia menunduk dan terdiam beberapa saat sebelum menyahut, "Semalam aku sudah beri tahu kamu. Apa pun yang dibilang keluargaku, anggap saja angin lalu ....""Huh! Mudah sekali kamu bicara. Kamu kira aku begitu murah hati? Gimana kalau kita tukaran posisi? Gimana kalau orang tuaku yang menghinamu?" sahut Kenzo."Aku nggak bakal mengeluhkan apa pun.""Apa katamu?"Odessa mengangguk dengan sungguh-sungguh. "Ya. Aku yang pilih jalan ini. Aku nggak seharusnya menyesali pilihanku sendiri."Odessa mengisyaratkan bahwa Kenzo harus menahan segala kekesalannya karena ini pilihannya sendiri."Berhenti mengatakan hal seperti itu. Saat mengambil akta nikah, aku sudah bilang aku mis
"Odessa, kenapa kamu nggak bisa merasakan cintaku kepadamu? Apa hebatnya pria itu? Dia cuma lebih tampan sedikit. Selain itu, nggak ada lagi yang bisa dibanggakan. Nggak seperti aku yang ....""Cukup!" Odessa sungguh murka. Jika bukan karena takut mengganggu ibunya, dia pasti sudah memaki Sugian habis-habisan.Odessa memejamkan matanya dan menarik napas dalam-dalam, lalu menggertakkan gigi sambil berkata, "Sugian, jangan keterlaluan. Kesabaran orang ada batasnya. Kalau sampai aku terdesak, aku bisa menghancurkan reputasimu.""Kamu minta mahar sebesar 1 miliar, 'kan? Kamu rasa kamu punya kesempatan untuk menghamburkannya? Apa aku perlu melapor polisi kalau kamu diam-diam membudidayakan bunga opium?""Kamu pasti tahu tindakan ini ilegal, 'kan? Hukuman untuk orang yang membudidayakan 500 tangkai bunga opium setidaknya adalah 5 tahun penjara. Sementara itu kamu punya ribuan tangkai. Kamu mau dipenjara seumur hidup ya?"Sekujur tubuh Sugian sontak bergetar. Dia mengira tidak ada yang tahu t
Saat berikutnya, ponsel Declan berdering. Ketika melihat nama si penelepon, dia merasa sangat senang. Sebelum menjawab panggilan, dia tidak lupa menyombongkan diri pada Melvin dan Kenzo. "Tim proyek Taman Gangga meneleponku. Pasti aku menang tender. Sepertinya hari ini ada banyak kabar bahagia."Kemudian, Declan menerima panggilan dengan senang. Sebelum dia sempat menjawab panggilan, entah apa yang dikatakan orang di ujung telepon. Wajah Declan sontak menjadi sangat masam."A ... apa ada yang salah, Pak?" Declan bangkit dari kursinya. Tangannya yang menggenggam ponsel pun bergetar.Setelah orang di ujung telepon melontarkan beberapa patah kata lagi, panggilan pun diakhiri. Proyek yang didapat Declan memang hanya proyek kecil, tetapi dia telah bersusah payah untuk mendekati Grup Eternal.Declan ingin menjadi kontraktor terkenal di Kota Blackwood. Akan tetapi, sekarang mimpinya harus padam ....William dari anak perusahaan Grup Eternal, Real Estat Grande, telah mendepak Declan dari proye
"Ayah, ngapain kalian ikut nginap? Memangnya kita mau pesta besar?" Kenzo tahu ayahnya ini punya tujuan lain, yaitu mencari tahu seperti apa kehidupannya dengan Odessa. Dengan kata lain, ayahnya ingin memastikan mereka tidur bersama atau tidak!Namun, Tania tidak bermaksud seperti ini. Dia hanya menyuruh putranya mencari tahu seperti apa lingkungan tempat tinggal putrinya."Jangan bicara sembarangan. Rumahmu punya tiga kamar. Kamu dan Odessa, Howie sendirian, aku dan Kanye. Apa yang salah?""Ayah, dua kamar tamu itu belum dibereskan," ucap Odessa."Nggak apa-apa. Nanti kami yang bantu bereskan.""Mana ada mertua dan adik ipar yang ganggu pengantin baru. Kalian ini gimana saja?" Kenzo masih berusaha menghalangi ayahnya.Tania mengira Kenzo marah. Dia menatap Odessa dengan pasrah sambil bertanya, "Odessa, Kenzo nggak mau kasih Howie nginap ya?"Odessa segera menjelaskan, "Bukan begitu, Ibu. Maksudnya ....""Howie boleh nginap, tapi aku dan Kanye nggak boleh?" sela Melvin yang menatap put
Melvin tidak benar-benar ingin menginap di sini. Namun, dia harus meninggalkan mata-mata. Dia berucap, "Odessa, aku baru ingat ada janji malam nanti. Aku nggak jadi nginap. Kanye saja yang nginap."Melvin menoleh dan berkata kepada putranya, "Kanye, aku pergi dulu ya. Telepon saja aku kalau ada masalah."Kanye tetap menyetujui dengan senang hati, "Oke, Ayah."Ketika Odessa mengantar Melvin keluar, Kenzo menghampiri Kanye yang berdiri di samping sofa dan bertanya dengan suara lirih dan nada mengancam, "Kamu masih nggak mau pergi?"Tidak terlihat perubahan pada ekspresi Kanye. "Aku cuma menuruti ucapan Ayah."Kenzo ingin berbicara lagi, tetapi Kanye tiba-tiba meneruskan, "Nggak ada gunanya mengancamku. Pokoknya aku cuma menuruti ucapan Ayah."Hari sial memang tidak ada di kalender. Kenzo mengembuskan napas panjang, lalu mengangguk dan menggerutu, "Aku seharusnya mengirimmu ke Avika juga!"Kemudian, Kenzo kembali ke kamarnya dengan kesal. Setelah mengantar Melvin pergi, Odessa pun kembali
Setelah Kanye menceritakan semuanya, grup menjadi makin heboh.[ Kelvin: Jadi, hari ini Kak Kenzo sangat kesal dong? ][ Kanye: Bukan cuma sangat kesal, tapi kesal setengah mati. Mana pernah Kak Kenzo diperlakukan begitu. ][ Kenneth: Mampus! Rasain! ][ Kennedy: Biasanya kita yang selalu ditindas. Ternyata roda kehidupan memang berputar. ][ Kelvin: Ini sangat memuaskan! Aku harus unggah status untuk memperingati hari ini! ]Segera, Kelvin mengunggah status.[ Roda kehidupan terus berputar. Tidak ada yang bisa menghindari karma. ]Ketiga bersaudara lainnya langsung memberi like. Kemudian, mereka lanjut mengobrol di grup.[ Gimana dengan Kakak Ipar? Apa dia wanita yang licik dan perhitungan? ]Kanye mendongak dan melirik Odessa sebelum membalas.[ Aku rasa bukan. Jujur saja, aku punya kesan baik pada Kakak Ipar. Aku rasa dia wanita baik. ][ Kanye, kamu nggak ngerti apa-apa. Kamu masih muda. Kamu belum pintar menilai orang. Kalau pemuda sepertimu bisa melihat ambisinya, itu berarti dia
Howie hanya bisa menghibur kakaknya untuk tidak terburu-buru. Masih ada banyak waktu.Di ruang tamu, Kanye sedang bermain game dengan seru. Kenzo, dengan wajah dinginnya, tiba-tiba duduk di samping Kanye dan berkata dengan tegas, "Malam ini kamu tidur sekamar dengan Howie.""Nggak mau." Kanye mengerlingkan matanya."Sekarang kamu nggak mau dengar omonganku lagi?""Kamu sengaja menyulitkanku. Kamu tahu aku nggak suka sekamar dengan orang lain, apalagi pria. Aneh sekali!""Kalau begitu, kenapa nggak pergi waktu aku mengusirmu sore tadi?"Kanye memutar bola matanya. "Kak, biar kita perjelas semuanya sekarang. Kamu juga tahu aku ini mata-mata Ayah. Kamu saja nggak berani membantah Ayah dan menikahi Kak Odessa. Kamu malah menghasutku untuk membantah. Kak Kelvin dan lainnya yang lagi di Avika saja tahu niat jahatmu!"Kelopak mata Kenzo berkedut saking kesalnya. Ketika dia ingin memaki adiknya, Odessa dan Howie tiba-tiba berjalan keluar dari kamar. Kenzo terpaksa menahan amarahnya dan kembali
Odessa melongo .... Sepertinya Kenzo mendengar semuanya dan salah paham? Odessa segera menjelaskan, "Kamu sudah salah paham. Sebenarnya ....""Aku nggak mau dengar penjelasan atau kebohongan apa pun. Kamu cuma perlu ingat satu hal. Sepandai-pandai tupai melompat, akhirnya jatuh ke tanah jua."Usai berbicara, Kenzo langsung pergi tanpa memedulikan Odessa lagi. Odessa pun kebingungan mendengarnya. Apa-apaan pria ini? Tidak nyambung!Pukul 9 malam, Odessa mengantuk, apalagi dia bergadang semalam. Saat melihat Odessa menguap, Kanye mendesak, "Kak, besok kamu masih harus kerja. Sebaiknya cepat tidur. Aku dan Howie bakal main sebentar lagi."Odessa tidak bisa tidur di kamar tamu, juga tidak ingin tidur di kamar utama. Ketika dia tidak tahu harus bagaimana, Howie ikut mendesak, "Kak, tidur sana. Kalian pengantin baru. Masa kamu terus menemani kami? Sepertinya Kak Kenzo merajuk."Karena tidak punya pilihan lain, Odessa terpaksa memasuki kamar Kenzo. Sebelum masuk, dia pun menarik napas dalam-d